Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 148 ( Melepaskan Rindu )



Chapter 148 ( Melepaskan Rindu )

0Tertawa bersama dan mungkin ini adalah tawa pertama semua orang setelah sekian lama.     
0

Monna lalu bergelut manja di samping ibunya.     

"Boleh aku minta izin ayah untuk menculik ibu?" goda Monna dengan rasa malu yang sudah menghilang.     

"Malam ini aku ingin tidur dengan ibu dan melepas kangen," gelut manja Monna di samping Rubylic.     

Alpen lalu memprotesnya.     

"Dan kau tidak mengizinkan ayahmu untuk ikut serta?"     

Menampilkan wajah kecewa dan merasa tidak adil. Monna justru memberikan senyum hangat yang manis.     

"Tidak boleh! Putri ayah sudah dewasa dan bahwa sudah pernah menikah satu kali! Jadi bagaimana dia bisa membiarkan pria dewasa lain tidur bersama dengannya. Sekalipun orang itu adalah ayahnya sendiri?"     

Menggoda dengan sengaja. Ucapan Monna memang separuh benar.     

Rubylic lalu menepuk pelan lengan Monna yang menyentuhnya.     

"Baiklah, Sayang! Tanpa perlu izin dari ayahmu, ibu akan dengan senang hati kau culik."     

Rubylic beralih menatap yang lain.     

"Kalau begitu, biarkan semua orang tidur dan tinggalkan kami,"     

Semua kompak mengangguk dan menyetujui permintaan itu. Kemudian salam perpisahan Alpen dan Asraff mengakhiri keributan malam itu.     

Perasaan damai kembali Monna dan Rubylic rasakan.     

Saling melepas rindu dan tersenyum.     

Rubylic dengan sengaja menggoda putrinya.     

"Kau sudah sangat merindukan rumah dan kau sekarang jadi lengket pada ibumu?" goda Rubylic sembari melemparkan tatapan gemas.     

Monna dengan masih bermanja ria menggandeng lengan ibunya.     

"Apa itu tidak boleh? Karena aku sudah menikah maka aku dilarang bersikap manis pada ibuku sendiri? Rindu pada suasana rumah dan ingin bermanja-manja ria dengan ibu? Ibu tidak ingin aku melakukannya? Ibu sudah tidak sayang lagi padaku dan tidak rindu padaku? Sama seperti aku merindukan ibu?"     

Sengaja mengoda balik. Dengan pukulan sayang, Rubylic menepuk pelan lengan Monna.     

"Aduh! Kenapa ibu memukulku," jerit Monna berpura-pura kesakitan.     

"Tentu ibu perlu menghukum putri ibu yang nakal! Sengaja mengatakan omong kosong dan memancing kekesalan ibunya sendiri!"     

Dengan mata berpura-pura galak, Rubylic menatap Monna.     

"Sebaliknya. Kau yang sudah tidak sayang lagi pada ibumu. Sehingga kau ingin membuatnya marah?"     

Memberikan teguran seolah bukan diri sendiri yang sedang dibicarakan. Monna yang mendengar Rubylic berpura-pura kesal cekikikan.     

Monna bahkan memeluk Rubylic semakin erat.     

"Mana mungkin begitu! Ibu adalah orang yang paling aku sayangi selain ayah dan Kak Asraff. Jadi bagaimana aku bisa mengabaikanmu?"     

Terlihat puas dengan jawaban itu. Monna bisa melihat senyum halus terukir di bibir tipis Rubylic.     

"Benarkah?"     

Namun Rubylic masih saja berakting datar.     

"Kalau begitu.. antara ayah dan ibu. Siapa yang paling kau sayangi?" tanya Rubylic memberikan pertanyaan rumit.     

Monna seketika mengerutkan kening.     

"Ibu tega menyuruhku untuk memilih salah satu diantara kalian?"     

Kecewa ketika diberikan pertanyaan yang tidak akan pernah bisa Monna putuskan apa jawabannya.     

Monna menekuk wajahnya semakin dalam.     

Menggeleng dengan tidak percaya sekaligus tertawa lepas. Rubylic nampak sudah lama tidak sebahagia ini.     

"Ibu sungguh tidak percaya moment seperti ini akan hadir kembali, Catty." Ucap Rubylic lembut sambil memeluk Monna lebih erat.     

"Semenjak kau tidak ada di dalam rumah ini. Suasana rumah terasa sangat sepi. Tidak ada yang menemani ibu berbincang-bincang," curhat Rubylic sedih.     

Sedangkan Monna terus mendengarkan dengan penuh simak.     

