Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 161 ( Menikmati Kebebasan )



Chapter 161 ( Menikmati Kebebasan )

0Sedangkan Neil dan Belhart yang sudah berada di luar resto saling melirik. Sama-sama diam selama beberapa detik. Neil yang gerah, bertanya.     
0

"Apa Anda perlu melakukannya?"     

Memahami maksud pertanyaan Neil. Belhart masih saja berpura-pura bodoh.     

"Aku? Soal apa?" tanyanya seolah tidak mengerti.     

Neil menatap Belhart malas.     

"Saya tahu Anda sudah menyadari keberadaan Putri Mahkota semenjak kita masuk ke dalam restoran. Namun, Anda masih saja sengaja membuatnya tidak nyaman dengan mengulur banyak waktu untuk bicara dan tidak membiarkannya pergi?"     

Menatap dengan acuh dan membela diri. Belhart membalas.     

"Kenapa? Kau ingin mewakilinya untuk menegurku?"     

Bukan tidak merasa kasihan ketika Belhart menyadari bahwa Cattarina nampak bosan dan frustasi menahan keinginannya untuk segera pergi.     

Tapi karena Belhart dan Neil duduk di tempat akses keluarnya. Cattarina pasti takut mereka akan berpapasan ketika dia berbalik dan meninggalkan restoran.     

Belhart yang tidak ingin disalahkan, menambahkan.     

"Salahnya sendiri yang tidak berani bergerak dan beranjak pergi. Jadi, kenapa harus aku yang kau salahkan? Bukankah menarik ketika kita berhasil mengerjainya sedikit?"     

Menyipitkan mata dan menggeleng lemah. Neil tidak bisa membalas kata-kata Belhart karena dia sendiri yang juga suka rela mengikuti permainan Belhart.     

***     

Meregangkan tubuh yang mendadak kaku dan mati rasa. Monna tidak henti-hentinya bernapas lega.     

"Syukurlah. Semua sudah berlalu. Namun konsekuensinya aku kehilangan banyak waktu,"     

Lily nampak mendukung.     

"Ya, Nyonya. Dan kita hampir saja ketahuan ketika Merri mendadak cegukan,"     

Monna yang sudah tidak ingin mengingat masa lalu, mengibaskan tangannya.     

"Tidak masalah. Selama semuanya sudah lewat. Dan keadaan masih aman. Jadi sekarang, kita tinggal..."     

Baru saja akan menunjuk salah satu tempat setelah berjalan beberapa langkah dari restoran. Bayangan pria bertubuh tegap dan besar menghalangi jalannya. Mencegat tepat di depan dan membuyarkan kata-kata lanjutan Monna dalam sekejap.     

Merri, Lily, dan Dessie spontan memekik.     

"Yang Mulia!!"     

Seru mereka kompak, setelah memperbesar dua bola mata mereka.     

"Anda... ada di sini?"     

Mundur beberapa langkah ke belakang ketika berhasil membuat ucapannya terdengar datar dan tidak terlalu panik. Padahal hatinya sudah panas dingin.     

Monna masih saja menatap heran sosok Belhart yang berdiri sempurna di hadapannya. Mengenakan pakaian pengawal yang sudah Monna lihat melalui cermin kecil yang dia bawa kemana-mana.     

Belhart masih ada di sekitar sini? Padahal Monna sudah sengaja menunggu 10 menit untuk keluar?     

Dan apa yang dia lakukan dengan mempertajam sorot matanya?     

Sedang marah atau kesalkah?     

Tapi pada siapa?     

Tidak mungkin padanya 'kan?     

Membuyarkan praguda-nya yang mengerikan.     

Belhart justru balik bertanya.     

"Aku yang seharusnya bertanya. Apa yang kau lakukan di sini? Dan, kau ternyata keluar dari restoran itu?"     

Mungkin bermaksud untuk menanyakan, kenapa Monna bisa keluar dari restoran yang sama tempat Belhart menghabiskan waktu makan siangnya. Tapi tidak kunjung menghampiri dan menyapanya sebagai bentuk tata krama yang benar.     

Alasan apa yang harus Monna katakan untuk meredam kekesalannya itu?     

Neil dengan sigap menolongnya.     

"Selamat siang, Yang Mulia Putri. Dan senang bisa bertemu dengan Anda kembali," sapa Neil.     

Mengucapkan salam yang ramah, Neil nampak sengaja mengurangi ketegangan.     

Selalu menunjukkan sikap kaku yang tidak terlalu berbeda jauh dengan majikannya. Neil tentu sering beradaptasi pada situasi tertentu seperti saat ini.     

Sehingga Monna langsung menyambut bantuan itu dengan tangan terbuka.     

