Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 118 ( Cookies Spesial )



Chapter 118 ( Cookies Spesial )

0Beberapa hari kemudian.     
0

Sebagai bentuk tanda terima kasih dan usaha Cattarina untuk mengakrabkan diri dengan Belhart. Monna membuatkan beberapa cemilan untuk Belhart.     

Tahu bahwa Belhart jarang memperhatikan pola makannya ketika sibuk dan cemilan ringan namun mengenyangkan tentu akan banyak membantunya.     

Monna dengan niat sungguh-sungguhnya pergi ke dapur istana.     

Sempat menghebohkan seluruh koki dan pekerja dapur karena kehadirannya. Gugoloft Margenie, Sang Kepala Dapur. Lagi-lagi dibuat sangat terkejut.     

"Gugoloft Margenie, memberi salam pada bunga istana. Yang Mulia Putri Mahkota," salam Gugoloft.     

Diikuti komplainnya.     

"Bisa saya ketahui apa yang membuat Anda sudih datang ke dapur istana yang mungkin kotor ini?"     

Merendah dan separuh menyindir karena tidak mengerti dengan jalan pikiran Putri Mahkota. Monna dengan senyum khasnya membalas santai.     

"Ini bukan pertama kalinya aku datang, Gugoloft. Ini kedua kalinya dan aku sedang ada perlu dengan beberapa peralatan dan bahan makanan,"     

Semua orang langsung menatap dengan lemas.     

Termasuk Lily dan Merri yang nampak belum paham apa tujuan Putri Mahkota berkunjung ke dapur istana. Setelah menyuruh mereka mempersiapkan pakaian paling sedehana dan tidak merepotka untuk dia kenakan hari ini.     

Monna dengan sikap ancang-ancang sudah mengambil satu apron bersih dari dalam lemari pakaian di belakangnya.     

Memakainya dan mengingatkan tali arpon itu di belakang pinggangnya.     

Beberapa orang lalu berteriak dengan heboh.     

"Yang Mulia! Apa yang Anda lakukan? Dan kenapa Anda mengenakan apron?!"     

Masih tidak percaya, banyak pekerja dapur terbelalak dan memekik tajam.     

Lily dengan sikap frustasinya, berucap.     

"Yang Mulia! Tolong jangan bertindak yang tidak-tidak dan lepaskan apron kotor itu!"     

Bukan benar-benar apron kotor tentu yang Lily maksudkan. Namun seorang Putri Mahkota tidak akan mungkin mengenakan apron yang asal dia ambil dari dalam lemari pakaian. Sekalipun apron itu bersih dan sudah dicuci.     

Merri tidak kalah menggeleng ngeri.     

"Putri! Apa yang akan Anda lakukan??"     

"Tenanglah dan jangan merusak konsentrasi! Aku hanya akan menggunakan dapur untuk membuat beberapa kukis yang akan aku berikan pada Putra Mahkota,"     

Pekikan lebih tajam bergema.     

"Anda akan membuat sendiri kukis untuk Yang Mulia Putra Mahkota?"     

Membulatkan mata dan menatap dengan sangat takjub.     

Gugoloft nampak ikut terkejut dan menengahi.     

"Anda bisa menyuruh kami untuk membuatnya, Yang Mulia. Tidak perlu sampai turun tangan dan biarkan saja kami yang bekerja,"     

Monna dengan sangat yakin justru menggeleng. Menggerakkan telunjuknya untuk memberikan menolak.     

"Tidak bisa! Harus aku yang membuatnya. Karena akan menjadi lebih spesial dan berkesan. Aku ingin memberikannya secara khusus!"     

Namun tidka ada satu orang pun yang merasa yakin.     

Masih keberatan dan cemas akan terjadi sesuatu yang membahayakan. Lalu mereka yang nantinya akan disalahkan karena membiarkannya.     

Monna sekali lagi memberikan senyum yakinnya.     

"Kalian tenang saja dan tidak perlu cemas. Aku sudah biasa melakukannya dan tidak akan mungkin ada kesalahan yang sama seperti yang khawatirkan,"     

Ucapan itu justru semakin menambahkan keheranan dan kebingungan semua orang. Tidak pernah mendengar ada seorang putri bangsawan kelas atas yang pernah menyentuh dapur. Ketika mereka biasanya menyuruh beberapa koki atau pengurus dapur untuk membuat menu apa saja yang bangsawan itu minta.     

Putri Mahkota justru mengatakan kalau dia sudah terbiasa dan tidak akan menimbulkan kecemasan?     

Putri Mahkota memang membuktikannya.     

Mengaduk berbagai adonan dan mencetaknya dalam bentuk yang sesuai. Banyak orang dibuat panik ketika mendengar Monna berteriak dan merintih kesakitan.     

