Istri Kecil Tuan Ju

Karena Ini Sebuah Kewajiban.



Karena Ini Sebuah Kewajiban.

0Tepat saat itu, Qiara pun mengingat apa yang terjadi semalam. Ia pun menutup mulut nya karena kaget kalau dia akhirnya menyerah pada Tuan Nafsu.     
0

'Ya ampun ... Semalam aku sudah menyerahkan ke perawananku. Harusnya aku bisa menahan diri. Apa aku akan hamil setelah ini?' Batin Qiara dengan ekspresi yang buruk. Ia pun ketakutan jika saja dia hamil karena malam ini.     

Tepat saat itu Julian membuka mata sambil mengucek nya. Ia pun langsung menoleh kearah Qiara yang terlihat kebingungan dan ketakutan. Julian pun tersenyum lalu dengan manja ia memeluk Qiara.     

"Selamat pagi istri kecilku!" Sapa Julian sambil mengeratkan pelukannya. Ekspresi Qiara langsung memerah dan gelap. Tangan Julian seperti sesuatu yang menakutkan baginya.     

"Singkirkan tanganmu dariku! Kenapa kamu melakukanya hah? Bukankah kamu janji tidak akan menyentuhku sampai kita cerai?" Ucap Qiara dengan sinis seraya melemparkan tangan Julian dari tubuh nya.     

"Karena itu sudah kewajibanku menafkahimu lahir dan batin. Juga, kewajibanmu sebagai istri untuk melayaniku. Lalu, dimana letak salah nya?" Jawab Julian sambil turun dari tempat tidur.     

"Tapi, kita akan bercerai. Aku tidak mau menjadi janda dengan membawa anak. Apa kamu faham?" Teriak Qiara sambil melempar bantal ke arah Julian.     

Dengan cepat Julian pun menangkap bantal itu dengan eskpresi gelap. Ia mulai merasa terhina oleh kata - kata Qiara. Sebagai seorang suami, perasaan nya terluka karena istri yang dia gauli merasa terpaksa melayaninya.     

"Kamu jahat! Kamu tau kan kalau aku ini baru 18 tahun. Aku memiliki mimpi yang banyak, bahkan aku ingin merasakan menjadi remaja bebas pada umum nya. Tapi, kamu sudah menghancurkan harapan itu dengan merenggut keperawanan ku. Kamu jahat Julian! " Lanjut Qiara lagi sambil meneteskan air mata. Melihat Qiara menangis, Julian menarik nafas dalam.     

Entah apa yang ingin dia katakan. Namun, ia tidak bisa mengatakan nya karena ia sadar kalau istrinya memang masih remaja. Oleh karena itu, Julian kembali menghampiri tempat tidurnya. Setelah itu, ia menarik tubuh Qiara ke dalam pelukan nya.     

"Qiara ... Kita sudah menjadi suami istri. Kita sah di mata Agama dan hukum. Percayalah kalau aku akan mengujutkan semua impin mu! Aku tidak akan membiarkan kamu menangis lagi! Apapun yang terjadi di masa depan jangan kamu fikirkan, kita adalah suami istri dan apa yang kita lakukan semalam sudah menjadi hak dari masing-masing diri kita. Qiara, aku akan mengikuti semua keinginanmu karena aku adalah suamimu." Kata Julian dengan lembut. Ia berharap kalau Qiara mau menerimanya dan mau belajar menjadi istri yang baik dan patuh. Mendengar perkataan Julian. Qiara terdiam lalu berusaha memahami apa maksud dari perkataan Julian.     

"Oh ya, aku punya hadiah buatmu!" Lanjut Julian ketika ia mengingat akan sesuatu yang sudah dia siapkan untuk Qiara.     

"Apa itu?" Tanya Qiara sambil menyeka air matanya. Mendengar pertanyaan Qiara. Julian pun langsung melepas pelukan nya lalu mengambil sesuatu yang sudah dia siapkan di dompetnya. Qiara pun terdiam sembari menatap Julian dengan raut wajah penasaran. Kini dia tidak lagi mengamuk atau menangis karena dia luluh dengan janji Julian.     

Seketika itu ia tertarik untuk menyentuh kehidupan Julian yang selama ini ia abaikan dan masa bodoh untuk semua hal yang berkaitan dengan Julian.     

