Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 165 ( Datang Untuk Menjemput )



Chapter 165 ( Datang Untuk Menjemput )

0Lily mengangkat kedua bahunya.     
0

"Saya kurang tahu, Nyonya. Tuan Muda sudah keluar sejak pagi dan belum kembali. Sepertinya pekerjaan istana membuatnya kehilangan banyak waktu," jelas Lily berdasarkan pengamatannya.     

Monna sontak menghela napas.     

Merebahkan tubuhnya secara asal di atas tempat tidur. Ketika hari sudah menjelang siang dan tidak ada solusi apapun yang bisa Monna temukan.     

Lily dan Merri kompak berteriak ngeri.     

"Nyonya Muda!! Kami sudah mengepang rambut Anda dengan susah payah!"     

"Ya, itu benar. Tapi kenapa Nyonya tidur dengan asal begitu!!"     

Seperti ingin menangis dan menahan lelah.     

Monna membalas dengan acuh protes keduanya.     

"Masa bodoh! Ini hukuman untuk kalian karena tidak ingin menemaniku pergi!" runtuk Monna kesal.     

Mengulaskan senyum devil.     

Monna kemudian menambahkan.     

"Dan jangan lupa, buat kembali sesempurna mungkin untuk nanti malam!"     

Menatap dengan tidak percaya. Para dayang langsung duduk lemas.     

"Nyonya..!!"     

Berteriak tidak ada guna. Karena Monna sudah membaringkan tubuhnya dengan santai di atas tempat tidur tanpa mengindahkan keluhan mereka.     

Mendadak membuat pilihan ambigu.     

"Apa mungkin aku ajak saja ayah atau ibu ke pesta itu?"     

Menggeleng dengan lemah. Monna merasa itu bukan keputusan tepat.     

"Tapi, bagaimana jika pada akhirnya aku tetap diejek? Anak mami dan papi?"     

Merasa mual. Monna merasakan tubuhnya menggigil.     

"Ih!! Itu sangat buruk!"     

Hingga mendadak Dessie mengucapkan sebuah kalimat paling masuk akal.     

"Nyonya.. bukankah Anda akan bertemu dengan Nona Beppeni? Jika Pangeran Keempat Methovenia melangsungkan pesta ulang tahun. Bukankah Nona Beppeni akan lebih banyak bisa menemani Anda di pesta, ketika Pangeran Argedaff mengurusi semua tamunya?"     

Langsung duduk di atas tempat tidur. Monna sontak menatap Dessie dengan sangat serius.     

"Kau benar! Kenapa hal itu tidak terpikirkan olehku? Ketika aku berpikir aku mungkin akan bosan setengah mati karena tidak akan ada banyak orang yang aku kenal?"     

Monna tidak bisa menghapus sinar matanya yang cerah kembali.     

Buru-buru mencubit wajah Dessie karena gemas sekaligus kagum pada kepintarannya dan solusinya yang mencengangkan.     

"Baiklah! Kau benar. Dan aku sudah tidak punya pilihan lain!"     

***     

Namun, Monna melupakan satu hal yang sangat penting!     

Jarak antara negara Geraldy dengan Methovenia bukan jarak pendek antara satu kota ke kota lain.     

Memakan waktu berjam-jam lamanya. Sehingga jika Monna tidak mengukur waktu setepat mungkin. Monna pasti akan datang terlambat ke pesta mereka yang diadakan dalam istana.     

Sempat berdebat panjang dengan ayah-ibunya karena memutuskan untuk pergi tanpa memberitahukan lebih dulu.     

Keduanya kompak ingin ikut serta menemani. Tapi Monna tidak bisa langsung menyanggupi.     

"Apa? Kalian bercanda? Kenapa kalian mendadak ingin ikut?" tanya Monna panik.     

Membesarkan kelopak matanya. Monna tidak sanggup menerima protes berikutnya.     

"Kami tidak bisa membiarkanmu pergi jauh, Catty! Negara mereka sangat jauh dan memakan waktu. Sekalipun kau pergi bersama dengan Lumian. Ayah tetap khawatir!"     

"Begitu juga dengan ibu!"     

Sama-sama berkeras hati. Monna menatap keduanya tidak percaya dan tak kalah keras.     

"Tidak bisa! Bagaimana kalian bisa ikut bersama denganku?! Kalian pikir itu masuk akal?"     

Menolak tapi juga memberikan alasan.     

"Kalian tidak diundang. Dan aku juga tidak bisa mengajak kalian serta karena pesta ini bukan berisi pertemuan antara orangtua dan anak!"     

Namun Rubylic membalas sinis.     

"Tapi, pasti ada banyak jenis orang yang hadir di sana! Dan jika kami ikut, seharusnay tidak akan menjadi masalah. Kami bisa berbaur dengan orang lain. Dan kau, juga tidak akan sendirian di sana!"     

