Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 132 ( Keputusan Bersama )



Chapter 132 ( Keputusan Bersama )

0Namun Belhart justru masih bisa menjawab pertanyaan ayahnya dengan sangat santai. Seolah tidak terjadi apapun.     
0

"Ya. Dan itu baru terjadi saat ini Ayah. Dalam masa jabatanku. Dan Putramu seorangyang baru menciptakannya."     

Semakin menatap tidak percaya. Lomus Dominic menyanggah Belhart.     

"Ada banyak cara, Belhart. Ada banyak. Namun bukan perceraian yang harus kau pilih," ungkap Lomus yakin.     

Tapi tidak ada balasan atau jawaban setuju apapun dari Belhart. Memaksa Lomus Dominic untuk menambahkan.     

"Dan perceraian ini bukan hanya akan merugikan dirimu sendiri. Melainkan istrimu atau menantuku. Beserta dengan keluarganya,"     

Peringatan keras jelas sudah diberikan.     

Namun Belhart masih tidak kunjung menunjukkan kepedulian dan keinginannya untuk merubah keputusannya. Sadar sudah membuat pilihan yang terlalu berani dan tidak akan bisa diterima banyak orang.     

Belhart hanya sanggup berucap lemah.     

"Ini yang terbaik, Ayah. Dan aku melakukannya demi kami berdua,"     

Terutama Cattarina.     

Dan Lomus Dominic memahami itu.     

Menggeleng dengan tidak kuasa. Lomus Dominic yang tidak berhasil membujuk putranya. Berpaling mencari orang lain yang memiliki peranan paling penting dalam keputusan Belhart.     

Lomus Dominic lalu meminta Cattarina untuk membujuk putranya agar tidak mengambil keputusan sepihak dengan gegabah.     

"Cattarinna. Aku yakin kau sadar bahwa keputusan Belhart ini tidak tepat. Maka tolong pikirkan baik-baik!" pinta Lomus.     

Tidak pernah melakukan permohonan. Lomus menyadari bahwa sekarang ini adalah pertama kalinya dia memohon dengan bersungguh-sungguh.     

"Aku yakin, Cattarina. Belhart tidak mungkin ingin benar-benar bercerai denganmu. Dan keputusan yang dia ambil, adalah hanya karena emosi sesaat. Oleh sebab itu, tolong bujuk dia agar tidak melaksanakan keinginannya itu dan membatalkan perceraian!"     

Monna yang tidak memiliki kuasa, membalas pendek.     

"Saya tidak bisa berbuat apapun, Yang Mulia."     

Memberikan kalimat singkat dan datar. Monna tentu memang tidak bisa berbuat apapun saat Belhart sudah membuat keputusan yang sangat dia yakini.     

Ketika ucapan sang ayah bahkan sama sekali tidak dia dengarkan.     

Memilih tetap pada keputusannya, sekalipun Monna tahu Lomus Dominic sudah lebih dulu menemui putranya untuk bicara. Namun gagal.     

Melihat sifatnya, Belhart tentu sudah membuat keputusan yang tidak akan pernah dia batalkan menggunakan berbagai alasan.     

Masih juga dibuat tidak berdaya menghadapi keduanya. Lomus Dominic pada akhirnya kehilangan kata-kata. Menyerah dan pergi ketika usaha apapun yang dia lakukan nampak tidak akan membuahkan hasil.     

Monna yang masih berusaha memahami situasi, sadar bahwa keputusan Belhart adalah keputusan yang sejak dulu dia inginkan.     

Pernah mencantumkannya dalam syarat pernikahan, sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Situasi yang terjadi saat ini memang sedikit berbeda dengan apa yang dia harapkan. Ketika dulu Monna sempat berpikir bahwa perceraian itu akan terjadi ketika Alliesia sudah memenuhi pikiran dan juga hati Belhart.     

Dengan menggunakan beberapa pertimbangan mendadak, Belhart akhirnya menyetujui permintaannya dulu.     

Sudah tidak pernah melihat sosok Belhart lagi, semenjak dia menyampaikan keinginannya hari itu.     

Monna akhirnya sadar sudah sangat diabaikan.     

Tidak pernah mendapat perlakuan berkali-kali lipat lebih dingin daripada sikap Belhart selama ini, yang terus merundungnya dengan berbagai aura negatif dia perlihatkan setiap kali mereka bersama.     

Untuk pertama kalinya, Belhart benar-benar mengacuhkan Monna dalam jangkauannya di kehidupannya yang kelima.     

Tidak semenyakitkan dulu. Namun masih ada beberapa bagian dalam sudut hati Monna yang merasakan sedih, kecewa dan memendam itu seorang diri.     

