Masuk Dalam Dunia Novel

Chapter 23 ( Mengubah Kebiasaan )



Chapter 23 ( Mengubah Kebiasaan )

0  Karena itu, ketika ia mendapat kabar yang tidak mengenakan ini, selain protes tidak ada hal lain yang bisa ia lakukan. Tapi bukannya mempertimbangkan pendapat yang ia ajukan, Belhart justru menolaknya mentah-mentah?    
0

  "Oh, ayolah! Dia adalah kepala pengawal istana!! Bukankah pekerjaan itu terlalu sederhana untuknya??" Monna mencoba bernegosiasi kembali. Tapi Belhart tetap pada argumennya.    

  "Tentu tidak. Karena melindungi anggota keluarga kekaisaran adalah tugas utama Kesatria Pengawal Kerajaan. Dan karena kau telah menjadi Putri Mahkota, maka hal ini sudah sewajarnya dilakukan. Jangan berpikir yang tidak-tidak dan kembalilah," perintah Belhart tak ingin ambil pusing.    

  Monna menjadi lemas.    

  Ia menatap Belhart dengan mata berkaca-kaca, "Jadi kau akan tetap memintanya untuk menjadi pengawal pribadiku?" tanyanya lirih.    

  "Ya," jawab Belhart singkat.    

  Monna kembali mengingat kejadian semalam saat ia bersama dengan Belhart di kamarnya.    

  "Bukankah aku sudah mengatakan bahwa kita akan tidur secara terpisah setelah kita menikah? Tapi apa-apaan ini? Kau... baru saja menipuku?" protes Monna tak kuasa.    

  Ia menatap Belhart dengan tidak percaya. Monna masih ingat dengan jelas bagaimana perjanjian ketiganya dengan Belhart sebelum pernikahan ini disetujui olehnya.    

  Mereka harus tidur terpisah!!    

  Dan bukankah di kejadian dulu Belhart sendiri juga menginginkan itu?!    

  "Bukankah kau hanya meminta untuk kita tidak tidur dalam satu ranjang bersama?" tanya Belhart santai. Tanpa merasa salah dengan tindakannya.    

  Monna terbelalak.    

  "Dengan menyediakan dua ranjang dalam kamarmu??" tanya Monna penuh sindiran.    

  "Ya. Bukankah yang penting kita tidak tidur dalam satu ranjang?" balas Belhart membeberkan fakta.    

  Fakta yang memang benar. Tapi tidak sepenuhnya benar.    

  "Tapi bukankah masing-masing dari Putra dan Putri Mahkota, biasanya memiliki kamar pribadi mereka sendiri? Bahkan terkadang ada yang berada di istana yang berbeda," celetuk Monna masih tetap tidak menerima hasil putusan itu.    

  "Ya. Tapi aku memilih mengubah kebiasaan itu," jawab Belhart yang sukses membuat Monna terkejut.    

  "Apa?" Monna menatap Belhart dengan tidak kuasa.    

  "Aku memiliki kamar yang luas dan lebih dari cukup untuk kita berdua. Lagi pula, biasanya aku juga jarang berada di dalam kamar selain di waktu tidur. Karena itu, kau pasti akan tetap merasa nyaman dan leluasa dengan kondisi ini. Bukankah sebagai pasangan suami dan istri, sudah sewajarnya mereka saling berbagi kamar mereka bersama?" ujar balik Belhart yang membuat Monna terbengong-bengong di tempat.    

  Nyaman dan leluasa? Satu kamar dengan orang yang akan membunuh istrinya sendiri? Monna memijat pelan keningnya yang mendadak terasa berat. Dan Belhart, kembali melanjutkan argumennya.    

  "Lagi pula, aku tidak akan menyentuhmu sesuai janjiku. Jadi kau tidak perlu khawatir," sambung Belhart lagi sambil pergi ke ranjangnya untuk tidur dengan tenang dan membelakangi Cattarina tanpa berkata apapun lagi.    

  Monna melihat itu dengan cukup serius.    

