Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 123 ( Spesial )



Chapter 123 ( Spesial )

0"Masuk dalma tubuh Cattarina, sang pemain Antagonist. Gagal memutuskan pertunangan dan pernikahanku dengan Belhart. Aku sempat berpikir bahwa mungkin tidak ada jalan bagiku merubah masa depan. Namun aku berusaha,"     
0

Memainkan jari dengan serius dengan kerutan kening.     

"Hingga pada akhirnya mendapatkan hasil. Pembelotan berhasil digagalkan. Menyelamatkan kedua orang tua dan kakaknya dari hukuman mati. Itu artinya, masalah paling besar kedua dalam cerita novel berhasil aku rubah,"     

Masih berucap sendirian dengan sangat fokus. Monna terus berusaha tidak membiarkan satu hal kecil apapun lewat.     

"Lalu perihal masalah paling penting dan utama dalam kemalangannya dalam novel dan ingatan masa lalunya. Monna ternyata gagal menyatukan Alliesia dengan Belhart. Nampak sudah memiliki pasangan masing-masing yang mereka cintai saat ini,"     

"Aku sama sekali tidak bisa mengerti bagaimana dan kenapa situasi ini bisa terjadi. Padahal sudah dipertemukan lebih cepat daripada jadwal yang semestinya. Keduanya juga nampak akrab pada beberapa situasi tertentu. Namun ternyata tidak memberikan pengaruh,"     

"Alliesia lalu menyatakan diri sudah mencintai orang lain. Padahal jelas-jelas dalam mimpiku semalam, Alliesia sangat membenciku? Memiliki kemampuan yang hampir mirip, bahwa kami bisa sama-sama melihat masa depan dan berusaha merubahnya."     

"Pada akhirnya Alliesia tahu, Cattarina menggunakan berbagai macam cara agar takdirnya berubah. Mempengaruhi hubungannya dengan Belhart. Dan merubah situasi Alliesia menjadi cinta sepihak. Menjadi gelap mata dan mulai menjadi antagonist kedua selain Cattarina,"     

Sembari menggigit bibir bawahnya. Monna berpikir sangat keras.     

"Apa sebenarnya maksud semua mimpi itu? Bukankah barusan, Alliesia mengatakan bahwa dia menyukai Hulck? Bukan Belhart! Dan terlalu konyol jika Alliesia sampai berbohong. Walaupun tidak ada kemungkinan apapun yang menjamin ucapannya itu jujur,"     

Monna masih saja beranggapan bahwa Alliesia memang tidak memiliki perasaan apapun pada Belhart. Dan Alliesia belakangan ini memang menunjukkan tanda-tanda bahagia yang terlalu jelas.     

Jadi tidak mungkin juga jika dia menggunakan statement palsu.     

Lalu, apa sebenarnya arti mimpi itu?     

"Akhh!!"     

Merasakan kepalanya mendadak nyeri hebat dan seolah tersengat.     

Tepat ketika sebuah ketukan terdengar.     

Menghadirkan sosok Belhart yang menatap Monna sedikit heran.     

"Ada apa denganmu? Kudengar kau menyuruh semua orang pergi untuk membiarkanmu sendirian d dalam kamar,"     

Belhart bahkan tidak menemukan Neil. Melihat sekeliling kamar dan tidak menemukan ada yang aneh atau mengkhawatirkan.     

Monna yang terkejut langsung bertanya.     

"Apa yang Anda lakukan di sini? Anda tidak bekerja? Dan Anda sama sekali tidak punya urusan lain?"     

Menganggap pertanyaan itu malah seperti sebuah ucapan pengusiran, ketimbang rasa penasaran dan terkejut.     

Belhart menaikkan sebelah alisnya.     

"Kenapa? Apa aku tidak boleh datang kemari dan mengganggumu?" bertanya balik dengan sifat khas-nya.     

Monna hanya memilih untuk menggeleng dengan lemah dan menahan perasaan tertekannya.     

"Bukan seperti itu. Hanya saja.."     

Hanya saja, aku sedang berpikir keras soal kehidupanku. Tentang perubahan sikapmu dan juga takdir kita.     

Mimpi yang Monna lihat tentang Belhart kembali dia ingat.     

Merasa seperti mimpi buruk. Monna mengalihkan pandangan.     

Membuat Belhart yang peka dan menyadari tindakan itu, mengerutkan kening.     

"Ada masalah?" tanyanya pendek.     

"Tidak,"     

"Lalu kenapa kau nampak gelisah? Seperti tidak senang dan mencemaskan hal lain,"     

Belhart masih saja menatap dengan tatapan tidak mengerti.     

Bukankah isu pembelotan ayahnya sudah berhasil Belhart atasi?     

