Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 104 ( Hasil Pertandingan )



Chapter 104 ( Hasil Pertandingan )

0Naluriah tubuhnya jelas tidak akan kalah dengan kegelisahan hatinya yang tidak tega membunuh. Tidak pernah melakukan pembunuhan secara langsung bahkan melukai satu saja binatang yang mungkin dia benci.     
0

Tembakan pertama berhasil mencetak skor 2. Ketika Monna berhasil menangkap kelinci pertama yang dia temui namun lolos. Menarik dua anak panah sekaligus ketika dia melihat seekor rusa jantan berwarna coklat.     

Cara Monna membidik jelas tidak main-main.     

Namun hanya dalam bidikan pelan dan hati-hati. Buruan itu berhasil Monna bidik. Tepat mengenai bagian vital. Dan Monna tanpa sadar sempat meringis. Sedikit menutup mata ketika rasa perih mendadak juga dia rasakan.     

Monna jadi semakin kurang menyukai kegiatan ini. Walaupun secara reflek kemampuan tubuhnya bergerak sangat cepat dan akurat mengikuti permainan.     

Menembak tepat sasaran. Sang pengumpul buruan bersuara.     

"Skor 4 untuk satu ekor rusa jantan," seru sang pesuruh.     

Menghitung dan mentotalkannya.     

"Total skor 12 untuk 2 rusa, 1 kelinci dan 1 tupai,"     

Belhart nampak melukiskan senyum.     

"Hanya dalam waktu sekejap kau sudah berhasil mengumpulkan banyak angka. Dan kau awalnya malah ragu?"     

Memberikan ucapan selamat dalam bentuk berbeda. Dengan beberapa alasan tertentu, Monna ikut merasa senang.     

"Tentu saja. Karena kemenangan ini harus kita dapatkan dan kita buat. Agar Pangeran Argedaff bungkam,"     

Belhart sekali lagi merasa iri dengan cara Argedaff bisa membuat Monna sangat tersulut. Tidak pernah bersemangat seperti ini untuk mendapatkan sesuatu dan hal ini menjadi sesuatu yang baru bagi Belhart, sekaligus menyenangkan.     

Belhart sekali lagi mengungkapkan isi pikirannya.     

"Aku ikut senang, jika seperti itu. Namun teruslah fokus. Karena masih ada waktu setengah jam tersisa,"     

Monna lalu tertunduk lemas. Sadar bahwa waktu berburu masih panjang dan menginginkan hasil buruan yang lebih banyak.     

Monna hanya bisa meminta maaf dalam hati agar langit tidak menghukumnya.     

'Maafkan aku langit dan seluruh binatang yang hari ini aku lukai. Tidak pernah merasakan dua perasaan berbeda aku rasakan sekaligus. Aku bingung antara ingin menangis sedih atau tertawa atas kemenangan yang mungkin akan menyambutku,'     

"Aw!!"     

Hampir saja terjatuh ketika sepatu boots-nya tersangkut pada salah stau akar pohon yang menjulur keluar dari dalam tanah. Ketika Monna baru saja memastikan buruannya tertangkap dan tidak sedang menaiki kudanya.     

"Aturan sesungguhnya, kau tidak perlu turun dari atas kuda. Hanya tinggal menyuruh orang-orang itu memeriksa hasil buruanmu,"     

Mata hitam bercampur sinar ungu itu menatap mata Monna sangat dekat. Seperti adegan slowmotion. Posisi mereka berdua sebenarnya akan menimbulkan rasa pegal dan tegang.     

Jatuh ke belakang tepat pada sebuah lengan kuat yang menahannya. Tangan yang lain menahan pinggangnya dari depan.     

Membuat tatapan mereka bertemu tidak bisa dihindarkan. Sorot mata itu mulai membius Monna.     

Memaksanya mengerjap dan mengucapkan kata maaf.     

"Maafkan aku," ucap Monna malu-malu karena bertingkah konyol. Berdiri dengan cepat setelah mendorong Belhart menjauh.     

Belhart dengan sorot matanya yang awas, menyayangkannya.     

"Bukan masalah. Sudah sering menemukanmu ceroboh. Namun aku ingin kau melakukannya hanya di depanku,"     

Monna seketika termangu.     

"Ya?"     

Mengerutkan kening cukup keras.     

Monna berulang kali bertanya dalam benaknya.     

Memangnya Belhart pikir dia sengaja hampir jatuh? Sengaja membuatnya bergerak cepat untuk menolongnya? Padahal Monna tidak pernah berpikir Belhart akan berulang kali sigap.     

