Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 116 ( Seharusnya Merayakan Keberhasilan Bersama )



Chapter 116 ( Seharusnya Merayakan Keberhasilan Bersama )

0"Aku sering memimpikan seluruh keluargaku meninggal. Terbunuh karena dosa yang tidak pernah mereka lakukan dan aku sebagai penyebab dari seluruh kemalangan yang harus mereka terima,"     
0

Ada setuju kesedihan dalam ucapan Monna. Namun masih nampak berusaha mencoba untuk bertahan dan terlihat kuat.     

Belhart yang saat ini sudah lebih banyak bisa memahaminya. Tidak mengatakan apapun. Menatap dalam diam dan terus mendengarkan Monna.     

"Bukan hanya meninggal tanpa sebab. Namun mungkin ada kaitannya denganku. Meninggal di depan mataku dan aku tidak bisa berbuat apapun pada saat itu. Aku sungguh tidak pernah ingin mimpi itu menjadi kenyataan,"     

Tidak mengerti bagaimana tegar Cattarina bisa menahan seluruh kesedihan dan ketakutan itu seorang diri. Belhart kembali menemukan sisi yang unik darinya.     

Menumbuhkan perasaan sayang yang lain dan ingin memeluknya untuk memberikan penghiburan. Belhart sadar, jika dia melakukannya saat ini. Monna pasti akan lebih ketakutan dan terkejut.     

Tidak akan melanjutkan ceritanya dan mungkin akan kabur seperti biasa.     

Belhart lalu menenangkan diri.     

"Lalu?"     

"Anda menjadi penerang bagiku, Yang Mulia. Menuntunku ke arah masa depan yang aku inginkan dan bukan yang sedang menantiku,"     

Ada kilatan cahaya yang sangat kasat mata ketika Belhart merasakan hatinya sedikit tergerak mendengar pujian itu. Bukan perkataan muluk-muluk namun sungguh-sungguh.     

"Dan aku tidak hanya sering bermimpi tentang kematian seluruh keluargaku. Tapi kematianku pada akhir cerita,"     

Napas Belhart seketika tertahan. Berpikir mungkin namanya akan disebut dan Belhart bisa mengunakan berbagai macam keyakinan untuk bersumpah di depan Cattarin bahwa dia tidak akan melakukan apa yang Cattarina takutkan.     

Belhart masih saja diam. Tidak bersuara dan mengungkapkan pengetahuannya soal mimpi yang sudah dia ketahui.     

Dimana Belhart masih memberikan Cattarina kesempatan.     

Kesempatan untuk bercerita dan mengungkapkan seluruh isi dari mimpi itu.     

Dengan tangan yang mencengkram erat. Monna melanjutkan perkataannya.     

"Aneh memang. Tapi mimpi itu seolah nyata. Dan sangat berhubungan dengan dunia ini. Sehingga terkadang aku sulit membedakannya. Saya lega, Yang Mulia. Karena mimpi itu pada akhirnya hanya akan menjadi bunga tidur. Tidak akan pernah terjadi dan satu demi satu masalah teratasi dengan baik,"     

Monna pada akhirnya tidak menyebutkan nama belhart dalam mimpinya. Tidak menceritakan bagaimana kematian bisa menjadi ujung dari mimpi buruknya dan siapa yang sudah menjadi pelaku.     

Belhart dengan kesedihan dan kekecewaannya, menatap kesal Alliesia yang saat ini terus melebarkan senyum menyebalkan. Dimana kebahagiaan orang lain terasa menjadi cambuk dan duri bagi Belhart.     

"Kau nampak senang?" tanya Belhart.     

Bertanya bukan karena ingin tahu. Namun menyindir. Dengan tatapan senang, Alliesia justru membalas santai.     

"Tentu, Yang Mulia. Karena ada banyak hal yang menyenangkan saya alami belakangan ini,"     

Acuh dengan perubahan ekstrim raut wajah Belhart dan tidak berusaha menyesuaikan.     

Dengan tatapan menyambut, Alliesia lalu bertanya.     

"Lalu Anda sendiri? Kenapa terlihat seperti orang yang sedang patah hati dan cintanya tidak bersambut?" tanyanya tanpa menunjukkan empati.     

Lalu menambahkan.     

"Bukankah barusan Anda mengatakan kalau Putri Mahkota senang dengan jerih payah Anda membersihkan nama ayahnya?"     

Memang tidak mengikuti pertemuan itu secara langsung. Namun berita soal besarnya masalah yang terjadi pada pertemuan para bangsawan dengan kekaisaran di dalam istana kementerian Dominic, sudah tersebar dimana-mana.     

Tidak hanya di dalam istana. Namun juga diluar istana.     

