Istri Kecil Tuan Ju

Istri Kecilku Yang Lucu



Istri Kecilku Yang Lucu

0Tidak lama setelah itu, Julian membaringkan Qiara diatas tempat tidur ketika mereka sudah berada di dalam kamar.     
0

'Istri Kecilku yang lucu. Tidurlah! Lain kali, aku tidak akan membiarkanmu merasakan di hina seperti tadi.' Batin Julian seraya mencium kening Qiara yang sedang tertidur pulas.      

Setelah menyelimuti Qiara. Julian pun keluar dari kamar Qiara dengan ekspresi yang rumit. Karena dia harus kembali lagi ke kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya terlebih mengurus pertemuan untuk Papa nya.     

"Pelayan Mu ... Tolong pastikan agar istriku makan setelah dia bangun. Dan, jangan ganggu dia!" Kata Julian pada pelayan Mu.     

"Akan saya laksanakan Tuan."Jawab pelayan Mu dengan patuh.     

"Baiklah! Aku akan segera kembali ke kantor sekarang. Kemungkinan, aku akan pulang larut malam. " Setelah mengatakan itu Julian masuk ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang kotor akibat pakaian Qiara yang basah karena ke tumpah jus. Sementara itu, di sebuah stasiun televisi. Terlihat sosok yang sangat cantik yang gemulai, dia tinggi dan murah senyum, ia pun terkenal sangat ramah dan karirnya yang begitu cemerlang. Namun, tidak dengan kisah cinta nya.     

"Nyonya Jasmin, Apakah anda sudah siap?" tanya seorang kru pada wanita berambut pendek menyerupai lelaki itu namun gaya rambut itu membuatnya terlihat sangat cantik dan menggemaskan. Ia duduk menyandar di kursi rias.     

Mendengar suara KRI itu, Jasmin langsung duduk tegak seraya mengangguk untuk memberitahu bahwa ia sudah siap untuk naik ke atas panggung.     

"Baiklah, kalau begitu silahkan ikut saya!" Kata kru tersebut sambil melangkah keluar ruangan mendahului Jasmin.     

Sebelum beranjak dari kursi, Jasmin menatap cermin dengan tatapan tajam bak elang. Tepat saat itu ponsel nya berbunyi dan itu dari adiknya yang bernama Julian.     

"Kamu boleh duluan keluar! Aku akan mengangkat telpon dulu!" Seru Jasmin pada asisten sekaligus sahabat baiknya.     

"Baik Nona!" Setelah mengatakan itu sang asisten langsung keluar untuk memberikan privasi buat artis yang dia layani. Melihat Asistennya menutup pintu. Jasmin pun langsung menggeser icon hijau di ponselnya.     

"Hallo ..." Sapa Jasmin terlebih dahulu.     

"Apa aku mengganggu?" Tanya Julian dari seberang telpon.     

"Biasanya kamu ada perlu sesuatu baru nelpon. Jadi, sesibuk apapun aku, pastinya aku akan mengangkat telpon mu."Jawab Jasmin dengan nada dingin.     

"Besok malam akan ada makan malam keluarga. Bisakah kakak menyediakan waktu untuk bergabung?" Tanya Julian lagi dengan suara dingin.     

"Apa Papa yang memintamu mengajakku?" Tanya Jasmin lagi sebelum menjawab pertanyaan Julian.     

"Mama sangat ingin kakak pulang." Jawab Julian dengan menyebut nama Mama nya. Mendengar jawaban Julian. Jasmin tertawa kecut, ia tau betul bagaimana kerasnya Papa nya menentang karirnya di dunia hiburan. Karena dia di minta bekerja sebagai dokter lalu menikah dengan lelaki yang pantas dengannya. Namun, Jasmin mencintai dunia keartisannya lalu memilih pergi dari rumah dan tidak pernah pulang sebelum Papa nya sendiri yang meranyu nya.     

"Lupakan makan malam. Aku tidak akan datang. Oh iya, selamat atas pernikahan mu! Kalau ada waktu aku akan menemui istrimu untuk memintanya agar berhati-hati terhadap lelaki bermuka dua serta pembisnis licik sepertimu. He he ..." Kata Jasmin sambil terkekeh.     

