Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 102 ( Salah Memilih Posisi )



Chapter 102 ( Salah Memilih Posisi )

0Menghentakkan tali pacu kuda sebagai memberikan aba-aba bagi kudanya untuk bergerak. Ringkikan kuda kemudian terdengar. Menarik tali penahan dan bersiap-siap.     
0

Monna sudah melirik pasrah, Argedaff yang sedang membantu Beppeni naik ke atas kudanya.     

Tepat ketika seseorang mendadak muncul dengan kudanya.     

"Saya akan menjadi wasit. Pertandingan akan dimulai ketika peluru ini di tembakan ke udara. Aturan mainnya masih seperti biasa. Hanya berbeda pada jumlah orang dan cara berburu. Skor akan dihitung berdasarkan jumlah buruan dan jenisnya,"     

Mendengarkan dengan seksama dan mengamati dengan serius ketika beberapa abdi istana membawakan busur dan kantong panah atau side quiver beserta dengan beberapa anak panah.     

Belhart segera melirik Monna.     

Memintanya menentukan pilihan soal pertanyaannya sebelum ini. Soal siapa yang akan menjadi pemanah.     

Monna dengan yakin mengajukan diri.     

"Berikan padaku dan aku yang akan menjadi pemanah,"     

Hanya menyediakan satu quiver untuk pemanah. Jumlah dari masing-masing pemanah jelas sudah ditentukan. satu orang menjadi penunggang dan satu orang yang mencari mangsa lalu memburunya.     

Kekompakkan ini apakah akan berjalan dengan baik.     

Sementara di lain pihak. Argedaff menggunakan taktik sebaliknya.     

Dia yang menjadi pemanah dan membiarkan Beppeni menunggang kuda.     

Monna lalu membatin.     

'Sepertinya kali ini akan sam seperti 7 tahun yang lalu. Tepat ketika mereka sama-sama mengikuti pertandingan kerajaan yang resmi dan memenangkannya. Mungkinkah hasilnya akan sama?'     

Wasit masih terus mengucapkan beberapa aturan penting yang harus masih-masing patuhi. Tidak ada perebutan kasar dan tidak ada serangan yang akan merugikan kedua belah pihak. Hingga hanya satu hutan yang akan mereka masuki.     

"Hutan Greenharvest. Satu-satunya hutan paling luas sekaligus dekat dengan istana. Hanya berjarak satu kilometer dari gerbang istana dan menjadi tempat berburu yang sering Yang Mulia Putra Mahkota datangi,"     

Monna serta merta melirik Belhart sedikit menggunakan sudut matanya. Tidak bisa menoleh terlalu banyak karena jarak mereka yang terlalu dekat.     

Sampai membuat Monna takut untuk sedikit saja bernapas. Karena tangan yang besar juga kokoh itu memeluknya dari belakang. Demi tujuan untuk bisa memegang tali kekang kuda dan mengendalikannya.     

Monna lantas berpikir ulang.     

Haruskah dia mengganti posisi?     

Dia yang menjadi penunggang kuda dan Belhart yang menjadi pemanah? Kenapa Monna merasa situasi ini jadi tidak menguntungkan untuknya?     

Terlebih, Monna lebih merasa nyaman melihat Beppeni leluasa menunggang kuda dengan posisi duduknya yang berada di depan. Sementara Argedaff duduk di belakangnya memegang anak panah dengan sangat mahir dan pakem.     

Monna lalu menyuakan isi pikirannya pada Belhart.     

"Haruskan kita berganti posisi? Jika kau yang menunggang kuda. Tidakkah kau semestinya duduk di depan dan aku di belakang?"     

Namun dengan mahir, Belhart menolak.     

"Tidak bisa. Tubuhku jauh lebih besar darimu. Dan jika aku berada di depan. Aku hanya akan menghalangi pandanganmu,"     

Tapi bukan Monna namanya jika terus melakukan negosiasi yang mungkin masih memiliki harapan.     

"Kalau begitu, bagaimana jika bertukar tugas? Kau yang memanah dan aku yang menunggang kuda?"     

Dengan sangat cepat, Belhart kembali menolak.     

"Itu juga tidak bisa,"     

Sehingga Monna menggerutu tanpa sadar.     

"Kenapa..??" ucapnya sedikit bernada kecewa dan kesal.     

"Karena ku ingin melihat kemampuan memanahmu. Ingin melihat kau memenangkan pertandingan dan mengalahkan kesombongan Argedaff,"     

Kali ini pusat perhatian Monna beralih.     

"Kau pikir aku bisa menang? Bagaimana jika sebaliknya? Aku kalah dan aku mempermalukanmu?" tukas Monna jujur dan menyebutkan sesuatu yang pahit lebih dulu.     

