Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 38 ( Mengalami Stress )



Chapter 38 ( Mengalami Stress )

0Belhart kemudian membaringkan Cattarina dengan lembut di atas tempat tidurnya. Mengerjakannya beberapa hal dan mulai mendumel balik.     
0

Tunggu. Mendumel? Belhart bisa mendumel?     

Monna spontan menyentuh pelan keningnya ketika Belhart membalas ucapannya.     

"Ini aku lakukan karena kau lebih keras kepala dariku. Sehingga dengan tindakanku ini, kau tidak bisa berbuat apapun."     

Apa? Apa yang baru saja dia katakan? Wah... Monna sungguh kehilangan kata-katanya.     

Pria yang dia pikir selama ini sangat arogan dan dingin ke tingkat es batu pun pada akhirnya bertindak semena-mana pada istrinya?     

Monna yang kesal langsung saja membalasnya.     

"Ya. Tapi tidak dengan cara seperti ini, Yang Mulia. Karena Anda sudah membuat kita menjadi pusat perhatian,"     

Namun Belhart tidak nampak peduli. Dan malah sibuk memikirkan hal lain ketika kemarahan kembali menyinggungnya.     

Belhart lalu memperhatikan sekelilingnya.     

"Dokter Alliesia belum datang juga?" ucap Belhart kesal dan marah entah pada siapa. Seluruh dayang langsung dibuatnya menunduk ketakutan dan tidak ada yang berani menjawab.     

Namun Lily akhirnya maju untuk mengajukan diri.     

"Anda ingin saya memanggil dokter Alliesia kemari, Yang Mulia?" tanya Lily perlahan dan hormat membuat Belhart langsung menatapnya tajam.     

"Masih perlukah ditanya?" Belhart secara langsung memang telah meminta Neil untuk memanggilkan Alliesia ke tempatnya. Namun bila pria itu masih belum juga kunjung menemuinya. Bukankah tidak masalah bila pekerjaan itu diberikan juga pada oranglain?     

Namun baru saja Lily akan mundur secara hormat pada Yang Mulia-nya, Neil sudah muncul dan datang bersama dengan Alliesia.     

Mengelak perintah itu dan menghadap Tuan-nya.     

"Itu tidak perlu, Yang Mulia. Karena saya sudah membawa Nona Alliesia kemari,"     

Neil langsung saja memberikan kode pada Alliesia untuk maju dan memberikan salam.     

"Saya, Alliesia Rustchel. Menghadap matahari negara Geraldy. Salam sejahtera untuk kita semua,"     

Belhart yang tidak membutuhkan salam langsung membalasnya.     

"Kemarilah dan obati, Tuan Putri. Dia mengatakan bahwa kondisinya kurang sehat. Aku ingin kau mengecek keadaannya secara menyeluruh dan akurat. Lalu bila sudah sembuhkan dia dengan seringkas mungkin,"     

Alliesia yang merasa kemampuan khususnya dipergunakan secara seenaknya pun hanya bisa bersikap patuh. Menyetujui perintah yang sudah diturunkan hanya padanya. Alliesia kemudian maju mendekat ke arah Tuan Putri yang selalu membuatnya hilang akal karena belum kunjung terbiasa melihat kencantikannya yang tiada tara.     

Sekalipun kondisinya mungkin tidak sehat dan perlu perhatian khusus. Kecantikan dan pesona Yang Mulia Putri Makota Cattarina Bourston tidak pernah membuatnya merasa bosan. Mengagumi wanita itu lebih daripada orang lain bayangkan.     

Alliesia sendiri pun cukup heran ketika mendengar desas-desus yang beredar di luar istana tentang sosok Cattarina yang dikabarkan sangat sombong, angkuh, dan kasar. Senang mempermainkan orang lain dan berbuat semaunya.     

Namun Yang Mulia Putri Mahkota yang dia kenal tidak seburuk itu. Sangat ramah bahkan cukup memikirkan bawahannya dengan sangat baik. Jadi, darimana semua desas-desus tidak tepat itu berasal?     

Dimana Alliesia ketika itu cukup menyesal karena harus mendengar serangkaian kabar palsu tentang Tuan Putrinya saat bermain keluar istana sebentar untuk melepaskan jenuh bersama dengan para kawanannya.     

Alliesia juga tidak bisa melupakan betapa kekesalannya itu menantangnya untuk maju dan membela Tuan Putrinya. Namun karena dihadang oleh beberapa teman dan disadarkan pada keadaan untuk tidak perlu mencari masalah.     

