Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 121 ( Mimpi Buruk Lain )



Chapter 121 ( Mimpi Buruk Lain )

0Bersujud di depannya dan mencium tangan Cattarina. Neil dengan ekspresi sungguh-sungguh mengungkapkan perasaannya yang baru muncul dan akan terus dia simpan?     
0

Hingga adegan lain ikut bermunculan. Adegan dimana Neil yang tidak pernah menunjukkan kemarahannya pada Monna. Menatapnya sangat tajam. Mengancam akan membunuh Cattarina jika dia sampai tidak mencintainya balik.     

Apa-apaan ini?!     

Apakah ada sesuatu yang salah di sini?     

Atau Monna yang terlalu girang mulai bermimpi semakin aneh dan tidak terkendali?     

Mencoba mengabaikan mimpi itu. Monna serta merta menjalani kesehariannya seperti biasa. Menghadapi orang-orang yang dia mimpikan dengan sikap biasa. Karena Monna sama sekali tidak percaya Neil akan memiliki perasaan khusus padanya.     

Terutama, Belhart yang tidak pernah menyukai Cattarina sejak lama.     

Beberapa keanehan masih saja membuat Monna merasa tidak nyaman.     

Bukan karena hidupnya yang dipersulit. Namun sangat dimudahkan.     

Mendapatkan izin keluar dari istana dan berkeliling kota tanpa dia minta. Belhart dengan niat baiknya, membalas jasa Monna yang sudah menyelamatkan ayahnya dengan beberapa keleluasaan.     

Bebas mengatur istana tempat tinggalnya sesuka hati. Dan berkeliling kota beberapa kali. Sampai mengizinkan Monna untuk berkunjung ke rumah kedua orang tuanya.     

Bukankah jika ingin membalas jasa Monna, Belhart bisa mengatakan bahwa mereka impas?     

Karena Belhart juga sudah menyelamatkan ayahnya? Membersihkan nama ayahnya, bahkan menyelamatkan seluruh anggota keluarganya?     

Jika diperhitungan dengan benar.     

Justru Monna yang punya lebih banyak hutang padanya.     

Nyawa satu orang telah Belhart tukar dengan 3 nyawa lain. Jadi darimana dasar perhitungan Belhart soal tanda jasa Monna menyelamatkan ayahnya?     

Lalu soal tatapan Neil pada sosok Cattarina yang mulai Monna perhatikan.     

Mungkin karena efek samping dari mimpi yang terus mengganggunya secara acak selama beberapa minggu ini.     

Selesai menyelesaikan satu masalah terkait Hugorf Agreid Bourston. Yang akhirnya mendekam di penjara dan seluruh aset kepemilikan hartanya dicabut. Lalu disumbangkan. Hugorf Agreid akhirnya bisa menerima hukuman atas kecurangan yang dia buat sendiri.     

Melibatkan istri dan anaknya yang masih belum dewasa.     

Martinie, istri Hugorf. Pada akhirnya harus mulai semuanya dari awal. Meminta pertolongan ayah kandungnya, Sebastian Humanie, untuk menampung dia dan kedua anaknya tinggal bersama kakek mereka.     

Perkara hukuman mati yang mungkin akan keluarganya terima, jelas sudah teratasi dengan sangat baik.     

Gerakan kecil dan berbeda Neil terkadag memunculkan beberapa spekulasi dalam benak Monna.     

Bukan bermaksud untuk membanggakan diri sendiri atau memuji diri. Ada beberapa gerakan tertentu Neil mengingatkan Monna pada mimpinya.     

Sehingga Monna jadi mulai curiga. Bahwa mungkin saja, mimpi yang dia liat adalah kilasan lain dari masa depannya yang sudah berubah?     

Berhasil mengatasi masalahnya dengan pembelotan dan hukuman mati. Lalu kebencian Belhart padanya.     

Monna yang tidak berhasil menyatukan Alliesia dengan Belhart. Kemudian harus menjalani masa depan lain yang dengan beberapa alasan tertentu berhasil dia mimpikan?     

Merasa kemungkinan itu sangat tidak wajar dan mengkhawatirkan. Monna merasa dia tidak seharusnya mengabaikan mimpi itu begitu saja.     

Karena mimpi itu semakin hari semakin jelas.     

Hingga sosok wanita lain yang Monna lihat dalam mimpinya berhasil dia ketahui.     

"Alliesia??"     

Menatap dengan sangat ngeri tatapan seorang wanita yang sangat Monna kenal. Namun tidak mengenali kemarahan itu.     

Beberapa kata benci Alliesia layangkan padanya di dalam mimpi.     