Alliesia bahkan sangat menggagumi kecerdikan Putra Mahkota berhasil menarik keluar pembuat onar yang sebenarnya. Menggunakan taktik palsu dan permainan strategi.     

Pangeran Dominic seharusnya senang dan merayakan keberhasilannya bersama dengan Putri Mahkota!     

Pria yang bahkan bisa menghadapi kelompok penjahat. Namun, takut dan tidak berdaya di hadapan istrinya sendiri?!     

Entah apakah harus memuji atau merasa iba padanya.     

Alliesia tetap saja berusaha bersikap netral.     

Sementara Belhart justru menjawab pertanyaan Alliesia dengan tatapan dingin.     

"Kau sepertinya semakin berani bicara lancang padaku,"     

Bukan hal yang baru memang. Jika terkadang Alliesia memprovokasinya.     

Menurunkan derajat Belhart dan membeberkan ketidakmampuannya.     

"Saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat, Yang Mulia. Dan jika itu tidak berkenan. Anda mungkin sebaiknya mengurangi intensitas Anda untuk berkunjung!"     

Bukan seharusnya menjadi patuh dan tunduk. Alliesia justru dengan berani mengusir Belhart.     

Bukan menjadi tempat Belhart melepaskan segala uneg-unegnya.     

Alliesia jelas juga tidak memiliki kewajiban untuk meladeninya. Karena hal tersebut sama sekali tidak ada hubungannya dengan dia.     

Dipekerjakan di istana kekaisaran karena kemampuannya yang sangat dibutuhkan.     

Putra Mahkota masih juga ingin menambahkan kemelut di dalam otaknya yang sudah lelah?     

Memang tidak jarang Alliesia tidak memiliki pekerjaan apapun karena orang-orang yang ada di dalam istana jarang membutuhkan jasa dokter.     

Tapi setiap kali para prajurit berlatih dan terluka. Demi mempersingkat waktu. Untuk luka-luka yang lebih serius. Segala penyembuhannya ditangani oleh Alliesia seorang.     

Ditambah dengan jadwalnya bersama Putri Mahkota, paling tidak 3 kali dalam satu minggu. Lalu kunjungan Putra Mahkota yang seperti bergiliran dengan Putri Mahkota.     

Atau terkadang berurutan dan acak.     

"Lihat! Kau bahkan kurang menghargaiku. Jadi darimana aku bisa berharap Cattarina pun menghargaiku?"     

Tidak bisa menghadapi orang yang sedang frustasi karena perasaan dan rendah dirinya.     

Tunggu sebentar.     

Seorang Belhart bisa menjadi rendah diri?     

Mengerutkan kening sejenak, lalu berpikir ulang.     

Belhart yang Alliesia tahu selama ini tidak akan mungkin menjadi aneh seperti itu.     

Namun semua mungkin terjadi, jika berkaitan dengan Putri Mahkota.     

Segala perspektif dan respon akan menjadi hal berbeda juga. Dan bukan menjadi hal yang baru bagi Alliesia untuk merasa heran.     

"Demi nama saya sendiri, saya tidak mungkin berniat seperti itu." ucap Alliesia yakin.     

Helaan napas panjang kemudian terdengar. Bukan berasal dari Alliesia yang sebenarnya sedang lelah. Tapi Belhart yang nampak sedang menanggung beban.     

***     

Orang yang sedang dicemaskan, malah sedang asyik melakukan tea time.     

Merayakan keberhasilannya menumpas kejahatan dan membersihkan nama keluarganya.     

Bukan hal yang tidak bisa Cattarina lakukan. Jika dia ingin menikmati masa depan yang cerah bagi dia dan seluruh keluarganya.     

Neil yang berada di sampingnya pun, tidak henti-hentinya menatap kebahagian yang tersirat di wajah Cattarina.     

Tersenyum dengan damai ketika satu persatu masalahnya selesai.     

Tidak terlalu berselisih paham dengan Belhart. Menyelamatkan kedua orang tuanya dan Asraff dari hukuman. Dan yang terpenting, menangkap dalang dari pencemaran nama baik.     

Serta membalik banyak keadaan buruk menjadi baik.     

Pikiran Monna kini mulai terbuka dan membaik. Membuka kesempatan ini untuk menuangkan kebahagiaannya dalam bentuk tulisan yang mungkin ada bagian tertentu yang tidak bisa Monna ceritakan pada orang lain.     

Tulisan demi tulisan akhirnya tergoreskan.     

Memunculkan tulisan yang sama di buku yang lain.     

Belhart yang baru saja kembali ke ruang kerjanya, tidak sengaja menjatuhkan buku rahasia Cattarina.     

Terbuka pada lembaran akhir. Dan menyita seluruh perhatiannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.