Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 143 ( Tidak Suka, Tidak Rela, Tidak Bisa )



Chapter 143 ( Tidak Suka, Tidak Rela, Tidak Bisa )

0Menautkan alis dan gantian menatap suaminya dengan ekspresi menuntut.     
0

"Aku tahu mereka adalah keturunan raja dan Putra Mahkota yang akan kita sembah di kemudian hari ketika dia menjadi raja. Tapi raja seperti inikah yang harus kita banggakan?"     

Menyentuh keningnya dengan berat, Rubylic masih saja mengungkapkan seluruh kekesalannya.     

"Sejak awal aku seharusnya tidak menundung pernikahan ini! Tapi apa? Hanya karena melihat status dan keinginan putriku tanpa lebih mempertimbangkan banyak hal. Aku menjerumuskan putriku sendiri dalam lembah yang curam?"     

Tidak terlalu mengerti dengan kalimat berlebihan apa yang ingin ibunya sampaikan, Monna berusaha merendah.     

"Ibu... kenyataan tidak seperti itu. Jadi tolong tahan emosimu. Dan dengarkan aku,"     

Rubylic justru merengek dan memeluk putrinya kembali dengan sangat sedih.     

"Ini semua salah ibu! Jika ibu tidak memberikan izin untukmu bisa menikah dengannya. Semua ini tidak akan terjadi. Jika ibu bersikeras menjodohkanmu dengan laki-laki lain yang mungkin statusnya tidak terlalu mengkhawatirkan. Semua ini tidak akan terjadi!"     

Terus menangis dengan heboh.     

Monna bisa merasakan banyak pasang mata yang memperhatikan mereka dengan sangat prihatin. Sedangkan Merri yang baru bergabung dengan keluarga Bourston agaknya terkejut dan berbisik pelan di samping Lily.     

"Itu adalah Nyonya Besar di keluarga Bourston? Wah.. dia lebih hebat dan luar biasa daripada yang aku bayangkan. Ketika aku berpikir dia adalah wanita yang lembut. Namun dia tidak berbeda jauh dari kebanyakan ibu yang akan marah besar melihat putri kesayangannya diceraikan secara sepihak?!"     

"Shttt!!! Menegur dengan tega dan meminta Merri tidak melanjutkan asumsinya.     

Lily dengan tajam melirik ke arahnya. Ikut prihatin dan merasa bersalah karena dia sebagai orang kepercayaan Nyonya yang ditugaskan untuk menjaga putri mereka, gagal menjalankan tugas.     

Memabwa pulang putrinya kembali dengan sebuah luka dan perasaan malu karena gagal menjalankan pernikahannya di istana.     

Tanpa sadar Lily ikut menangis dan meminta maaf pada keluarga Bourston.     

"Nyonya, Tuan dan semuanya. Maafkan saya. Karena tidak bisa menjaga Nyonya Muda dengan baik selama ini. saya memang sangat bersalah dan maafkan saya,"     

Menangis sesunggutan.     

Monna hanya sanggup termangu. Tahu bahwa dia membawa kabar duga. Namun apa perceraian dan perpisahan adalah sebuah aib bagi keluarganya?     

Memang bukan hal yang baik atau patut dibanggakan.     

Namun haruskah mereka semua bersikap seberlebihan ini?     

Merasa sulit memahami. Namun sebagian jiwa yang lain sebenarnya mengerti bagaimana kepedulian mereka membuatnya terharu.     

Monna lalu berucap.     

"Apa kita hanya akan melakukan adegan marah, kesal dan sedih di depan pintu seperti ini? Kalian tidak kasihan padaku yang baru saja kembali dari perjalanan panjang? Dan ingin sekali beristirahat?"     

Meminta perasaan iba dan sepaham dari semua orang.     

Rubylic masih saja terus meluapkan kekesalannya.     

"Tidak bisa!!!"     

Mengerutkan kening dengan heran. Monna lalu merespon.     

"Tidak bisa??"     

"Tidak bisa seperti ini!! Dan ibu tidak rela. Lihat sekarang! Kau pulang bahkan tidak diantar. Maka inikah sopan santun laki-laki di negera Geraldy?"     

Merasa tersindir Asraff dengan ketidak berdayanya kembali membela diri.     

"Ibu! Aku juga adalah pria dan ayah juga sama. Jadi ibu juga beranggapan kami sama seperti Putra Mahkota?"     

Mengabaikan pembelaan putranya.     

Alpen lalu mencoba bicara pada istrinya.     

"Kita lebih baik bicara di dalam, Ruby. Atau paling tidak biarkan Catty beristirahat lebih dulu. Karena aku yakin dia sangat lelah. Dan baru setelahnya kita biarkan dia bercerita dan menjelaskan segalanya,"     

Rubylic dengan acuh masih juga merajuk.     

