Istri Kecil Tuan Ju

Di Panggil Cantik



Di Panggil Cantik

0"Oh iya, gaun anda sanagt cantik, saya suka. Sepertinya ini koleksi terbaik dari perancang Cleo yang sudah banyak di buru oleh para sosialita.     
0

Sayang nya banyak yang kecewa karena stok sangat terbatas." Lanjut tukang make up sambil mulai merias wajah Qiara.     

Mendengar dan melihat ekspresi tukang make up itu dari cermin, Qiara pun bingung harus berkata apa. Sehingga ia hanya tersenyum tipis kepada tukang make up itu.     

"Baiklah, sekarang saya akan melanjutkan untuk merias anda dengan beberapa sentuhan make up terbaik. Mulai dari bedak, lipstik dan yang lain nya sudah saya pilihkan yang sesuai dengan kulit dan karakter anda.     

Setelah ini, Tuan Ju pasti akan tergila-gila sama anda." Kata tukang make up itu yang bernama Dewi.     

Mendengar perkataan Dewi. Qiara lagi-lagi tersenyum pahit, karena ia tidak pernah berfikir untuk membuat Julian tergila-gila pada nya.     

Tidak lama kemudian, Dewi mulai melukis wajah Qiara dengan serius dan telaten. Walaupun ia sedikit kewalahan menghadapi Qiara yang tidak bisa duduk dengan tenang. Tapi, Dewi tetap sabar dan melanjutkan pekerjaan nya. Berulang kali Dewi menyapukan bedak dan perona pipi pada wajah Qiara yang membuatnya terbatuk-batuk berulang kali. Terakhir saat Dewi mengoleskan lipstik berwarna merah. Dewi langsung melontarkan pujian.     

"Lihatlah diri anda Ny. Ju! Di cermin itu anda terlihat seperti Tuan Putri suatu kerajaan. Anda seperti gadis remaja belasan tahun." Ucap Dewi seraya berdiri di belakang Qiara, lalu menatap nya lewat cermin sambil tersenyum.     

Mendengar perkataan Dewi yang mengatakan kalau dia seperti gadis remaja umur belasan tahun. Qiara ingin ngakak. Namun, ia tahan dan tidak berniat untuk memberitahu Dewi kalau dia memang masih berusia delapan belas tahun.     

Setelah selsai dengan perasaannya yang ingin tertawa, Qiara pun mengarahkan matanya menatap cermin menikmati bayangannya yang terpantul pada layar cermin. 'Ohh .... Astaga? Benarkah yang di cermin itu adalah Qiqi?' Batin Qiara seraya bertanya pada dirinya sendiri dengan ekspresi terkejut karena dia tidak pernah melihat dirinya menggunakan riasan seperti itu. Bahkan, ketika ia menikah sama Julian waktu itu, dia malah tidak mau menatap dirinya saking malasnya.     

"Jujur ... Waktu Ny. Datang tadi, aku fikir kalau Tuan Ju salah pilih pasangan. Tapi, ternyata dia memang memilih yang terbaik. Karena perempuan di cermin itu benar - benar cantik dan menggemaskan." Lanjut Dewi memuji Qiara dengan senyum lebarnya. Qiara tersenyum mendengar apa yang dikatakan Dewi.     

Meskipun dia tidak tau apa Dewi tulus apa tidak. Tapi, Qiara cukup senang karena sebelumnya tidak ada yang pernah bilang dia cantik selain dari Ibu dan kakak kandungnya sendiri. 'Meskipun Mbak ini menyebalkan pas bilang aku tidak cantik sebelum dandan. Tapi, dia membuatku tampil secantik ini, oleh karena itu aku harus mencatat hari ini kalau ada orang luar yang mengatakan aku cantik. He .. ' Batin Qiara seraya tersenyum bangga melihat dirinya dari cermin.     

"Tunggu dulu Ny. Ju! " Kata Dewi menghentikan langkah Qiara yang hendak meninggalkan tempat duduk nya.     

"Apa lagi!" Tanya Qiara dengan heran.     

"Maaf nona Ju! Tapi, ada yang kurang dan perlu saya tambahkan!" Sahut Dewi seraya mengangkat dagu Qiara sedikit.     

Tidak lama setelah itu, Dewi menyapukan sikat kecil untuk merapikan ujung alis Qiara yang terlihat berantakan. Qiara bingung dengan sikat kecil yang digunakan Dewi, ia pun melihat betapa lincahnya gerakan jemari Dewi.     

