Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 137 ( Sesuatu yang Ingin Disampaikan )



Chapter 137 ( Sesuatu yang Ingin Disampaikan )

0Tidak melanjutkan pemaksaannya kembali.     
0

Belhart sudah mengalihkan pembicarakan ke hal lain.     

"Baru hanya persyaratan seperti itu yang aku ajukan padamu,"     

Sedikit menautkan alisnya, Monna mendumel dalam hati.     

Baru hanya??     

Menatap dengan tajam sekaligus berani.     

"Memang, masih ada berapa banyak persyaratan lagi yang harus aku ikuti? Bukankah jika kita bercerai, itu artinya kita akan menjalani kehidupan masing-masing? Kenapa kita masih harus saling mengatur?"     

Mengulum bibir dan sebagian membenarkan persepsi Cattarina. Belhart segera beralasan.     

"Ya. Namun, kau tetap harus menjaga nama baikmu dan mantan suamimu dengan baik."     

Mencerna sedikit, Monna lalu menambahkan.     

"Terutama karena Anda adalah Putra mahkota? Jadi sangat wajar jika Anda tidak ingin ada celah yang bisa menjatuhkan Anda?" sambung Monna dengan percaya diri.     

Ah, jadi sejak awal memang itu tujuan Belhart?! Tidak ingin sampai namanya tercoreng.     

Demi nama baik kekaisaran, keluarga dan terutama pribadinya sendiri. Belhart harus mengantisipasi?     

Memejamkan mata dengan lelah. Monna yang bahkan tidak pernah berpikir sampai sejauh itu, akhirnya paham.     

Tidak ingin berdebat terlalu lama karena mungkin akan semakin mengikis kenangan baik selama mereka menikah di kehidupannya yang kelima. Monna tidak ingin kebencian dan kekesalannya pada Belhart semakin bertambah.     

Sudah sempat berkurang jika Monna mau mengakuinya.     

Namun tidak benar-benar sepenuhnya hilang. Dan masih meninggalkan bekas yang cukup besar.     

@w.e.b.n.o.v.e.l     

Sementara Belhart yang sebenarnya bukan bermaksud seperti itu, tidak punya pilihan lain selain mengiyakan.     

"Ya. Jika kau ingin berpikir seperti itu," ungkap Belhart mengalah. Hanya demi untuk mempertahankan Cattarina tetap selalu berada di dalam pengawasannya.     

Monna lagi-lagi harus mengalah demi kebebasan.     

"Baik. Jika itu yang Anda inginkan. Tapi, aku tidak akan mengikuti Anda lagi jika batas waktu yang Anda berikan sudah melewati batas kewajaran. Dan terakhir jangan memaksaku,"     

Surat perceraian sebentar lagi ada di depan matanya. Dan Belhart yang tidak pernah menjilat ludahnya sendiri, tidak akan mungkin berpikir untuk membatalkan perceraian.     

Sehingga dengan penuh keberanian. Ketika nanti mereka berdua sudah tidak memiliki hubungan apapun. Monna yakin, ancaman dan syarat itu pada akhirnya tidak akan terlalu dia pedulikan. Dan Monna sendiri juag tidak perlu harus menjadikannya sebagai patokan.     

Cukup mengiyakan saat ini.     

Dan tinggal berpikir ulang nantinya, sesuai situasi yang dia hadapi.     

Belhart nampak masih berpikir.     

Membuat Monna yang menyadarinya, menatap separuh kesal.     

"Masih ada lagi yang ingin Anda tambahkan, ketika bahkan besok seluruh permintaan Anda itu akan ditulis dalam dokumen?"     

Bukannya kesal karena Belhart memberitahukannya dulu di depan lebih awal. Agar Monna tidak terlalu emosi atau bahkan membalikkan meja karena terlalu kesal. Ketika pada saat ini saja Monna sudah ingin memukul meja dan menyadarkan pikiran sempit Belhart.     

Bahwa dia tidak akan mungkin menjadi mantan istri yang seolah lepas dari kandang dan hilang kendali.     

Masih bisa berpikir dengan logika sendiri bahwa dia tidak harus menjaga nama baik mantan suaminya. Namun juga seluruh keluarga Bourston yang kembali tersemat di dalam namanya ketika mereka bercerai nanti.     

Monna mendadak menjadi lelah tanpa bisa dikendalikan.     

Belhart yang melihat, seketika berdiri. Menatap dalam, ketika mungkin ini adalah terakhir kalinya dia melihat wajah itu dalam istana.     

"Apa tidak ada yang ingin kau sampaikan padaku?" tanya Belhart menggunakan wajah serius.     