"Aku tetap tidak rela!!"     

Rela apa? Tidak rela aku beristirahat lebih dulu?     

Menatap dengan serius. Monna memang sudah menduga ibunya akan menjadi kacau dan tontonan banyak orang.     

Terpaksa harus mendorong ibunya untuk berjalan masuk. Monna lalu melirik beberapa pesuruh.     

"Bantu Lily dan Merri menyimpan barang-barangku. Dan siapkan air hangat untukku mandi," perintah Monna.     

Beberapa pelayan mengangguk dan bergerak.     

Sementara semua orang mengikuti Rubylic dan Monna masuk dalam rumah.     

"Ibu tidak rela, Catty. Bagaimana putri ibu bisa menanggung seluruh penghinaan ini!? Dan bagaimana kau malah menjadi semakin kurus? Mereka kurang memberikanmu makanan ketika segalanya pasti tersedia?"     

Menggeleng dengan lemah, Monna terus berusaha menenangkan ibunya.     

"Aku sudah makan banyak ibu. Tubuhku saja yang sulit menggemuk karena tubuhku terlalu mudah mencerna makanan. Sehingga sulit menjadikannya lemak jenuh,"     

"Tapi, kenapa Putra Mahkota tidak mengantarmu? Dia sudah membuatmu dan tidak ingin peduli denganmu?"     

Menegur istrinya tajam.     

"Ruby!! Jaga ucapanmu! Dan apa yang kau tanyakan di depan putrimu sendiri?"     

Menatap kesal Alpen.     

"Aku berkata yang sebenarnya, Ayah! Jangan terus menerus memojokkanku!"     

Monna sekali lagi memberikan penjelasan.     

"Tenang ibu. Soal Putra Mahkota yang tidak mengantar. Semua semata-mata karena aku tidak ingin menimbulkan salah paham. Takut jika nanti aku dituduh memaksanya meluangkan waktu ketika kami pada akhirnya sudah tidak memiliki hubungan apapun,"     

Sekaligus tentu saja mencegah amukan dari ibunya. Yang pasti tidak akan membiarkan Belhart pergi begitu saja tanpa diinterogasi panjang kali lebar.     

Rubylic masih menunjukkan kesedihannya.     

"Tapi tetap saja. Aku tidak senang dan aku tidak suka!"     

Memejamkan mata sejenak. Apa sebenarnya ada yang meminta ibunya menyukai Belhart? Ibu ingin menggantikan putrinya, menikah dengan Putra Mahkota?     

Hanya menyimpan pertanyaan itu dalam hati dan tidak menyuarakan. Karena tahu, jika dia sampai mengungkapkan kekonyolannya. Maka Rubylic akan memukul atau berpikir dia gila.     

Monna masih tetap bersikap tenang.     

"Aku mengerti, Ibu. Tapi tolong, jangan melihat seluruh masalah ini sebagai sesuatu yang terlalu buruk. Karena semua pasti ada hikmahnya,"     

Rubylic masih saja meraung sedih. Membuat Monna tidak berdaya dan seolah membawa pulang berita kematiannya. Sementara Asraff yang dimintai tolong, hanya mengangkat kedua alis dan tersenyum lebar.     

Sedangkan Alpen hanya sanggup menatap prihatin.     

"Ibu.. ayolah..! Jangan seperti ini dan membuatku merasa sangat bersalah. Aku pulang bukan membawa berita duka meninggal. Tapi, kenapa semua orang nampak sangat menderita dan kehilangan?"     

"Tentu ibu harus marah-marah dan sedih melihat anak sendiri cerai! Orang tua mana yang tidak akan kesal dan kecewa?!"     

Mencari pembenaran dan mulai menemukan ide gila.     

"Jika seperti ini, lebih baik kau nanti langsung menikah saja dengan laki-laki pilihan ibu!"     

Bersikukuh dengan keputusannya. Monna sontak syok.     

"A-apa... yang ibu katakan barusan?"     

"Menikah kedua dengan laki-laki lain! Ibu akan carikan pria yang paling baik melebihi Putra Mahkota!!"     

Monna dibuat tidak berdaya. Termangu dan speechless.     

Baru saja mengurus perceraian dan diusir.     

Oke! Tidak sampai diusir. Namun secara logika memang harus keluar sekalipun masih diberikan izin menatap.     

Ibu ingin mencari jodoh untuknya?     

Tertawa dengan nada kosong.     

Monna tidak sanggup memahami dan tidak habis pikir.     

Sampai pada Alpen yang melihat segalanya sudah melewati batas, untuk pertama kalinya menetralkan keadaan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.