Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 155 ( Terlihat Baik_Baik Saja )



Chapter 155 ( Terlihat Baik_Baik Saja )

1Tersenyum dengan geli diam-diam. Monna membiarkan dua dayangnya meributkan hal kecil.     

Hingga Dessie kemudian tersadar belum memperkenalkan diri.     

"Saya, Dessie. Anda bisa memanggil saya seperti itu. Terima kasih atas sambutannya, Tuan Luis." Ucap Dessie ramah.     

"Kalau begitu mari ikut saya ke dalam,"     

Ketiganya lalu memikirkan hal yang sama ketika tatapan mereka bertemu.     

Pelayan rumah ini sangat baik. Tapi kenapa putri pemilik rumahnya tidak baik?!     

Memutuskan tidak akan menilai secara saut pihak dan mengaitkannya dengan orang lain. Monna, Dessie dan Merri kemudian masuk ke dalam rumah Maydeilla.     

Mencari sosoknya yang nampak sudah menunggunya sejak tadi dengan tidak sabaran. Monna lalu menyapa Maydeilla.     

"Hallo, Maydeilla! Senang bisa menerima undangan perjamuan darimu. Dan maaf aku telat membalas pesan darimu dan datang terlambat,"     

Tersenyum ramah entah dengan niat tulus atau tidak. Meydeilla yang mengenakan gaun kebangsawan berwarna aprikot nampak ceria.     

"Warna pakaian kita hampir mirip, Yang Mulia! Dan senang bisa bertemu dengan Anda. Dan selamat datang di kediaman Emburck. Semoga tidak mengecewakan dan menurunkan standar Anda dalam bersosialisasi,"     

Keramahan ini sangat dibuat-buat.     

Melihat ke sekeliling. Sudah ada sekitar delapan putri bangsawan lain yang berkumpul. Ditambah dengan Maydeilla dan Cattarina, akan bertotal 10 orang.     

Ditambah dua dayang yang dia bawa.     

Beberapa orang menaruh minat.     

"Siapa mereka? Yang Mulia Putri membawa dua dayang kemari?"     

Mengangguk yakin.     

"Mereka adalah Merri dan Dessie. Dua dayang kepercayaanku,"     

Merri dan Dessie kemudian memberikan salam. Lebih kalem dan sopan bila dibandingkan dengan aksi perkenalan diri mereka di depan Luis.     

"Merri dan Dessi memberi salam para semua Nona dan Nyonya yang hadir di pertemuan ini,"     

Pakaian Merri dan Dessie yang hampir setara dengan pakaian para bangsawan wanita lain. Memunculkan banyak tanda tanya dan tanggapan.     

Namun Maydeilla menjadi orang pertama yang merespon.     

"Ah, jadi Anda membawa serta pelayan Anda kemari?"     

Terkejut dengan pilihan Cattarina mengajak orang-orang yang berada di bawah kelas mereka. Maydeilla lalu tersenyum penuh arti.     

Nampaknya dia terlalu menganggap tinggi Cattarina. Sehingga dia tidak menyadari kepayahan Cattarina dalam mengikuti lingkungan sosialita.     

"Ya. Dan apa aku tidak diizinkan untuk membawa mereka juga untuk bergabung?" tanya Monna lancar, "Karena jujur. Aku tidak bisa lepas dari bantuan mereka. Dan kami bertiga cukup dekat untuk saling bercengkrama. Karena itu, aku ingin sekali-kali mengajak mereka bertukar pikiran dengan kalian."     

Terlihat jelas beberapa gadis bangsawan lain tidak merasa nyaman. Namun menyembunyikannya dan hanya saling menatap satu sama lain.     

Dengan pertimbangan lain, Maydeilla memberikan izin.     

"Tentu saja, Yang Mulia. Dengan senang hati," ucap Maydeilla sopan.     

Lalu menyadari sesuatu yang dia lupakan dan baru disadari.     

"Ups... aku lupa Anda sudah bukan Putri Mahkota. Maafkan atas kelancangan dan ketidakpekaan saya, Yang..."     

Menatap ragu. Maydeilla menyentuh bibirnya ragu.     

"Panggilan seperti apa yang harus kami ucapkan pada Anda?"     

Melirik Merri penuh kode. Merri lalu maju mewakili.     

"Nyonya Muda! Anda bisa memanggilnya Nyonya Muda dari kediaman Bousrton. Saya yakin nama itu yang paling cocok untuk saat ini!"     

Memang sudah menikah dan wajar jika dipanggil seperti itu. Namun kenapa dayang satu ini jadi bertingkah?     

Mengabaikan sang dayang. Maydeilla lalu menatap Cattarina kembali.     

"Baik, Nyonya Cattarina. Mari duduk dan kita bisa mulai berbincang-bincang,"     

Dengan beberapa tepukan jari, semua pelayan Maydeilla keluar. Menyediakan 3 cangkir minum tambahan dan beberapa cemilan.     

