Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 99 ( Pagi yang Tak Terelakkan )



Chapter 99 ( Pagi yang Tak Terelakkan )

0Argedaff yang tidak terima kalah dari seorang perempuan karena egonya yang tinggi. Serta merta menuduh Cattarina bermain curang dan membayar panitia pertandingan untuk berkerja sama dengannya memenangkan pertandingan.     
0

Monna tanpa sadar tertawa garing.     

Mengejek bagaimana sosok pria itu saat ini ketika dia sudah menginjak dewasa dan tidak pernah bertemu kembali sejak hari itu. Namun ketenarannya dalam mempermainkan wanita sangat menjadi isapan jempol karena wanita-wanita yang dia kencani lebih banyak berasal dari negeri Geraldy.     

Sering berkeliaran di negeri ini tanpa ingat pulang. Ternyata, Argedaff berteman baik dengan Belhart?     

Pria dengan sejuta keseriusan? Dan tidak akan mungkin cocok dengan pria sembrono dan seenak mulutnya itu berbicara?     

Semakin berpikir. Justru semakin tidak menemukan kecocokan.     

Monna lalu membuang jauh-jauh kerumitan hubungan keduanya.     

Mulai menjadi ngantuk setelah berbicara cukup lama dan tegang beberapa kali.     

"Hoammm.. saya mengantuk. Saya harus tidur agar bisa mengumpulkan tenaga untuk besok..."     

Bergumam semakin lemah. Ucapan itu akhirnya hilang dalam tidurnya.     

Tenggelam dalam alam bawah sadar yang sudah memanggil dan menenangkan kepanikanya sejenak. Belhart yang senang bisa membuat tidur Cattarina menjadi jauh lebih nyaman dibandingkan malam-malam sebelumnya, tersenyum.     

Mengangkat rambut Monna yang terurai jauh mengenai wajahnya yang sudah hampir tenggelam mengenai sisi ranjang. Setelah gagal bertopang pada bantal tidurnya.     

Belhart lalu melipat kedua tangannya. Mengikuti posisi tidur Monna yang menyamping dan sedikit membungkung.     

Keduanya lalu terlelap dalam gaya tidur yang sama sampai pagi menjelang. Ketika matahari sudah terbit di sebelah timur dan sinarnya masuk melalui celah-celah jendela.     

***     

Kehebohan di pagi pun tidak bisa dielakkan.     

Mengatur pakaian khusus untuk Cattarina. Dan gaya rambut Cattarina yang panjang. Sehingga cukup sulit untuk bergerak jika Cattarina tidak mengikat seluruh rambut tebal dan bergelombangnya ke atas.     

Ingin menggulung dan menyanggulnya. Gulungan rambut Cattarina mungkin akan menjadi seperti topi menutupi hampir sebagian besar kepalanya.     

Membiarkannya tergerai juga tidak mungkin. Dan hanya mengikat lalu mengepangnya menjadi satu bagian adalah jalan yang paling mudah untuk pada dayang Cattarina mempercantik sekaligus mempernyaman penampilannya.     

Mengenakan pakaian khusus berburu dan sepatu yang masih memiliki hak tinggi dan tidak runcing. Namun kokoh dan tebal, agar mempermudah dirinya bergerak bebas ke sana kemari. Monna tidak pernah merasakan hari yang paling ringan dan bebas dalam menanggung beban tubuhnya sebelum ini.     

Bukannya tidak menyukai segala pakaian cantik yang menjadi koleksi terbaik Cattarina yang dia gunakan setiap hari. Setiap saat bahkan ketika dia tidur. Karena cemas Belhart mungkin berubah pikiran dan ingin menyentuhnya karena terhasut setan.     

Monna tidak pernah mengenakan pakaian ringan atau tipis untuk hanya sekedar tidur. Masih mengenakan gaun yang cukup mekar. Namun masih aman untuk tidak mengganggu tidur siapapun. Apalagi, dia sekarang sudah tidur satu ranjang dengan Belhart.     

Monna selalu lebih memilih untuk mengenakan pakaian lengkapnya. Lebih ringan sedikit dibandingkan pakaiannya beraktivitas di pagi atau siang hari.     

Pakaian berburu ternyata adalah pakaian yang paling mencerminkan kepribadiannya. Kurang menyukai rok atau gaun. Apalagi yang merumbai dan mengembang seperti sangkar burung kasuari.     

Menggunakan celana panjang walaupun ketat dan pakaian yang slim fit memang adalah pakaian terbaik yang bisa dia gunakan untuk memperluas gerakannya. Tidak akan takut terjatuh atau tersangkut sesuatu ketika mungkin roknya terlalu panjang dan terinjak.     