"Sempurna ... " Ucap Dewi sambil menatap Qiara dengan senyum yang merekah.     

"Ahhh ... Iya bagus banget. Terimaksih ya sudah mendandaniku!" Ucap Qiara sambil berdiri memegang gaun nya yang cukup panjang sebelum ia berjalan.     

Mendengar ucapan Qiara, Dewi pun tersenyum lalu mengangguk. Tidak lama setelah itu Dewi mengajak Qiara berjalan menuju pintu keluar, dimana mobil mewah Julian sudah menunggu Qiara.     

"Saya akan pergi sekarang!" Kata Qiara melepaskan pegangan tangan Dewi.     

"Ohh ... Iya. Ny. Ju tolong hati - hati di jalan!" Sahut Dewi seraya melambaikan tangan kanannya.     

"Iya. " Kata Qiara sambil melambaikan tangan nya juga. Tepat saat itu Julian keluar dari mobil lalu berdiri di belakang Qiara yang masih berpamitan dengan Dewi.     

"Hari sudah mulai gelap, mau sampai kapan kamu berdiri sambil melambaikan tanganmu begitu?" Mendengar suara akrab dari arah belakang nya itu membuat jantung Qiara serasa mau copot dari tempatnya. Tubuh yang langsing menempel dengan dada bidang Julian saat ia berbalik karena Ia sangat kaget mendengar suara itu membuat Qiara dengan rakusnya mengambil aroma tubuh Julian yang sangat memikat. Dan yang paling parah lagi baginya adalah dia merasa tersihir dengan tatapan dan senyuman Julian. Dia fikir, Julian tidak akan menjemputnya. Nyatanya dia tiba-tiba sudah ada di dekatnya.     

"Apa kamu menjemputku?" Tanya Qiara tanpa mengedipkan matanya, Dewi yang melihat pandangan romantis itu pun merasa iri pada Qiara. "Tentu aku menjemputmu. Masak mbak itu!" Jawab Julian sambil melihat kearah Dewi.     

Seketika itu Dewi menjadi besar kelapa karena Julian melihat nya sambil tersenyum.     

"Dasar lelaki mesum ... Tidak bisakah kata-katanya di jaga? Lihat cewek bening sedikit langsung di lirik." Ucap Qiara dengan cemberut.     

"Apa kamu cemburu?" Goda Julian sambil tersenyum licik.     

"Hahahaha ... Dalam mimpimu saja kali. Sudahlah, aku tidak mau bicara sama kamu. Sebaiknya kita berangkat ke tempat yang ada makanan nya." Ucap Qiara seraya berbalik membuka pintu mobil.     

"Qiara tunggu!" Julian menarik lengan Qiara untuk menghentikan Qiara masuk ke mobil.     

"Apa lagi?" Tanya Qiara dengan ketus.     

"Kamu cantik .. Tapi, akan lebih cantik lagi apabila menggunakan perhiasan ini." Ucap Julian seraya membuka kotak hitam kecil yang berisi satu set berlian. Qiara terdiam melihat kilauan berlian yang bersinar setelah Julian membuka kotak itu.     

Sesaat kemudian, Julian mengeluarkan satu persatu berlian indah itu, dimulai dari anting, kalung, gelang hingga cincin. Qiara tidak menolak sedikit pun karena dia menyukai keindahan berlian itu, walaupun dia tidak tau sama sekali, perhiasan jenis apa yang Julian pakaian kepadanya.     

'Benar kata Dewi. Aku seperti Tuan Putri dari negeri dongeng. Memiliki suami yang bisa memberikan apapun yang aku mau. Tapi, apakah aku bisa melupakan Qiano? Atau, aku memang harus menerima pernikahan ini? Secara, aku pun sudah tidak perawan lagi. Jadi, apa yang bisa aku persembahkan pada Qiano. Terlebih jika dia tau kalau aku tidak perawan lagi, kemungkinan dia tidak akan menyukaiku lagi.' Batin Qiara sambil memegang bandul kalung yang sudah melingkar di leher nya itu.     

Setelah memakaikan satu set berlian itu. Julian pun tersenyum sambil menatap Qiara dengan lembut. "Cantik sekali ... " Bisik Julian sambil meniup telinga Qiara dengan nakal nya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.