Monna mendongak.     

"Bukan soal permintaan khususmu atau sebagainya. Apa tidak ada sesuatu yang ingin kau sampaikan padaku. Misalkan saja tentang... perasaanmu?"     

Masih berharap bahwa mungkin saja Cattarina memiliki perasaan khusus padanya. Walau sedikit. Belhart merasakan tubuhnya nyeri, seperti ditusuk.     

Namun, Monna justru menjawab datar.     

"Saya senang karena Anda sudah mengambil keputusan ini. Bukannya tidak menghargai Anda sebagai suami saya. Melainkan saya tidak menemukan banyak kecocokan Anda kita berdua. Dan saya yakin saya tidak sepadan dengan Anda,"     

Nyeri itu semakin menusuk.     

Menusuk lebih dalam dan meninggalkan luka yang cukup dalam.     

"Kau berpikir seperti itu?"     

Mengangguk yakin, Monna membalas.     

"Ya. Mungkin saya salah. Namun untuk sementara, itu yang saya pikirkan sekarang."     

Berbeda dengan wajah ketakutan dan stres Cattarina belakangan ini. wajah yang Belhart lihat ketika mereka sedang dalam penghujung perceraian dan perpisahan adalah sebuah ketenangan dan sikap yang puas?     

Lega ketika sebentar lagi Cattarina akan bebas darinya? Dan puas ketika seluruh stres yang selama ini membebaninya akan hilang?     

Belhart masih saja tidak bisa menerima pilihan ini.     

Teringat kembali ketika beberapa waktu lalu dia menemui Pendeta Agung dan bertanya soal lamaran masa depan yang Cattarina dapatkan darinya.     

Pendeta Agung dengan tenangnya berkata.     

"Itu memang adalah garis kehidupan yang saya lihat dalam diri putri keluarga Bourston. Memang sudah terjadi belasan tahun. namun karena memori itu mengena dan berbeda. Saya bisa mengingatnya, Yang Mulia." Ucap Pendeta Agung Philips ketika Belhart sudah menceritakan seluruh hal yang dia tahu.     

Perihal isi ramalan yang diceritakan oleh ayahnya. Lalu soal mimpi-mimpi buruk yang Cattarina mimpikan. Semua sengaja Belhart ceritakan agar tidak ada satu informasi penting apapun yang dia lewatkan.     

Pendeta Agung Philips memang sempat sangat terkejut.     

Namun diusianya yang sudah menginjak kepala 9 dan banyaknya hal-hal aneh yang sudah dia lewati.     

Bukan hal yang terlalu mengejutkan kembali ketika sesuatu yang mustahil dan aneh terjadi.     

"Gambaran masa depan dan masa lalu itu mungkin terjadi karena Putri Cattarina adalah wanita yang spesial. Telah mengalami 4 kali renkarnasi pengulangan dan saya yakin itu semua adalah beban yang sangat berat baginya,"     

Informasi penting ini jelas baru Belhart ketahui.     

"Apa..? 4 kali rekarnasi pengulangan?"     

Mengangguk pelan dan mengiyakan. Pendeta Philips masih berusaha mengusap janggutnya yang panjang.     

"Ya. Semua masih menjadi rahasia ilahi. Dan tidak ada satu orangpun yang mungkin diberikan izin untuk mengetahuinya lebih jauh. Namun yang bisa saya sampaikan adalah.."     

Menatap dengan serius, ketika informasi pertama masih menjadi tanda tanya besar dalam benak Belhart.     

"Putri Cattarina adalah wanita yang kuat dan tegar jika dia sanggup melewatinya,"     

Ada ketar-ketir perasaan frustasi yang tidak bisa Belhart tutupi.     

"Jadi yang ingin Anda katakan adalah, dari seluruh rangkaian pengulangan yang Cattarina alami. Semua ujung kematian.. aku yang memberikannya?"     

Tidak ingin percaya dan mulai membuat asumsi sendiri. Fakta ini jelas sangat buruk. Lebih buruk daripada yang dia bayangkan.     

"Saya tidak bisa menyampaikannya, Yang Mulia. Karena takbir rahasia masih hanya Putri Mahkota dan sang pembuat takdir sendiri yang mengetahuinya. Namun saya bisa menjamin bahwa seluruh kematian yang terjadi pada 4 rekarnasi berulang Putri Mahkota adalah nasib tragis yang harus beliau tanggung karena sebuah kesalahan yang pernah dia lakukan di masa lalunya,"     

Belhart hanya sanggup menutup mulut dengan kedua tangannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.