"Bukan masalah. Karena aku tidak mempedulikan hasilnya. Tapi akan lebih baik jika kau bisa membuatku merasa puas,"     

Sebuah senyum kemenangan samar tersungging. Sangat tipis dan tidak bisa Monna lihat karena posisinya yang membelakangi Belhart.     

"Kalahkan dia. Dan fokus saja melihat ke depan,"     

Menggerutu kembali dalam hati. Monna merasa ucapan Belhart sama sekali bukan menjadi dorongan baginya.     

Sebaliknya.     

Malah menjadi siksaan karena Monna yakin dia akan sangat kesulitan untuk berkonsentrasi ketika kulit mereka terus saling bergesekan dengan tidak semestinya.     

Pluit pertandingan dimulai berbunyi.     

Menandakan permulaan bagi kedua pasangan pemburu untuk mulai menuju lokasi perburuan dengan menggunakan kuda mereka masih masing-masing.     

"Hia!!!"'     

Dengan satu kali teriakan sedang dan hentakkan tali, kuda yang Monna tumpangi berhasil berlari mengikuti arahan Belhart. Membuatnya sempat terkejut dan tidak sengaja semakin jatuh ke belakang dan bersandar pada dada bidang Belhart.     

OH! Ya ampun!!     

Cobaan apa lagi ini??!!     

Berusaha memegang busur dan anak panahnya dengan ketat ketika quiver yang menjadi tempat menyimpan anak panah Monna gantungkan di samping kanan perutnya. Membuat tidak ada jeda antara punggung Monna dengan tubuh berotot Belhart.     

Monna lalu berdoa dalam hati.     

'Semoga godaan ini cepat berakhir dan semoga tekanan ini juga segera menemukan penghujung,'     

***     

Dua tim lalu tiba dalam waktu yang hampir bersamaan. Lebih unggul tim lawan sampai lebih dulu di lokasi perburuan dan entah dengan alasan apa menghentikan langkah kuda mereka untuk menunggu Monna dan Belhart sampai di hadapan mereka.     

Monna yang terus menekan kuat-kuat detak jantungnya tidak bisa berkata apapun selama perjalanan menuju ke hutan Greenharvest.     

Merasa tersanjung dan ingin menyanjung.     

Monna terkejut ketika mengetahui kemampuan berkuda Beppeni ternyata sangat tidak perlu diragukan. Berhasil memacu kecepatan kuda dengan stabil dan juga handal.     

Monna mulai bertanya-tanya.     

Mungkinkah, Beppeni sebenarnya bukan bangsawan sembarangan?     

Karena kemampuannya bahkan berada di atas Belhart. Yang Monna pikir awalnya akan unggul dalam berkuda. Namun entah karena sebab apa, pacuan kuda Belhart sangat lambat.     

Memang tidak selambat berjalan. Namun cukup slowmotion. Sehingga Monna mulai bertanya-tanya. Mungkinkah mereka bukan sedang berlomba. Tapi hanya berjalan-jalan pagi dengan memacu lari kuda sedikit lebih cepat.     

Tidak tahu kalau Belhart sengaja melakukannya untuk menikmati perjalanan karena tahu Argedaff tidak akan memulai perlombaan jika dia dan lawannya berada di garis start yang sama.     

Dengan senyum samar yang mengembang, tebakan Belhart soal Argedaff tidak pernah meleset.     

Selalu ingin bersikap sportif dan menjunjung tinggi kesetaraan antara kedua belah pihak.     

Sekarang lihat bagaimana, Argedaff terlihat menunggu mereka dengan tidak sabaran. Lalu mulai iseng menyapa.     

"Lama menunggu?" tanya Belhart.     

"Ya. Dan aku sempat berpikir kau mungkin membatalkan pertandingan dan pergi tanpa memberi kabar. Kalian sedang jalan-jalan pagi?"     

Masih dengan gaya sindir yang tajam dan membidik. Namun Belhart yang tidak pernah mengambil pusing. Bersikap acuh.     

"Ya. Bisa dibilang seperti itu. Jadi akan kita mulai?" seru Belhart.     

Dan dijawab Argedaff dengan tidak sabaran.     

"Ya, tentu saja. karena aku sudah menunggumu sejak tadi sampai hampir tertidur bersama Beppeni di atas kuda,"     

Beppeni dengan senyum yang manis menertawakan lelucon Argedaff. Tahu bahwa kekasihnya itu melebih-lebihkan dan berbohong.     

"Ayo, mulai!!" ucap Belhart merubah sorot matanya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.