Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 40 ( Apa yang Terjadi )



Chapter 40 ( Apa yang Terjadi )

0"Tentu saja saya harus kembali ke tempat saya, Yang Mulia. Saya sudah selesai memeriksa kondisi Anda. Dan saya juga sudah menyalurkan energi positif saya. Lantas sekarang apa yang masih Anda inginkan?" tanya Alliesia dengan bukan bermaksud untuk menyindir tuan putrinya.     
0

Namun entah mengapa Monna merasa dirinya cukup banyak memanfaatkan kekuatan Alliesia untuk kepentingannya. Tidak meminta izin lebih dulu dan hanya diberikan perintah. Jika Monna berada di posisi Alliesia, Monna yakin dia sudah sangat kesal dan sebal padanya.     

Lantas karena memang pada dasarnya peran protagonis selalu memiliki hati yang baik serta senang membantu. Alliesia pasti tidak akan berpikir sama dengannya. Tidak dengan menggunakan pola pikir Cattarina dan tidak juga sama dengan pola pikir Monna.     

Belhart sudah terus menatap Alliesia dengan penuh kode dan juga maksud. Melemparkan pandangan mengusir dan menunjuk ke arah pintu kamar besarnya dengan gerakan kepala. Hingga melipat kedua tangannya di depan untuk menunjukkan betapa inginnya dia mengusir satu hama yang masih menempel di lantai kamarnya ketika semua pengganggu telah lenyap.     

Monna masih saja menampakkan wajah kecewanya.     

"Tapi..."     

Tidak berani melanjutkan dan tidak berani terlalu memancing keadaan menjadi semakin panas. Hanya kata 'tapi' yang masih sanggup Monna ucapkan. Sudah melihat dengan cukup jelas bagaimana kilatan tajam mata Belhart seolah menusuk tajam ke arah matanya.     

Alliesia kemudian meminta izin untuk undur diri.     

"Jika tidak ada lagi yang perlu saya kerjakan, saya akan undur diri lebih dulu. Karena itu, semoga damai dan selalu menyertai kedua Yang Mulia."     

Alliesia langsung buru-buru meninggalkan kamar berbahaya itu dengan cepat. Tidak ingin sampai Yang Mulia Putra Mahkota menariknya paksa atau menendangnya tanpa menggunakan perasaan. Alliesia pada dasarnya tentu akan lebih memilih untuk pergi dengan kakinya sendiri secara suka rela.     

Ketika tatapan sedih Monna terus ditujukan padanya. Kecewa karena kini kamarnya hanya tersisa mereka berdua seorang. Monna kemudian mundur beberapa langkah untuk menjaga jarak yang paling aman antara dirinya dengan Belhart.     

Belhart yang melihat, langsung saja menajamkan penglihatannya.     

"Apa yang sedang kau lakukan dan apa yang kau kerjakan?" tanyanya dengan dua kalimat pertanyaan yang sebenarnya mirip. Namun entah mengapa harus dia tanyakan secara berbarengan.     

Monna spontan menghentikan langkahnya. Sadar salah melangkah dan sudah mengundang perhatian.     

"Aku hanya sedang meregangkan tubuh? Pegal dan letih masih memenuhiku," alibi Monna.     

Belhart langsung saja bertanya dengan cukup bingung.     

"Pegal?"     

Monna kemudian buru-buru mengoreksinya.     

"Sakit? Ya semacam itu,"     

Belhart kemudian terlihat panik kembali.     

***     

"Apa aku sebetulnya tidak perlu menyuruh Alliesia untuk keluar dari kamar ini? Memberikan pekerjaan penuh padanya untuk berjaga di sisimu dan memberikan seluruh energi yang kau butuhkan padamu. Perlukah aku sampai melakukan itu?"     

Monna langsung saja mengangkat tangannya ke depan untuk menghentikan Belhart berucap.     

"Tidak perlu!" ucap Monna cepat.     

Dia kemudian menambahkan.     

"Alliesia pasti sudah sangat sibuk dan banyak membantuku. Jadi, sekarang biarkan dia karena Anda sendiri yang sudah mengusi.. em, maksudku menyuruhnya keluar."     

Monna langsung saja melemparkan senyum sekedarnya. Ketika rasa frustasi hingga tertekan menyelimutinya dalam sekejam.     

Belhart langsung saja mengajak Cattarina untuk bicara lebih serius tentang hal yang lain.     

"Bisa kau katakan apa sebenarnya yang terjadi padamu?" tanya Belhart dengan tatapan yang sangat paten. Membuat Monna agaknya cukup bergidik.     

"Apa.. maksud Anda?" tanyanya tidak berusaha memahami.     