Perpisahan memang adalah yang Monna inginkan. Namun Monna tidak bisa mengabaikan perasaan aneh yang mengganjal hatinya.     

Kini, diam dan menerima adalah keputusan paling benar yang harus Monna ambil.     

Tidak ingin menimbulkan keributan dan salah paham yang mungkin akan memperkeruh masalah yang sudah rumit.     

Neil menjadi orang kesekian yang penasaran soal pilihan mereka.     

Menatap dengan cemas. Lalu secara tidak terduga sedikit menentang.     

"Saya mungkin tidak pandai dalam memahami isi pikiran seseorang. Namun saya yakin bahwa keputusan ini adalah salah," ucap Neil sangat berani mengomentari kehidupan rumah tangga Putra dan Putri Mahkota.     

Cattarina seketika menampilkan wajah terpananya.     

Bersikap lain dan tidak bersorak atas pisahnya hubungan antara Belhart dengan Cattarina. Ucapan keberatan Neil, mengundang beberapa kalimat tanya dalam benak Monna.     

"Kau tidak menyetujui keputusan itu, ketika aku bahkan berpikir bahwa kau adalah pihak yang paling mendukung?"     

Membuat pernyataan yang bertolak belakang dan separuh mungkin adalah jujur.     

Neil tidak segera mengiyakan. Namun diam dan sedikit bergidik.     

Sehingga Monna lalu melanjutkan kata-katanya.     

"Bukan aku yang membuat keputusan, Neil. Melainkan putra mahkota sendiri. Jadi jangan mendorongku," pinta Monna.     

Namun Neil malah berkata lain di dalam hatinya.     

Justru itu.     

Jika keputusan itu dibuat oleh Putra Mahkota. Bukankah semuanya menjadi semakin tidak masuk akal?     

Neil lalu mencengkram tangannya.     

Merasa aneh pada sikapnya sendiri. Neil sebetulnya ingin mendukung siapa?     

Karena sesuai dengan perkataan Putri Mahkota, sebagian dirinya merasa senang. Namun sebagian dirinya yang lain merasa ini tidak benar dan akan menyulitkan bagi pihak Putri Mahkota.     

Neil sekali lagi tidak berhasil menetapkan pilihan. Hanya bisa mengikuti pilihan itu ketika seluruh keputusan telah diambil. Dan dia sebagai pihak luar tidak memiliki kuasa untuk ikut campur.     

Monna lagi-lagi dihadapkan pada kericuhan yang berasal dari keluarganya. Alpen Bourston yang baru mengetahui isu perceraian putrinya dari orang lain menjadi heboh.     

"Cerai? Bagaimana hal itu mungkin terjadi, Catty? Kau bercanda? Namun, bagaimana dengan isu miring yang cepat menyebar itu?"     

Berusaha menyangkal namun tidak menemukan keyakinan.     

Alpen Bourston yang baru saja memiliki kesempatan untuk bertemu dan bicara dengan putrinya. Tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk melakukan konfirmasi.     

"Ayah tahu pernikahan itu adalah sesuatu yang berat untukmu, Catty. Namun, apa kau yakin dengan keputusan ini? Putra Mahkota menyetujuinya dan dia sampai menyuruh orang-orang penting dan terkait untuk membantunya?"     

Bertanya karena khawatir dan menyangsikan kabar mengejutkan itu.     

Monna yang tidak tega melihat kekecewaan terlampir di wajah ayahnya. Hanya bisa memasang wajah sedih.     

"Maafkan aku, Ayah. Aku tahu Ayah terkejut. Tapi ini sudah menjadi keputusan kami,"     

Sedikit berbohong dengan mengatakan bahwa keputusan ini adalah keputusan mereka bersama.     

Alpen Bourston lantas tidak langsung percaya.     

"Demi apapun! Ini semua adalah keputusan kalian bersama dan kalian ingin aku percaya sekaligus menerimanya?"     

Menyetujui pernikahan ini hanya karena putrinya yang menginginkan. Pada akhirnya mereka harus bercerai? Susunan cerita semacam apa yang sedang putri dan menantunya buat?     

Lalu, jika seperti ini akhirnya. Kenapa mereka harus menikah?     

Merusak arti penting sebuah pernikahan. Monna justru mencemaskan ibunya.     

"Bagaimana dengan ibu? Apa dia sudah tahu soal perceraianku dengan Belhart? Dan bagaimana komentarnya?"     

Cemas jika masalah perceraiannya akan mempengaruhi pikiran dan kondisi tubuh ibunya yang mungkin bisa menjadi sensitif.     

Alpen Bourston menggeleng.     

"Ibumu belum tahu soal masalah ini. Masih ayah dan kakakmu yang baru mengetahuinya,"     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.