Rambut yang di kepang rapi juga membuat Monna tidak merasa gerah.     

Berulang kali menatap penampilannya di depan cermin.     

Merri yang terus memperhatikan Cattarina puas dengan penampilannya pun memberikan pujian.     

"Yang Mulia. Anda cantik sekali dan sangat cocok dengan pakaian itu! Terlihat berbeda namun tetap elegan dan menawan. Ah... Yang Mulia Putra Mahkota pasti akan terpesona!"     

Seolah bisa meramalkan apa yang akan Belhart pikiran dan bayangkan tentang Cattarina. Monna dengan sangat percaya diri memuji wajahnya.     

"Sangat cantik dan seperti porselin. Tidak mengerti lagi kenapa ada wanita secantik ini di depan mataku dan bahkan aku rasuki,"     

Seorang tiba-tiba saja datang.     

Menyerukan keanehan dan ketidak percayaannya sendiri karena melihat Cattarina memuji wajahnya sendiri dengan sangat lancar.     

"Kau, bahkan terkejut dengan wajahmu sendiri?"     

Tidak memberikan pujian dan gerakan membanggakan seperti yang Merri ucapkan. Monna justru menerima sindiran yang cukup mengena dari Belhart.     

Menoleh dan menatap ke arah Belhart yang sudah berdiri dan bersandar di ambang pintu setelah masuk dan berucap.     

"Anda sudah kembali?"     

Kembali disibukkan pada beberapa urusan penting. Belhart yang baru saja selesai melakukan sarapan pagi dengan Monna seperti biasanya. Menyuruh Monna bersiap-siap. Setelah Belhart memutuskan untuk menyuruh orang menyiapkan pakaiannya di ruang kerja.     

Berganti pakaian sambil mengecek beberapa dokumen kementerian.     

Belhart ternyata kembali dengan sangat gagah dan malah membuat Monna yang terpesona.     

Bukan karena Monna tidak pernah satu kalipun tidak terpesona padanya. Namun berulang kali. Hingga mungkin setiap hari karena pesona Belhart tidak pernah luntur. Betapapun wajah dingin dan tidak bersahabat itu dia tunjukkan.     

Monna hanya bisa menatap penampilan artistik itu dengan ekspresi tidak berdaya. Mengenakan pakaian ketat yang senada dengannya. Perpaduan warna hitam di bagian atas dan putih di bagian bawahnya.     

Mungkinkah Belhart sengaja memilihkan pakaian yang seragam?     

Menggeleng dengan yakin dan berpikir logis. Bahwa mungkin saja para pesuruh Belhart yang berinisiatif memilihkannya. Karena mereka mengira para putra dan putri mahkota mereka akan senang dan menginginkannya. Tanpa diminta.     

Monna lalu memberikan nilai 98 dari angka 100 untuk Belhart.     

Dengan rambut birunya gelapnya dan pakaian tempurnya yang gagah namun casual. Belhart sungguh tampil seperti seorang pemenang bahkan jauh sebelum dia mulai bertanding.     

"Urusanku sudah selesai dan aku juga sudah berganti pakaian. Menemukanmu ternyata juga sudah selesai dan itu sangat menyayangkan,"     

Alis sebelah Monna langsung naik.     

Tidak mengerti dengan arti ucapan Belhart.     

Belhart lalu menarik naik salah satu sudut bibirnya ke atas.     

"Bukan apa-apa dan abaikan ucapanku," pinta Belhart sambil lalu.     

Menatap beberapa dayang dan meminta mereka menjawab pertanyaannya.     

"Semua sudah dipersiapkan dan selesai?" tanya Belhart dengan kode-kode yang mungkin hanya mereka yang bertanya dan ditanya yang mengetahuinya.     

Monna hanya terus menyimak. Tanpa tahu apa yang mereka bicarakan.     

"Sudah, Yang Mulia."     

Dengan gerakan apik, Belhart mengulurkan tangannya. Maju lebih dulu. Kemudian berhenti di hadapan Monna.     

"Ayo, Calon Ratuku. Kita keluar dan temui pasangan lain yang sedang menunggu kita,"     

Berucap dengan santai dan sangat bersahabat. Monna beberapa kali mengerjap. Sedikit melamun. Namun menyambut uluran tangan itu dengan sopan.     

Belhart kemudian memindahkan telapak tangan Monna ke lengannya. Bersikap seperti seorang pangeran yang akan menggandeng wanitanya masuk dalam sebuah pesta.     

Monna berulang kali bertanya-tanya dalam benaknya. Apa yang sebenarnya Belhart inginkan dengan semangat penuh?     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.