Berpikir sejenak dan membenarkannya.     

Monna buru-buru menggeleng.     

"Tidak-tidak! Aku sudah dewasa ibu. Aku bisa menjaga diri dan aku tidak mungkin melakukan hal yang nekat di sana. Jadi tidak perlu cemas dan tunggu saja aku di rumah,"     

Alpen secara aneh menunjukkan kesedihannya.     

"Aku tidak menyangka putriku kini menjadi seorang pembangkang," keluhnya penuh kekecewaan.     

Monna spontan menyipit.     

"Apa?"     

"Tidak pernah melihat putriku menolak permintaan ayahnya,"     

Monna sontak memutar bola matanya.     

"Ayah!! Aku hanya akan bersenang-senang di sana? Bukannya ingin pergi ke medan perang!!"     

Melotot dengan tajam. Rubylic memukul pelan pundak Monna.     

"Apa yang baru saja kau katakan! Kau mengeluarkan sumpah burukmu sebelum pergi?"     

Mendesah dengan kesal dan lelah.     

Monna melipat kedua tangannya di depan dada.     

"Jadi kalian tidak akan membiarkan aku pergi, jika aku tidak membawa kalian?"     

Melirik Merri kesal ketika dia keceplosan pada ibunya soal kepergiannya.     

Monna sadar, tanpa Merri tidak sengaja mengucapkannya. Monna pasti sudah akan dicegat oleh penjaga di depan gerbang dan ditanya-tanyai.     

Tapi, haruskah Monna menyayangkan penampilan cantiknya hari ini?     

Masih berkutat pada keputusannya untuk mengurungkan niatnya pergi atau tidak.     

Seorang pelayan pria mendadak menghampiri mereka.     

"Tuan! Nyonya! Ada Putra Mahkota di luar sana. Dan Beliau mengatakan bahwa dia datang untuk menjemput Nyonya Cattarina!"     

Kompak saling menatap.     

Terutama Alpen yang sangat terkejut. Diimbangi dengan pertanyaan Rubylic yang memanas. Ketika tatapannya dengan Monna bertemu.     

"Kau tenyata akan pergi bersama dengan Putra Mahkota??!"     

Tidak sanggup menjawab karena dia sendiri tidak mengetahuinya.     

Suara berat dan serak Belhart terdengar dari belakang punggung Monna.     

"Saya Belhart Dominic. Memberi salam pada Tuan dan Nyonya Bourston," ucapnya sopan dan menunduk memberikan hormat.     

Semua orang serempak menoleh ke arahnya.     

Mengenakan pakaian formal dan sangat megah.     

Monna sontak bertanya dengan sangat serius ketika dia sudah membalikkan tubuhnya dengan sempurna melihat kedatangan Belhart.     

"Anda juga akan pergi ke pesta ulang tahun Argedaff?"     

Sama-sama terkejut, Alpen dan Rubylic kompak merasa sungkan.     

"Kenapa kau tidak bilang, Catty? Kalau kau akan pergi bersama dengan Putra Mahkota?"     

Menyipitkan mata dengan serius ketika Rubylic mendadak menjadi jinak.     

Monna kembali mengingat-ingat masa lalunya.     

"Bukankah ibu bilang ingin memarahinya? Memukulnya sampai jerah dan.."     

Tidak berhasil menyelesaikan kalimatnya. Rubylic yang panik menutup mulut Monna dan tersenyum kikuk.     

"Abaikan perkataannya, Yang Mulia." Ucap Rubylic serba salah.     

Lalu menambahkan.     

"Tapi, apa yang Anda lakukan di sini?" tanyanya heran.     

Kemudian membiarkan Alpen maju untuk bicara.     

"Anda datang untuk pergi bersama dengan Catty ke pesta ulang tahun Pangeran Argedaff?"     

Mengangguk pelan dan mengiyakan.     

"Itu benar. Tuan, Nyonya. Dan saya datang untuk menjemput Cattarina,"     

Tidak setuju dan merasa ini terlalu mendadak dan mengada-ada. Monna membantah.     

"Dia bohong! Kita tidak pernah janjian! Dan kenapa kau bisa mendadak datang?"     

Menatap dengan sengit.     

Apa Belhart tahu seberapa pusing hari ini Monna terus memikirkan siapa yang akan menjadi pendampingnya?!     

Lalu, setelah Monna sudah bertekad dan pasrah akan datang seorang diri.     

Belhart mendadak muncul dan tanpa pemberitahuan sampai pembicaraan lebih dulu. Seenaknya datang dan meremehkan kegelisahannya sepanjang hari?!     

"Aku kebetulan datang, karena aku mendengar dari Argedaff kalau kau juga akan diundang. Lalu, karena kita satu jalur. Aku rasa kita bisa bepergian bersama,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.