Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 17 ( Tepuk Tangan )



Chapter 17 ( Tepuk Tangan )

0  "Apa?" Monna semakin tidak mengerti.    
0

  "Aku ingin kau memanggil namaku sekali lagi," Gumam Belhart lagi dengan penuh pengharapan. Pengharapan yang besar seolah jika ia tidak memintanya sekarang, kesempatan itu tidak akan pernah datang lagi untuknya. Monna menjadi gelisah.    

  "Yang Mulia, tolong jaga sikap Anda! Anda tidak semestinya melakukan ini pada saya. Lepaskan saya sekarang, atau saya akan berteriak!" ujar Monna penuh nada mengancam. Tapi itu tidak menggoyahkan apapun tindakan Belhart.    

  "Jika kau ingin aku melepaskanmu, panggil namaku sekali lagi. Aku ingin dengar lagi nama itu dari mulutmu," perintah Belhart penuh penghayatan. Penghayatan?!     

  Monna masih berusaha dalam aksinya melepaskan diri namun gagal. Ia akhirnya menyerah. Dan memutuskan untuk mengikuti permintaan Putra Mahkota.    

  "Belhart! Aku mohon. Lepaskan aku," seru Monna akhirnya dengan lirih.    

  "Sekali lagi,"    

  "Apa?" Jadi sekarang, Belhart sedang mempermainkan dirinya? Baiklah!    

  "Belhart Dominic! Aku bilang lepaskan aku! Kau sudah menyakitiku!" teriak Monna keras. Cukup keras untuk membuat Belhart melepaskannya.    

  Monna menyentuh pergelangan tangannya yang terasa sakit akibat genggaman Belhart yang terlalu kuat menahannya. Jika bukan karena dia adalah Putra Mahkota, sudah sejak awal ia akan memukul habis wajah tampannya itu!!    

  Dengan sedih dan merajuk, Monna mengelus tangannya yang menyedihkan. Apanya yang mau berubah? Belum 1menit sejak ia mengatakannya, Belhart sudah menyakitinya! Selalu!!    

  Menyadari pergelangan Cattarina mengalami sedikit memar karena dirinya, Belhart akhirnya mulai merasa bersalah. Sebetulnya ia hanya ingin Cattarina memanggil namanya lagi seperti dulu. Sejak lama Cattarina sudah memanggil nama kecilnya tanpa disuruh. Dan entah sejak kapan nama itu mulai tidak terdengar lagi dari mulutnya.    

  Karena itu, ketika ia tiba-tiba saja mendengar nama itu lagi darinya, Belhart merasakan sesuatu yang lain. Ia ingin terus mendengar namanya itu dari Cattarina. Sehingga tanpa sadar ia bertingkah aneh.    

  "Kau baik-baik saja?" tanya Belhart cemas.    

  Monna tertawa dalam hati. Setelah kau menyakitiku, kini kau mulai mengkhawatirkanku?? Hah!! Yang benar saja?!!    

  "Tentu aku akan baik-baik saja, jika aku tidak berada di dekatmu!" ucap Monna sepelan-pelannya. Tanpa peduli apakah ucapannya itu bisa didengar oleh Putra Mahkota atau tidak.    

  Selesai berkata itu, Monna segera pergi meninggalkan Putra Mahkota yang terus menatap punggungnya yang menjauh. Pandangannya itu terus ia arahkan pada Cattarina sampai wanita itu menghilang dari pandangannya.    

  ***     

  Hingga hari keputusan pun tiba. Sudah sebulan sejak Baginda kaisar memutuskan untuk memberi waktu pada Cattarina memikirkan ulang keputusannya soal pembatalan pertunangan. Monna tidak henti-hentinya berdebar menantikan hari ini.    

  Dengan perasaan yang menggebu-gebu, ia dan keluarganya kembali datang ke istana untuk membicarakan masalah itu pada pihak kekaisaran.    