Alliesia akhirnya memutuskan pulang dalam suasana hati yang kurang menyenangkan. Belum merasa puas karena belum melampiaskan emosinya dengan lebih baik. Alliesia akhirnya hanya bisa memilih untuk mengalah dan menenangkan diri.     

Lalu kini, seseorang! Siapapun itu!     

Apa ada yang bisa menjelaskan padaku bagaimana Tuan Putri yang seharusnya terlihat baik-baik saja ini, menjadi begitu pucat dan terlihat frustasi karena beberapa hal?     

Alliesia sibuk berdiri di hadapan Cattarina dan memeriksakan kondisinya. Mengecek temperatur suhu tubuh dan detak jantung, hingga laju pernapasannya. Alliesia pada akhirnya menemukan banyak sekali tekanan dalam pola pikir Cattarina yang seolah sedang memikirkan banyak hal dan mempertimbangkan lebih banyak hal lain.     

Alliesia kemudian menatap Cattarina dengan tatapan yang sangat fokus.     

"Apa Anda sedang sangat stress akhir-akhir ini, Yang Mulia? Kenapa saya melihat denyut nadi dan pola jantung Yang Mulia mengalami banyak sekali pergolakan yang tidak stabil? Seolah sedang menahan sesuatu dan memikirkan banyak hal. Ada hal yang mengganggu Anda?"     

Alliesia bertanya bukan karena ingin mengurangi kesopanan dan aturan yang dalam istana untuk tidak mencampuri segala urusan yang berada di atasnya sebagai sebagai bawahan. Tidak memiliki otoritas hingga hak istimewa untuk bisa mendapatkan sedikit saja curahan hati Tuan Putrinya.     

Sekalipun Alliesia secara khusus atau hanya kebetulan semata sudah beberapa kali menjadi tempat bagi Yang Mulia Putra Mahkota untuk melampiaskan segala kegundahannya.     

Namun Alliesia belum pernah mendengar Yang Mulia Putri Mahota sampai berkeluh kesah atau sekedar mengeluh.     

Tahu bahwa tidak mudah menyandang status sebagai putri mahkota dan tidak mudah juga menjaga imagenya sebagai istri yang sah dari seorang Putra Mahkota. Alliesia menganggap bahwa beban yang Cattarina pikul adalah yang cukup berat.     

Sehingga mungkin saja, karena itukah Yang Mulia Putri Mahkota sampai mengalami stress yang berat?, pikir Alliesia dengan keras hati dan sulit untuk berpikiran jernih sampai ke titik positif.     

Membuat Alliesia lalu menatap Belhart dengan tatapan kurang menyenangkan yang tidak berusaha dia tutupi.     

"Anda bukan menjadi sumber stres Yang Mulia Putri Mahkota bukan, Yang Mulia?" tanya Alliesia dengan cukup sopan namun sedikit berani.     

Sehingga tidak hanya membuat para dayang menatapnya dengan cukup terkejut. Tapi juga Monna yang sulit percaya bahwa Alliesia begitu berani menegur Putra Mahkota.     

Sehingga kemudian dengan mata menyipit, Monna langsung saja menudingnya.     

'Otakmu tidak bermasalah dan kau serius bertanya pertanyaan semacam itu pada serigala?'     

Jika bukan karena sang serigala yang dia sebutkan ada di dekatnya, Monna pasti sudah akan mengutarakan serangkaian pertanyaan bodoh yang membuatnya sangat penasaran itu.     

Mengagumi cara Alliesia berani menatap Yang Mulia-nya sendiri. Hingga bahkan mengucapkan sebaris kalimat yang mungkin saja bisa menjatuhkan Belhart.     

Mungkinkah Alliesia tidak sadar dengan siapa dia berbicara? Menganggap pria yang ada di hadapannya itu bukan siapa-siapa. Itu sebabnya dia dengan berani menyampaikan pertanyaan yang mengundang banyak tanda tanya dalam benak Belhart.     

"Dia mengalami stress dan kau menuduhku sebagai penyebabnya?" tanya Belhart yang dapat dengan baik menangkap maksud hati dan pikiran Alliesia.     

Tidak terkejut dengan sindiran dan protes semacam itu karena Belhart sudah sering menerima serangkaian protes darinya. Ditegur hingga bahkan diceramahi dan dimarahi pun sudah pernah menerjangnya.     

Kini hanya sebuah teguran ringan namun membuat perasaannya kacau. Tidak akan membuat Belhart menghukum perbuatan wanita yang tidak memiliki kesopanan itu. Sering lupa pada statusnya dan sering bersikap seenaknya.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.