"Ayah dan kakakmu lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah. Dan cenderung membiarkan ibu menghabiskan waktu dengan para pengurus rumah. Atau sekali-kali mengadakan perkumpulan dengan para nyonya bangsawan lain,"     

Kekecewaan dan kesepian jelas sekali terlihat di wajah Rubylic. Ketika dia merengut dan meluapkan seluruh perasaan merananya.     

"Tapi, bukankah sekarang aku sudah kembali? Dan dengan begini kita bisa saling bertukar pikiran. Melepaskan rindu dan berbincang-bincang bersama? Atau paling tidak jika ibu mau, kita bisa lebih sering menghabiskan waktu bersama dengan berjalan-jalan keluar rumah?"     

Mulai penasaran dengan lingkungan luar, setelah lama jarang berpergian. Monna nampak akan menggunakan kesempatan ini untuk melakukan apa yang tidak pernah dia lakukan dan jarang dia kerjakan.     

Sudah membuat daftar kecil yang akan mulai dia ikuti, sesuai dengan apa yang dia tulis.     

"Namun bukan seperti ini yang ibu inginkan!"     

Masih saja menemukan kesalahan dalam percakapan mereka. Monna nampak mengerling.     

"Bukan mengharapkan kehadiranmu kembali ke rumah ini dengan status perceraian kalian!"     

Ini dia!     

Pokok masalah di atas segala masalah, adalag soal perceraiannya yang masih belum bisa diterima oleh keluarganya.     

Tahu bahwa semua kenyataan ini akan menghancurkan kepercayaan keluarganya pada Belhart Dominic. Namun demi agar Monna bisa menjalani kehidupan yang dia inginkan. Monna secara perlahan dan pasti akan berusaha membujuk ibunya agar tidak berprasangka buruk.     

"Kami bercerai karena ini adalah pilihan yang terbaik, Ibu." Ungkap Monna.     

"Tidak ada yang dirugikan dan tidak ada yang harus menanggung rasa bersalah sampai penyesalan yang akan mereka tanggung di masa depan,"     

Rubylic masih kunjung tidak setuju dengan sikap rela putrinya.     

"Bagaimana itu adil bagimu, Catty?! Sekarang putri ibu sudah menyandang status sebagai janda cerai yang diceraikan secara sepihak di mata umum. Jadi, kau masih berpikir bahwa semua akan baik-baik saja?"     

Menyentuh pipi Monna dengan lembut. Rubylic menambahkan.     

"Putri ibu yang malang dan terlalu baik. Setelah ini, ibu berharap segalanya akan membaik dan kau bisa cepat menemukan suami pengganti yang jauh lebih baik dibandingkan Putra Mahkota,"     

Seolah dihantam batu.     

"Ibu kembali membahas masalah itu, ketika bahkan belum genap satu hari aku bercerai?"     

Mungkin akan menjadi candaan atau ledekan orang lain. Jika mereka mendengar keseriusan Rubylic mengharapkan putrinya langsung bisa mendapatkan suami pengganti yang jauh lebih baik daripada Belhart.     

Bukan bermaksud ingin meninggikan Belhart.     

Melainkan hanya merasa semua itu jelas tidak mungkin dan terlalu tergesa-gesa. Karena berita soal percerainnya Cattarina dengan Belhart pasti sudah mulai menyebar.     

Rubylic justru merasa percaya diri.     

"Kenapa tidak? Kau masih cantik, putriku. Dan kau bisa mendapatkan yang lebih baik! Memang tidak mudah. Namun selama dia mencintaimu dengan tulus seperti ayahmu mencintai ibu. Lelaki itu sudah menjadi laki-laki terbaik untukmu,"     

Monna malah berpikir, kemungkinan itu masih sangat jauh. Karena dia masih terikat janji dengan Belhart untuk tidak langsung menikah setelah mereka bercerai.     

Akan menyanggupinya entah sampai beberapa waktu ke depan. Setelah Monna sudah berhasil menyesuaikan keadaan barunya dan mungkin baru mencari pria lain.     

Entahlah.     

Monna masih belum ingin memikirkan sesuatu sampai sejauh itu.     

Karena selama ini dia sudah terlalu lelah memikirkan jauh masa depannya. Sehingga untuk sementara, Monna hanya ingin memikirkan apa yang dia sukai dan inginkan.     

Dan lagi, akan lebih menjadi heboh jika Rubylic tahu kalau Cattarina dan Belhart selama ini tidak pernah melakukan hubungan suami istri. Hanya menikah karena status dan bercerai karena mungkin lelah.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.