Sudah diperingatkan untuk berhati-hati ketika tidak ada satu orangpun yang berani membantah. Dan sibuk mengamati dalam kekakuan mereka.     

Monna dengan senyum sungkan, meminta maaf.     

"Maaf. Aku terlalu terburu-buruk dan tidak sabaran,"     

Dengan cekatan Gugoloft memberikan salah dan kain basah untuk Monna bisa menetralisi memar ringan yang disebabkan karena punggung tangannya yang tida sengaja bersentuhan dengan loyang panas.     

Tatapan dingin Gugoloft membuat banyak orang tidak bisa berkomentar.     

Menatap dengan ngeri ketika Gugoloft berani menegur Putri Mahkota.     

"Sudah saya katakan untuk membiarkan kami yang mengerjakannya. Anda membuat kami mungkin saja akan dihukum, Yang Mulia."     

Menyatakan keberatan. Namun melalui ucapannya, Gugoloft sebetulnya tidak terlalu menetang Putri Mahkota. Hanya mencemaskannya dan menjadi lemah hati.     

Semnyum cerah Monna lalu mengembang.     

"Kukis-ku sudah jadi dan aku akan menatanya. Aku juga akan membiarkan kalian mencicipi jika kalian berkenan,"     

Tatapan penuh tertarik tersebar dari segala penjuru. Mengagumi kepribadian Putri Mahkota yang entah bagaimana bisa sangat baik dan berbeda dari bayangan mereka selama ini.     

Rasa syukur dan gembira juga menyebar.     

"Wah! Terima kasih, Yang Mulia. Dan dengan senang hati,"     

Tatapan tajam Gugoloft menghentikan semangat itu.     

"Kalian ingin makan hasil luka Yang Mulia?"     

Bukan bermaksud menghentikan kegembiaraan semua orang. Melainkan mengingatkan mereka bagaimana jerih payah untuk membuat makanan itu dilakukan Putri Mahkota dengan sungguh-sungguh.     

Gugoloft lalu menatap Monna lagi.     

"Ini akan menjadi terakhir kali Anda membuat kegaduhan dan membuat kami cemas, Yang Mulia. Jangan membuat sesuatu yang akan membahayakan mungkin nyawa Anda,"     

Dengan satu helaan napas panjang, Gugoloft berseru lagi dengan lebih tenang.     

"Lalu kami mengucapkan banyak terima kasih atas perhatian Anda dan keramahan Anda. Kami akan menikmatinya secara perlahan,"     

Senyum Monna lalu merekah. Membuat semua orang yang berada di sekitarnya tersenyum senang. termasuk Gugoloft yang akhirnya mengalah pada hal baik. Dan tidak memberikan ketegangan pada siapapun.     

Tugas utama Monna selesai.     

Membuat beberapa kukis manis unik Belhart.     

Keraguan Monna mendadak muncul.     

Berdiri dengan gelisah di depan pintu kerja Belhart bersama dengan dua dayangnya.     

Merri yang kebingungan bertanya.     

"Ada apa, Yang Mulia? Kenapa Anda menjadi ragu? Dan kenapa Anda menjadi berputar-putar hingga membuat kepala saya pusing?"     

Monna lalu menatap Merri. Bertanya dengan cukup serius dan bimbang.     

"Menurutmu, Putra Mahkota akan menerima kukis ini?" bertanya dengan ragu. Monna masih menambahkan poin penting yang dia lupakan.     

"Aku tidak tahu apakah dia menyukai makanan manis atau tidak. Dan mengingat bagaimana dingin serta emosional sifatnya. Aku semakin ragu tentang hal itu,"     

Masih sibuk berpikir dengan keras dan bertanya-tanya. Pintu ruang kerja Belhart terbuka. Menghadirkan sosok Belhart yang berdiri kaku di depan pintu lalu bersandar di dalah satu sisinya sambil melipat kedua tangannya untuk memeriksa siapa yang membuat gaduh di depan pintu kerjanya .     

"Kau mengetahui dengan sangat baik bagaimana sifat dan kepribadianku?"     

Bisa mendengar jelas bagaimana Monna mengatakan soal kepribadian Belhart yang dingin dan emosional. Monna mengunci rapat mulutnya.     

Tidak memberikan balasan dan hanya tersenyum kikuk ketika isi hatinya terbaca dengan sempurna.     

Belhart lalu mengganti pertanyaannya.     

"Ada apa? Apa yang membawamu kemari? Dan kenapa kau terlihat gelisah?"     

Suasana Belhart nampak masih sama ketika Belhart menemukan hal lain yang membuat keakraban Cattarina dengan Neil semakin terlihat.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.