  Apa-apaan sikapnya itu? Tanpa perlu dikatakan, Monna sudah tahu kalau Belhart tidak akan mungkin berani atau berniat menyentuhnya. Tapi masalah sekarang, jelas bukan itu!!    

  Monna menatap punggung Belhart dengan tidak percaya. Ia kemudian pasrah.    

  Sepertinya, ia harus mulai membiasakan diri dengan segala sesuatu yang mulai tidak sejalan dengan mimpinya di kejadian dulu. Yang bisa dilakukannya saat ini hanya satu. Menerima ini dengan pikiran yang terbuka dan mengantisipasi apa yang mungkin akan terjadi.    

  Mungkin ini hanya bersifat sementara. Jadi bersabarlah, pikir Monna.    

  Ia melentangkan tubuhnya di atas ranjangnya, mengambil selimut, lalu pergi untuk tidur. Hingga keesokan paginya, berita soal pengawal yang sudah ditugaskan untuknya mengejutkannya.    

  Ia menatap pria yang kini sudah menjadi pengawalnya itu dengan ekspresi yang sulit.    

  "Jadi kau yang akan menjadi pengawalku mulai hari ini?" tanya Cattarina pada Neil sambil menetapkan hatinya untuk tetap bersikap tenang.    

  Neil menunjukkan sikap hormatnya dan mengiyakan.    

  "Ya, Yang Mulia." Balasnya.    

  Cattarina menatapnya dengan tidak tertarik.    

  "Baiklah kalau begitu. Karena ini sudah diputuskan, aku hanya akan menyampaikan beberapa hal untuk perlu kau ketahui." Ungkap Monna tenang.    

  "Pertama, kau boleh mengawalku dengan baik seperti yang diperintahkan. Tapi bila nanti kau memiliki hal yang perlu untuk kau kerjakan, kau boleh langsung meninggalkan tugasmu ini dan pergi mengerjakan tugasmu yang lain,"    

  "Kedua, tidak peduli aturan pengawal pribadi apa yang biasanya ada di kekaisaran. Aku ingin kau menjamin sendiri waktu istirahatmu lebih dari cukup. Masa bodoh dengan semua aturan tentang penjagaan 24jam penuh. Kau harus memiliki waktu tidur yang sama dan cukup seperti oranglain pada umumnya,"     

  Selama Cattarina berujar, Neil terus mendengarkan.    

  "Dan yang terakhir," Monna memikirkan sejenak apa kiranya yang ingin ia tegaskan, "Apa kau sudah sarapan? Bagaimana jika kita minum teh pagi sejenak?" tawar Monna.    

  Ada sedikit percikan keraguan dalam mata Neil. Tapi ia tetap meresponnya dengan baik.    

  "Baik, Yang Mulia."    

  ***     

  "Bagaimana? Apa manisnya cukup?" tanya Monna pada Neil di sela-sela waktu minum teh mereka bersama di taman istana.    

  Demi untuk menjalin sebuah keakraban yang mungkin nantinya akan berguna di masa depan, tentu sebuah perhatian kecil tidak mungkin diabaikannya.    

  Sekalipun Barron Neil tetap bersikap kaku seperti biasanya. Tapi melihat pria itu meresapi minumannya dengan nyaman, hal itu membuat Monna melihat adanya sedikit kemajuan.    

  Persetan dengan kemungkinan apa yang akan terjadi di masa depan, jika pria itu nanti akan mempersulitnya seperti yang ada pada mimpinya. Selama Barron Neil masih bersikap baik padanya dan tidak mengusik ketenangannya, Monna akan tetap memperlakukan pria itu dengan baik.    

  Termasuk juga, Putra Mahkota.    

  Walau kini Monna tidak tahu masa depan apa yang menantinya, Monna tetap berharap usaha baiknya akan membuat sedikit perubahan. Entah pada sikap semua orang maupun tindakan mereka untuk seluruh keluarganya.    

  Pokoknya selama Monna menjadikan Cattarina berperilaku baik, bukankah siapapun pasti tidak akan mengusiknya?!    

  ***


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.