"Soal Berdten Argentio. Soal bagaimana kau tahu tentang fraksi kupu-kupu. Hingga bingung dengan statusku yang sudah mengetahui fraksi tersebut. Padahal kau yang seharusnya dicurigai dan disangsikan bagaimana keakuratanmu dalam membeberkan informasi. Padahal tidak ada banyak yang tahu soal ini,"     

Monna kemudian mencoba menggoyangkan kakinya dengan tidak nyaman setiap kali dia merasa gugup. Beruntung karena pakaian yang dia kenakan sebagai Cattarina adalah tipe pakaian seorang putri atau semacamnya yang panjang menjuntai dan cukup tebal hingga jika boleh jujur cukup berat untuk dia gunakan kemanapun.     

Belhart mungkin saja tidak menyadari goyangan kecil yang Monna lakukan setiap kali gelisah.     

"Berhenti menggoyangkan kakimu dan jangan gugup," ucap Belhart secara tiba-tiba.     

Monna spontan saja langsung menatapnya. Mengangkat wajah dan menatap mata yang bagai serigala itu dengan tatapan kaku sekaligus terkejut.     

Hingga tanpa sadar berucap.     

"Kau tahu bahwa aku cukup merasa gugup saat ini dan menggoyangkan kakiku?"     

Monna secara reflek langsung saja menutupi kakinya dengan kedua tangan. Menghentikan seluruh aktivitasnya untuk bergetar.     

Belhart sudah segera saja menimpalinya.     

"Ya. Kenapa aku bisa tidak mengetahuinya, ketika kau terus saja menggetarkan bumi?"     

Wajah Monna langsung dibuatnya memerah. Tidak mengira bahwa Belhart ternyata bisa menyindirnya seperti itu.     

"Aku hanya tidak sengaja," ucap Monna mencari pembenaran atas tindakannya.     

Belhart sendiri tentu tidak merasa keberatan.     

"Ya. Dan aku tidak pernah mengatakan bahwa aku melarangnya. Aku hanya menyuruhmu berhenti karena aku tidak ingin melihatmu gugup," ucap Belhart dengan tenang.     

Namun bagi Monna, ketenangannya itu sangat menghayutkannya. Bisa membuat Monna terbawa arus dan tidak bisa diselamatkan.     

Monna kemudian memilih untuk sekedar tersenyum dengan semampunya.     

"Masih memerlukan jawabanmu dan kejelasan darimu. Kau tidak ingin menyampaikan sesuatu terkait masalah yang aku tanyakan,"     

Monna sudah langsung saja merasakan otot kulitnya menegang.     

"Bisa Anda ulangi pertanyaannya?" tanya Monna pura-pura bodoh. Monna kemudian menambahkannya.     

"Karena pertanyaan Anda terlalu banyak dan sepertinya cukup panjang. Saya menjadi lupa seketika dengan pertanyaannya," dalih Monna dengan cepat.     

Belhart kemudian membalasnya.     

"Kalau begitu aku akan bertanya satu per satu,"     

Monna kini berusaha menyimak.     

"Bagaiaman kau bisa mengenal Berdten Argentio?" tanya Belhart.     

Monna langsung saja memberikan jawabannya.     

"Dari desas-desus?" ucap Monna dengan nada menambang.     

Monna kemudian menambahkan.     

"Karena namanya cukup dikenal dan jasanya memang banyak diperkerjakan. Aku rasa aku bisa mengenal nama itu hanya dari sana,"     

Belhart segera saja memotongnya.     

"Tapi sejak awal, ketika kita membahas soal pelaku yang menjadi kaki tangannya. Kau tidak pernah mengatakan hal tersebut,"     

Monna lalu cepat-cepat melakukan pembelaan diri.     

"Itu karena aku melupakan nama itu sejenak. Setelah mengingat, mencari tahu dan mempelajarinya..."     

"Tidak. Tunggu sebentar, Yang Mulia."     

Monna mendadak menyadari sesuatu.     

"Kenapa situasinya menjadi seperti ini? Anda seolah sedang mencurigai saya terhadap sesuatu dan kenapa saya jadi diinterogasi saat ini?"     

Tidak menjawab pertanyaan itu, Belhart sudah langsung mengalihkannya ke pertanyaan lain.     

"Lalu, bagaimana kau bisa menjelaskan soal pemahamanmu yang cukup banyak soal pembunuh bayaran itu dan mengenai fraksi kupu-kupu?"     

Belhart teris saja menatap dengan penuh penantian untuk mendengar dengan sejelas-jelasnya.     

"Itu juga karena desas-desus. Pokoknya,semua yang saya tahu adalah karena saya banyak mendengar desas-desus yang beredar,"     

Belhart hanya menatap. Sementara Monna kemudian menambahkan.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.