"Coba tebak apa yang akan aku berikan!" Ucap Julian setelah kembali lagi berdiri di hadapan Qiara sambil. menyembunyikan sesuatu itu di belakang punggung nya.     

"Apa? Aku tidak suka main tebak-tebakkan. Jadi, katakan saja sekarang!" Jawab Qiara dengan malas. Karena sebenarnya dia paling benci permainan tebak - tebak kan.     

"Kalau begitu pejamkan matamu dulu!" Seru Julian sambil menahan senyuman nya.     

"Ahhh ... Kenapa kamu ribet banget sih? Tinggal kasih tau aja apa susah nya sih? " Ucap Qiara dengan memasang wajah kesal.     

"Qiara ... Aturan tetep aturan. Aku cuma minta kamu memejamkan mata saja apa sulit nya sih? Iya kan?" Lanjut Julian lagi sambil menggertakan giginya.     

"Oke. Aku akan tutup sekarang!" Qiara pun akhirnya menutup matanya menghadap kearah Julian.     

Dengan perlahan Julian pun duduk di depan Qiara. Tidak lama setelah itu ia menunjukkan sebuah kertas ke hadapan Qiara.     

"Sekarang buka matamu!" Seru Julian seraya menahan senyum nya menunggu reaksi Qiara.     

Mendengar perintah Julian. Qiara pun langsung membuka matanya. Seketika itu ia heran melihat kertas putih yang di hadapkan padanya. Perlahan ia membaca nya. 'Dengan ini menyatakan bahwa Qiara Putri Senja di nyatakan lulus di Universitas Kemas. Selamat bergabung semoga sukses!' Setelah membaca tulisan di kertas itu. Ekspresi Qiara langsung cerah.     

Namun, ia kembali cemberut karena ia fikir kalau Julian sedang menggodanya.     

"Kenapa kamu malah cemberut? Ada apa? Apa kamu tidak senang? Bukankah masuk universitas Kemas adalah impianmu? Lalu, apa yang salah?" Tanya Julian dengan bingung.     

"Aku tau kalau ini adalah akal-akalan mu. Karena kemarin sudah jelas kalau namaku tidak ada disana. Lalu, sekarang kamu ingin aku percaya padamu. Bagaimana mungkin?" Jelas Qiara sambil menunduk sedih.     

Julian tersenyum melihat ekpsresi Qiara yang cemberut. Dia malah gemas.     

"Suamimu adalah Tuan Ju yang paling berkuasa di kota A. Jadi, apapun bisa aku lakukan dengan mudah." Jawab Julian.     

"Tapi, tetap saja aku tidak ingin lulus karena pengaruh mu. Aku hanya ingin lulus karena kemampuanku dan karena usahaku juga. Apa kamu faham?" Jelas Qiara dengan tegas. Walaupun dia di katakan bodoh sama siapapun, tapi dia tidak pernah memanfaatkan orang lain untuk membuatnya lulus atau selamat dari tugas sekolah yang banyak. Dia hanya ingin berhasil kalau itu hasil dari usaha nya. Sifat Qiara yang seperti inilah yang Qiano lihat sehingga ia begitu jatuh hati pada Qiara.     

"Ini bukan karena pengaruh ku! Tapi, ini murni karena usahamu. Apa kamu lihat ada nomer yang kosong di pengumuman itu?" Kata Julian sambil tersenyum.     

"Ummm .... Ya aku ingat. Yang kosong itu ada di nomer satu. Memang nya ada apa?" Jawab Qiara.     

"Yang kosong itu adalah namamu. Aku yang meminta pihak kampus untuk mengeluarkan namamu karena aku ingin memberimu kejutan tersendiri untukmu. " Jelas Julian sambil tersenyum bangga. Dia tau kalau Qiara itu tidak bodoh, dia hanya malas untuk belajar.     

" Benarkah?" Tanya Qiara lagi dengan ekspresi tidak percaya pada julian suaminya.     

"Tentu. Aku tidak mungkin membohongimu. " Jawab Julian sambil menganggukkan kepalanya.     

Mendengar jawaban Julian. Qiara pun langsung memeluk Julian sambil menangis karena terharu. Ia benar - benar tidak menyangka kalau namanya ada di urutan pertama dengan nilai tertinggi. Terlebih ini di universitas bergengsi dan terbaik yang ada di kota A.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.