Lalu sekarang, masalah apalagi yang merundungnya? Bukan soal gagasan lan untuk menggagalkan pernikahan ini, bukan?     

Merasa nampak lelah dan tidak mengerti. Belhart lalu memutuskan untuk berbaring di atas tempat tidur. Ketika kesal dan perasaan tertekan juga dia rasakan.     

"Katakan apa yang menjadi masalahmu. Dan sebisa mungkin aku akan membantumu," ucap Belhart mengalah.     

Menawarkan jasa dan bersikap baik. Monna justru mengerjap.     

Belhart mau melakuka sesuatu demi Cattarina??     

Bertanya dengan serius apa dia memiliki masalah dan bersedia membantu?     

Sehingga, bayangan mimpi Monna selama beberapa hari ini kembali mengusiknya.     

"Kalau begitu, apa aku boleh bertanya?" Izin Monna.     

"Tentu. Memangnya siapa yang berani melarangmu?" balas Belhart memberikan izin.     

Monna malah tersenyum kecut diam-diam.     

Tentu saja kau, Yang Mulia.     

Karena di kehidupanku pertamaku yang gagal, kau tidak pernah memberiku izin untuk bertanya. Selalu benci ditanya dan tidak pernah menjawab pertanyaan yang istrimu, Cattarina ajukan.     

Monna lagi-lagi merasakan dirinya menyatuh dengan pikiran dan perasaan Cattarina.     

Seolah bisa merasakana bagaimana kecewa dan sakit hati Cattarina terus diabaikan selama pernikahan mereka. Bahkan jauh sebelum itu. Monna lalu mengeluarkan keberaniannya.     

"Saya hanya ingin bertanya. Menurut Yang Mulia, saya bagaimana?"     

Bertanya dengan serius dan tidak yakin dijawab dengan benar. Monna tetap saja penasaran kata-kata seperti apa yang akan Belhart berikan.     

Merasa tidak tenang ketika mata gelap itu meliriknya dan mencari kata-kata. Belhart yang nampak kesulitan mencari jawaban, berusaha menunjukkan sikap netral.     

"Bagaimana seperti apa yang ingin kau tahu?" tanya Belhart balik lebih serius dan ingin menyesuaikan jawaban.     

Monna lalu bergerak duduk menghadap ke arahnya. Hal yang mungkin jarang Monna lakukan dan inginkan karena dulu dia pernah sangat takut bila harus berhadapan dengan Belhart. Bahkan hanya beberapa meter.     

"Katakan apapun yang Anda pikirkan. Cukup merangkainya dalam beberapa kata, jika Anda kurang berkenan menjawab."     

Kata pendek Belhart tanpa sadar menggema di dalam telinga Monna.     

"Spesial,"     

"Spesial? Aku?"     

Masih tidak paham. Namun kali ini yakin tidak salah mendengar. Namun menyangsikan ucapan Belhart yang mungkin Belhart ucapkan secara asal.     

"Spesial dalam hal apa?" tanya Monna kemudian. Setelah mulai merasakan beberapa firasat yang mengerikan.     

"Spesial karena sudah menjadi istriku dan akan menjadi calon Ratu kelak ketika aku nantinya akan menggantikan ayah,"     

Seakan ingin memberikan penegasan waktu kebersamaan mereka yang akan berlangsung panjang. Monna tidak tahu kata-kata apa yang tepat untuk mengimbangi jawaabn Belhart.     

"Itu bukan jawaban yang saya inginkan," ucap Monna akhirnya setelah sadar bukan jawaban seperti ini yang dia inginkan.     

Namun jawaban itu entah bagaimana seolah mewakili banyak hal. Tapi Monna terlalu takut untuk memahami lebih jauh. Sebelum kalimat jelas Belhart dia dengar.     

"Saya bukan bertanya soal status dan masa depan kita yang entah akan mengarah pada apa. Tapi saya bertanya soal perasaan Anda saat in. Emm... maksud saya tanggapan. Bagaimana tanggapan pribadi Anda soal saya?"     

Dibuat terlalu cemas dan berancang-ancang jika jawaban Belhart akan mengguncangnya. Monna mendadak kehilangan selera untuk melanjutkan pertanyaannya yang rumit.     

Tapi, apa sesulit ini bagi Belhart mengerti maksud dari pertanyaannya?     

Mengulum bibir dan menjawab, "Aku tidak mengarang cerita ketika aku menyampaikan bahwa kau memang adalah wanita yang spesial untukku."     

Menjawab dengan ambigu dan menciptakan beberapa persepsi. Monna hanya menatap mata kelam, namun bersinar itu dalam diam.     

"Kau memang sudah menjadi wanita yang spesial untukku, Catty."     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.