"Ya. Senang.. bertemu dengan kalian lagi, Yang Mulia. Dan terutama kau, Neil! Kalian, datang bersamaan?" ucap Monna berpura-pura terkejut dan baru melihat keduanya berada di kota ini.     

Namun kata 'terutama' yang Monna ucapkan, malah membangkitkan kerutan di kening Belhart.     

"Jadi, kau lebih senang berjumpa Neil?" tanya Belhart.     

Sempat melamun memikirkan apa kira-kira yang harus dia lakukan agar bisa kabur dari tempat ini secepat mungkin. Monna yang diberikan pertanyaan aneh, menjadi kebingungan.     

"Ya?"     

Menatap dengan malas, Belhart mengulang.     

"Aku bertanya. Apa kau lebih senang melihat Neil dibandingkan aku?" terang Belhart.     

Masih tidak percaya dengan pertanyaan itu. Monna memilih mengikuti saja keinginan Belhart dan mengoreksi.     

"Ah! Tentu saja saya senang bertemu dengan Anda juga, Yang Mulia!" jawab Monna sopan namun enggan.     

Lily, Merri dan Dessie ikut memberi salam.     

"Salam sejahtera untuk Anda, Yang Mulia!"     

Mengangguk kecil dan kembali menatap Monna. Belhart tidak bisa menghentikan perasaannya yang meluap ketika melihat Cattarina setelah sekian lama.     

Mengenalinya dengan cepat ketika Belhart melihat Cattarina ada di salah satu kerumunan orang yang menontonnya melakukan sidak para pedagang curang.     

Siapa yang mengira mereka akan bertemu kembali di sebuah restoran?     

Terlihat panik dan berusaha menyembunyikan dirinya di balik tudung.     

Dia berpikir aku tidak bisa mengenalinya?     

Menatap dengan sedih ketika perasaan rindu ini menusuknya. Belhart segera mengalihkan pertanyaan.     

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Belhart masih mengajukan pertanyaan pertamanya.     

Monna spontan menjawab.     

"Berjalan-jalan? Saya hanya ingin mengajak para dayang saya untuk bersenang-senang sebentar,"     

Belhart yang tidak kunjung melepaskan pandangannya dari Monna. Seakan-akan jika dia melepaskan pandangannya barang sejenak. Monna mungkin akan langsung menggunakan kesempatan itu untuk melarikan diri.     

"Menghabiskan waktu dan menikmati kebebasanmu?" sindir Belhart dengan perasaan kecewa.     

Monna tanpa sadar menjawab jujur.     

"Ya,"     

Tapi kemudian ragu dan melaratnya.     

"Ya?"     

Sadar pertanyaan itu merupakan sebuah sindiran. Monna sama sekali tidak berniat bertanya lebih banyak karena takut pertanyaan itu akan berujung panjang.     

"Anda sendiri, Yang Mulia?"     

Melihat ke sekeliling. Ketika mungkin kode keras bagi Belhart untuk menyuruh semua orang meninggalkan mereka berdua.     

Semua orang yang peka mengajukan diri untuk pergi lebih dulu.     

"Sepertinya, Yang Mulia Putra Mahkota ingin bersama dengan Nyonya Muda lebih lama. Jadi, bagaimana jika kita pergi ke tempat lain?" ucap Dessie memberikan usul.     

Lily malah nampak terkejut.     

"A-apa?"     

Tidak tega meninggalkan Monna seorang diri.     

Sementara Merri yang peka menarik Lily ikut pergi bersama dengannya.     

"Itu benar. Nyonya, kami akan pergi ke toko pernak-pernik yang ada di sana. Kalian bicaralah senyaman mungkin dan susul kami di sana setelah selesai,"     

Neil dengan sigap mengikuti.     

"Saya juga akan pergi bersama para pengawal ke istana lebih dulu,"     

Berpamitan dan membiarkan Monna yang belum bisa memberikan respon. Menatap sedih orang-orang yang tega meninggalkannya.     

Mereka sebut itu sebagai bentuk kesetiaan yang hakiki?     

Menunduk dan memejamkan mata dengan lelah.     

Astaga!! Apa yang harus kami bicarakan?     

Bergerak secara perlahan dan mengangkat wajahnya dengan enggan.     

Apa dia akan dimarahi?     

Selesai memandangi kepergian orang-orangnya.     

Hujan mendadak turun. Menimbulkan kepanikan sebagian orang untuk cepat-cepat mencari tempat berteduh.     

Belhart yang melihat gerimis mengguyur tubuh Monna. Menadahkan tangannya di atas kepala Monna. Tidak sanggup membiarkan Monna sampai basah. Namun, tangan besarnya masih tidak cukup melindungi seluruh tubuh Monna dari rintik hujan.     

"Ayo, kita ke sana untuk berteduh!" ajak Belhart.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.