  Seperti waktu perjamuan makan waktu itu, semua yang hadir tetap sama. Hanya saja kali ini, Asraff, kakak Cattarina, ikut bergabung di acara dua keluarga ini.    

  Setelah cukup heboh dengan berita yang disampaikan oleh kedua orangtuanya soal keputusan Cattarina yang tidak ingin menikahi Putra Mahkota. Asraff secara luar biasa memberikan tepuk tangan yang panjang untuk Cattarina.    

  Monna masih ingat bagaimana respon kakaknya saat itu.    

  Plok-plok-plok.    

  "Waw, keputusan yang di luar pemikiran siapa pun!!" ucap Asraff tidak percaya.    

  "Apa karena otakmu pernah masuk ke dalam air, makanya kau mendadak jadi ingin membatalkan pertunanganmu?" Asraff bertanya dengan tidak mengerti.    

  Bagaimana tidak?! Seluruh dunia sudah tahu bagaimana Cattarina begitu mencintai Belhart! Walaupun ia sendiri bingung karena tidak mengerti mengapa Cattarina bisa begitu yakin pada Belhart selama ini, tapi Asraff tidak pernah menduga hal ini akan bisa terjadi.    

  Kemana orang yang dulunya terus berteriak akan terus setia dan mencintai Belhart sampai ia mati?? Itu adiknyakah? Atau wanita dari negeri seberang yang sedang memainkan suatu peran di sebuah opera??    

  Apapun itu, Asraff kini menatap adiknya dengan lebih serius.    

  "Kau serius dengan yang kau katakan itu?" tanyanya, "Aku sempat menyangsikan berita ini. Tapi melihatmu berbuat sampai sejauh ini dengan mengatakannya di depan Kaisar, aku yakin kau sangat serius," tambahnya.    

  Monna menatapnya terkejut. Diantara semua orang yang memberikannya respon. Hanya Asraff yang paling cepat memberikan respon percayanya pada Monna. Walau sempat sangsi di awal, tapi karena dia memiliki otak yang jenius, Asraff selalu cepat dalam menanggapi sesuatu. Terutama jika itu menyangkut adiknya.    

  Bahkan Ayah dan Ibunya sendiri masih terus berkata tidak percaya pada putrinya sampai beberapa hari sebelum putusan tiba.    

  Mereka masih meminta Cattarina untuk memikirkan ulang semua keputusannya itu karena takut putrinya akan berubah pikiran atau mungkin menyesal.    

  "Catty, kau masih tetap pada keputusanmu untuk menolak pernikahan? Jika tidak kau bisa merubahnya sekarang. Ibu yakin kemarin ini kau tidak benar-benar serius. Tidak apa-apa sayang jangan takut. Ibu akan selalu mendukungmu."    

  Mendukungku? Mendukung dalam hal yang mana? Kenapa perkataan ibu sedikit bertolak belakang antara kalimat yang satu dengan yang lainnya. Perlukah Ibu sampai membuatku bingung?, batin Monna.    

  "Catty, Ayah tahu ini pergulatanmu menjelang pernikahan. Tapi membuat lelucon di saat yang membahagiakan ini jelas tidak lucu. Apa kau benar-benar serius dengan keputusanmu itu?" tanya Ayah berulang kali karena takut putrinya salah mengambil langkah.    

  "Bagaimana ini ayah, apa yang harus kita lakukan?" tanya Ibu kembali pada suaminya.    

  "Tidak ada jalan lain, Sayang. Jika ini yang diinginkan oleh putri kita, kita sebagai orangtua hanya bisa memenuhinya. Ayah tidak ingin nantinya dia menikah dengan perasaan yang tidak senang," tambah Ayah.    

  Yang mana itu menjadi kata terakhir yang akhirnya diucapkan Ayah sehari sebelum putusan. Mendengar itu, Monna akhirnya bernapas lega.     

  Lalu sehari sebelum pertemuan, Monna menanyakan sesuatu hal pada kakaknya.    

  ***


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.