Respon dari Monna justru diabaikan oleh Belhart. Tidak diberikan penjelasan berlebih.     

Waktu tanda berakhirnya pertandingan bermunculan di langit. Berupa asap biru yang bisa dilihat oleh semua orang yang sedang berada di dalam hutan yang sengaja dilemparkan ke udara tertinggi dalam jumlah besar dan luas. Agar semua orang bisa melihatnya.     

Titik pertemuan akhir berada di jalur pintu masuk hutan Greenharvest.     

Mempertemukan dua tim kembali di lokasi akhir perburuan untuk melihat hasilnya. Tepuk tangan keras seketika berkumandang. Dan tepuk tangan meriah itu berasal dari Argedaff yang tidak henti-hentinya merasa takjub.     

"Sangat memukau! Dan luar biasa!!" Menatap dengan mata berbinar.     

Argedaff masih saja melanjutkan ucapannya.     

"Kau sendiri yang mengumpulkan seluruh buruan ini?"     

Monna sudah memberikan senyum sombongnya.     

"21 melawan 18. Dan kau kalah," papar Monna melihat hasil pertandingan yang sudah dihitung oleh wasit     

Monna kemudian menatap lurus, "Sekarang lakukan apa yang menjadi janjimu!"     

Dengan santai dan sangat tenang, Argedaff turun dari kudanya. Diikuti oleh semua orang yang masih berada di atas kuda. Monna sekali lagi sedikit bergeming ketika Belhart mengajukan tangannya untuk membantu Monna turun dari kuda.     

Menerima uluran tangan itu tanpa bicara dan kembali berhadapan dengan Argedaff.     

Dengan tanpa mempedulikan banyak hal, Argedaff maju ke depan. Mendekat ke arah Monna Dan mencium tangannya.     

"Suatu kehormatan bisa bertanding dengan wanita tiada tandingannya, sepertimu. Yang Mulia. Dengah penuh hormat dan sanjungan. Aku. Pangeran Argedaff Doeff dari kerajaan Methovenia memberikan salam paling tinggi untukmu,"     

Tersenyum ramah. Dan hanya dalam satu kali lirikan sengit, Belhart memperhatikan sentuhan tangan yang Argedaff berikan pada Monna.     

Ingin bergerak maju untuk mengusirnya. Monna sudah lebih dulu memberikan respon senang.     

"Wah!! Sangat baik mengetahui kepekaan Anda dan hormat Anda, Pangeran Argedaff." ungkap Monna merasa tersanjung.     

"Saya. Cattarina.. Belht? Menerima sanjungan ini,"     

Menggunakan tata krama yang benar dan menurutnya tepat. Monna dan Argedaff nampak seolah sedang berdamai. Berbeda dengan keributan yang mereka buat sebelum pertandingan dimulai.     

Perbedaan sikap ini membuat Beppeni yang menyembunyikan sesuatu menghela napas. Sempat berbisik pelan pada Argedaff ketika dia menemukan kekasihnya itu sengaja mengalah dan mengurangi jumlah buruannya.     

Saat itu, Beppeni masih belum juga mengerti mengapa Argedaff berniat mengalah. Padahal Argedaff sangat tahu bagaimana pangeran itu sangat menggilai sebuah kemenangan. Dan tidak pernah pantang menyerah.     

"Kau yakin akan melakukan ini?" tanya Beppeni dengan segala kebingungan yang tersirat di wajahnya.     

Menemukan Argedaff bisa menangkap buruan terakhir mereka yang memiliki skor 5. Argedaff justru menurunkan busurnya. Tidak jadi menembak dan membiarkan waktu berjalan dengan lambat sampai batas limit yang sudah ditentukan.     

Argedaff hanya memberikan alasan sepihak.     

"Aku melakukan ini karena Pangeran Belhart. Tidak ingin membuatnya bermusuhan denganku karena membuat wanitanya dipermalukan. Aku hanya sekedar berbaik hati,"     

Mengatakan dengan enteng alasan yang mungkin baru Argedaff karang. Beppeni akhirnya menyadari bahwa ucapan itu masuk akal.     

Melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana Putra mahkota sangat tidak senang Argedaff menyentuh tangan istrinya. Bahkan mungkin akan lebih tidak senang ketika melihat kekecewaan dan kesedihan muncul di raut wajah Putri Cattarina.     

Maka, mungkinkah semua isu yang beredar di luar sana tidak benar?     

Bahwa Putra Mahkota menikah dengan putri keluarga Count Bourston adalah karena paksaan. Desakan ayahnya dan tidak menaruh perhatian apapun pada calon Putri Mahkota. Bahkan sampai menginginkannya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.