Seperti layaknya pertemuan sosialita dan para gadis-gadis bangsawan di negeri Geraldy. Monna dan seluruh putri bangsawan hanya membicarakan berbagai macam basa-basi klasik.     

Menanyakan kabar masing-masing dan memuji kecantikan satu sama lain.     

Ditambah beberapa obrolan asal soal apa saja yang mereka kerjakan setelah berhasil memperkenalkan diri mereka satu per satu pada Cattarina.     

Setelah setengah jam. Pertanyaan menjurus ke hal utama ternyata mulai dikeluarkan.     

"Nyonya Cattarina," panggil Erlena. Seorang gadis berparas manis. Bermata cekung dan berlesung pipi samar.     

"Ya Erlena. Ada apa?" tanya Cattarina berpura-pura ramah. Padahal sebenarnya, Cattarina bisa membaca gerak-gerik palsu yang Erlena tunjukan di depannya.     

"Anda baru saja bercerai. Namun, kenapa saya tidak melihat sedih sama sekali? Terlihat baik-baik saja dan tidak murung?"     

Semua pasang mata langsung mengarahkan pandangan mereka padanya.     

Cattarina masih saja menunjukkan sikap tenang.     

"Tentu aku harus seperti itu? Tapi apa mungkin kalian mengharapkan sebaliknya?"     

Tertawa kecil dengan sungkan.     

"Mana mungkin saja setega itu pada Anda. Tapi, jika saja boleh tahu. Apakah benar Putra Mahkota yang menggugat cerai lebih dulu?"     

1

Berpura-pura terkejut.     

"Omo!! Begitukah? Jadi sebenarnya, Putra Mahkota yang menggugat perceraian lebih dulu?"     

Maydeilla nampak sengaja menggiring opini putri bangsawan lain untuk mengikuti permainannya.     

"Putra Mahkota sudah tidak mencintai Anda?" tanya Nyonya Artesius terkejut.     

Maydeilla lagi-lagi menimpali.     

"Anda lupa berita soal pernikahan ini adalah semata-mata hanya pernikahan sepihak yang Putra Mahkota dan calon Putri Mahkota lakukan karena kedua orang tua mereka yang menginginkan pernikahan ini. Sekaligus karena raungan Putri Bourston,"     

Menutup mulut dengan perasaan bersalah. Maydeilla lalu melirik Monna.     

"Maafkan saya Nyonya Cattarina. Saya sama sekali tidak bermaksud untuk menyinggung Anda,"     

Dengan tawa kosong yang garing, Monna meladeninya.     

Tahu bahwa Maydeilla sengaja.     

Merri yang bisa melihat bagaimana majikannya diperlakukan semena-mena, bertindak.     

"Nyonya tidak diceritakan secara sepihak oleh Putra Mahkota. Melainkan, perceraian itu adalah semata-mata karena keputusan mereka berdua,"     

Tatapan iba semakin menjalar     

Dan Monna tidak mengucapkan kalimat apapun. Karena yang diucapkan oleh Merri adalah salah. Keputusan perceraian memang adalah keputusan Belhart secara sepihak.     

Namun, jauh dalam lubuk hati Monna.     

Dia sejak dulu juga menginginkan perceraian.     

Maydeilla yang masih tidak puas mengeluarkan beberapa gangguan kecilnya. Memanas-manasi.     

"Benarkah itu? Kalimat itu bukan kau ucapkan karena kau ingin membela majikanmu?" tanya Maydeilla yang langsung membuat Merri tidak bisa berkata-kata.     

Namun kini giliran Dessi yang maju untuk membela Monna.     

"Semua tidak seperti itu. Dan saya sangat yakin,"     

Tidak menyebutkan alasannya. Monna hanya menganggap pembelaan Dessie sebagai ungkapan terima kasihnya masih diberikan pekerjaan.     

Monna lalu menghentikan mereka berdua.     

"Merri, Dessie. Tenanglah," seru Monna.     

Dan Maydeilla masih tidak menyia-nyiakan kesempatan.     

"Kalau begitu, bisa Anda jelaskan kenapa kalian saling bercerai?"     

Mengubah raut wajahnya menjadi bersedih.     

"Saya bertanya seperti ini karena saya khawatir pada Anda,"     

Seseorang mendadak menyela.     

"Tidak mungkin bukan. Karena Putra Mahkota tidak betah hidup bersama dengan Anda? Dia memutuskan untuk mengambil tindakan cepat?"     

"Atau mungkin Putra Mahkota sudah menemukan wanita lain?"     

"Itu sangat wajar! Karena seorang pria tidak akan pernah bisa mencintai satu wanita seumur hidupnya. Lihat Nyonya Belvina? Bukankah, suaminya ketahuan berselingkuh dan pada akhirnya Nyonya Belvina menggugat cerai suaminya?"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.