"Anda sangat pintar, Yang Mulia. Berhasil membuat Yang Mulia Putra Mahkota berhasil menyukai Anda dan melirik Anda dengan sepenuh hati. Anda kini berhasil mengatasi nasib buruk Anda?"     

Masih belum terlalu mengerti dengan penuturan Alliesia yang seperti orang yang asing bagi Monna. Dengan beberapa kecemasan, Monna masih juga bergeming.     

Mendengarkna dengan serius dan mencari pengertian.     

"Alliesia! Apa sebenarnya yang kau maksudkan?"     

Seolah bisa mengucapkan kata-kata yang ada dalam benaknya ketika bermimpi.     

Sosok Cattarina dalam mimpi Monna nampak sangat sengit menatap Alliesia. Terlihat marah juga dan tersinggung.     

Alliesia yang kesal lalu tertawa mengejek.     

"Aku sudah tahu Anda berhasil merubah masa depan. Memiliki kemampuan bisa melihat masa depan dan melakukan berbagai cara untuk mengantisipasi keburukkan yang akan Anda terima,"     

Dengan mata yang menyala, Alliesia semakin mendekat ke arahnya.     

"Anda juga sudah berani membuat garis hubunganku dengan Belhart menjadi renggang, bukan?"     

Ngeri dengan tuduhan itu.     

Cattarina terlihat sangat tidak merasa yakin.     

"Apa katamu?"     

"Tidak usah berpura-pura dan jujurlah!"     

Cattarina yang marah mencengkram tangannya.     

"Kini, aku mengerti bagaimana bayangan mimpiku bersama Belhart semakin jauh. Pernah melihat sosok itu tersenyum dan mendekat ke arahku. Lalu membentuk sebuah keluarga. Namun pada akhirnya malah semakin menjauh. Jadi, Anda yang sudah menyebabkan semua itu terjadi?"     

Semakin pusing dengan keadaan ini. Cattarina akhirnya paham beberapa hal penting terkait mimpinya.     

Bukan hanya menegaskan masa depan lain yang akan menantinya. Namun, pilihan lain yang akan terjadi dalam kehidupannya mendatang.     

Kematian pada akhirnya akan menjemputnya.     

Berawal dari usahanya untuk menghindari kematian. Dan berakhir pada kematian lain yang disebabkan oleh orang lain.     

Alliesia yang benci padanya menjadi gelap mata. Tidak terima Belhart mencintainya dan mengubah garis takdir kehidupan mereka yang seharusnya berakhir bahagia.     

Alliesia yang pernah memimpikan hal indah-indah dan mulai menganggap mimpi itu akan menjadi nyata. Memberikan harapan besar pada Belhart. Berpikir bahwa hubungan Belhart dan Cattarina tidak bisa diselamatkan.     

Harapan-harapan kecil dan perhatian Belhart yang salah Alliesia tangkap. Menjerumuskannya pada rasa benci yang teramat dalam.     

@w.e.b.n.o.v.e.l     

Menjadikan sang pemeran protagonist. Menjadi sosok antagonist baru yang berusaha menggagalkan hubungan Belhart dan Cattarina. Sekaligus menciptakan peluang untuk meracuni Cattarin dan membunuhnya.     

Tepat di hari kematiannya, Monna bangun dari tidurnya dan gemetar hebat.     

Tidak pernah merasa setakut ini setelah beberapa lama. Perasaannya yang sudah stabil. Malah menjadi kacau. Terbengkalai dan kehilangan arah juga kepastiannya.     

Apa yang sesungguhnya terjadi?     

Kenapa Monna harus kembali dihadapkan pada masalah kematian?     

Apa tidak ada jalan baginya untuk selamat dari maut? Dan kebencian dari seseorang, siapapun itu?     

Dengan bekal ketakutan dan keraguan pada masa depan yang cerah. Monna lalu mendatangi Alliesia.     

Bertanya dengan sangat serius perihal laki-laki yang sedang dia cintai saat ini.     

"Kau masih ingat dengan ceritamu dulu, soal laki-laki yang bisa membuatmu bahagia dan tersenyum?"     

Menatap dengan tenang masih menggunakan sorot matanya yang jernih dan lugu seperti biasa.     

Monna masih merasakan belum ada satu kebencianpun yang tersirat dari sorot mata itu.     

Atau, apa mungkin Alliesia adalah seseorang yang pandai menyembunyikan perasaannya?     

Memperdaya Monna. Dan membuatnya berpikir kalau semua baik-baik saja?     

Monna lalu mengumpat dalam hati.     

Oh, shit!!     

Dia benci situasi ini! Dan dia juga benci ketidak pastian! Hingga seluruh mimpi terkutuknya!! Lihat saja, apa yang akan dia lakukan jika semua itu adalah nyata!!     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.