"Lakukan sesuka kakak! Tapi, kakak tidak bisa melakukan ini! Karena Mama merindukanmu." Lanjut Julian tanpa ekspresi.     

Ia sadar kala hubungan persaudaraan nya dengan kakak serta adiknya tidak begitu baik di belakang layar. Mereka hanya akan terlihat seperti keluarga harmonis jika di depan publik. Beda dengan adik perempuannya yang terakhir. Dia gadis yang seumuran dengan Qiara. Dia sangat patuh dan akur dengan semua kakak nya. Sayangnya, dia tidak begitu di kenal publik sebab ia tinggal di luar negeri bersama Tante nya yang tidak memiliki anak sehingga ia diminta menjadi anak angkatnya. Karena tantenya anak terakhir yang manja, sang Papa pun merelakan anak terakhirnya di asuh oleh adik kesayangannya.     

"Adikku Julian Al Vero ... Kamu kan anak kesayangan Papa, oleh karena itu kamu tidak akan tau bagaimana rasanya jadi aku. Jadi, sebaiknya kamu urus urusanmu dan mintalah istrimu berhati-hati jika bertemu denganku! " Setelah mengatakan itu Jasmin menutup telpon dengan kesal. Jasmin memiliki karakter yang cukup buruk akibat rasa iri yang dia pelihara dari sikap Papa nya yang lebih memprioritaskan Julian yang di kenal sangat dingin dan patuh pada orang tuannya.     

"Nona! Anda sudah di tunggu karena ini giliran anda!" Kata sang asisten yang masuk kembali akibat desakan dari para Kru.     

"Aku akan keluar." Jawab Jasmin seraya menarik nafas untuk mengontrol emosinya yang baru saja tersulut oleh apa yang Julian katakan.     

Setelah merasa kembali tenang, Jasmin tersenyum untuk mengembalikan sikap nya murah senyum dan terkenal ramah itu. Ia adalah artis yang sangat menjaga image nya. Tidak lama kemudian, Jasmin bangkit lalu berbalik menuju pintu keluar dan di susul oleh Asistenya yang di belakang. Namun, sebelum ia mencapai pintu, langkahnya terhenti. Ia berbalik, menghadap cermin besar yang ada di belakangnya.     

Melihat penampilannya yang terlihat sangat sempurna, Jasmin pun tersenyum sambil mengamati pantulan dirinya di cermin itu. "Sempurna!" Ucap Jasmin dengan senyum menghiasi wajahnya.     

"Nona Jasmin ayo!" Kata sang Kru yang sudah menantinya di ujung pintu untuk segera keluar.     

"Baiklah!" Sahut Jasmin seraya berjalan ke luar dari ruangan. Melihat sang idola naik ke atas panggung suara riuh tepuk tangan penonton mendominasi studio itu. Jasmin pun dengan anggun duduk di sofa berwarna coklat susu lalu langsung berhadapan dengan ratusan penonton di studio dan jutaan penonton di luaran yang menonton acarnya itu. Karena Jasmin adalah artis dengan jutaan penggemar yang mulai dari kalangan remaja hingga orang tua.      

Ada banyak kamera di sekelilingnya. Tentu, ini adalah acara televisi nasional yang menyajikan informasi di dunia keartisan. Walau sudah biasa dia menghadiri acara seperti ini, Jasmin tetap merasa kalau ini adalah kebanggaannya dan berharap suatu hari nanti sang Papa akan memuji prestasinya. Karena tidak sembarang orang bisa duduk di sofa dengan acara sebesar itu. Namun, untuk tampil di acara tersebut butuh kerja keras yang tidak mudah.     

Di waktu yang sama. Qiara membuka matanya dengan menatap bingung langit-langit kamarnya.     

'Ummm ... Aku dimana?' Batin Qiara seraya memutar bola matanya kesegala penjuru kamarnya. Tepat saat itu suara ponsel nya mengagetkannya. 'Aisss ... Apaan sih ini? Siapa sih yang menggangu?' Batin Qiara lagi sambil mengacak-ngacak rambutnya.     

Setelah ngedumel, Qiara pun meraba keberadaan ponselnya yang ternyata ada di meja kecil dengan tempat tidurnya. Setelah menemukan ponselnya, tanpa melihat ID pemanggil Qiara pun langsung menggeser icon hijau di ponselnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.