Istri Kecil Tuan Ju

Terbawa Suasana



Terbawa Suasana

0"Bagaimana kamu tau kalau mereka adalah pasangan suami istri?" Tanya Qiara lagi dengan heran. Sebab, yang dia tau kalau setiap orang yang datang ketempat umum belum tentu suami istri.     
0

"Karena yang boleh masuk ke tempat ini hanyalah pasangan suami istri. Mereka harus menunjukkan KTP sudah menikah baru bisa menikmati pemandangan disini. Karena, tidak jauh dari sini tersedia penginapan yang sangat nyaman dan indah untuk di tempati oleh sepasang suami istri. Ada juga pasangan pengantin baru yang memilih tempat ini untuk bulan madu." Jelas Julian sambil menunjuk kearah penginapan yang memang masih bisa mereka lihat dari tempat mereka berdiri.     

"Apa kamu ngarang? Bagaimana bisa mereka membuat peraturan seperti ini? Bukankah setiap orang berhak menikmati pemandangan? Aku benar kan?" Kata Qiara seraya menyeringai aneh.     

"Kamu benar, karena kamu tidak pernah mau di salahkan. " Julian menatap Qiara sambil memicingkan matanya.     

Qiara pun menelan ludahnya dalam - dalam ketika melihat tatapan yang membuat jantungnya berdetak itu.     

"Kenapa kamu menatapku begitu? Aku memang benar. Bukan karena aku tidak mau disalahkan. Sekarang, sebaiknya kita pulang karena aku sudah capek, ingin mandi dan makan." Kata Qiara seraya mengalihkan pembicaraan karena perasaannya semakin tidak karuan. Ditambah angin pantai semakin kencang dan membuatnya menggigil.     

"Kalau kita pulang, mungkin sudah tengah malam, karena perjalanan dari sini ke rumah sekitar 4 jam. Tentunya kamu sudah sangat cepek dan harus segera istirahat. Oleh karena itu, aku sudah menyiapkan kamar buat kita di sini." Jelas Julian seraya memandang air laut yang masih memerah lalu, tidak lama setelah itu sang mentari benar -benar tenggelam.     

Keindahan ini mereka saksikan berdua saat mata Qiara kembali terpana pada lautan dengan suasana syahdu bersama lelaki yang selalu mengingatkan bahwa dia adalah suaminya.     

"Apa kita benar - benar tidak bisa pulang malam ini?" Tanya Qiara setelah lama terdiam menatap lautan. Mendengar pertanyaan Qiara.     

Julian berbalik memandangnya dengan tatapan yang lembut. "Iya. Apa kamu mau merasakan sentuhan air laut di malam hari sebelum kita ke penginapan?" Kata Julian sambil menjulurkan tangan kanan nya. Qiara menatap tangan Julian dengan ekspresi yang rumit.     

Tidak lama kemudian, ia berfikir kalau tidak ada salah nya menikmati suasana pantai di malam hari.     

"Kamu tidak perlu canggung! Mari kita berteman sampai kita bisa membuat keputusan untuk hubungan kita. Bagaimana?" Lanjut Julian sambil tersenyum pada Qiara. Ia berfikir dengan menjadi teman, Qiara tidak lagi memusuhinya, ia juga tidak keberatan untuk memasuki dunia Qiara. 'Teman? Apa dia ingin berdamai denganku? Ummm ... Tapi, berteman juga bagus. Baiklah! Aku akan menerimanya jadi temanku. Jika dia macam - macam padaku. Baru aku akan menghajarnya. 'Batin Qiara.     

"Baiklah! Kalau begitu, Ayo kita bermain teman!" Sahut Qiara seraya meraih uluran tangan Julian dengan penuh semangat. Julian pun tersenyum lalu mengangguk.     

Setelah itu mereka turun bersama - sama menuju bibir pantai. "Yaaaa ... Lelaki mesum ... Kenapa kamu hanya diam saja? Ayo main air laut! Ha ha ha ... " Teriak Qiara sambil melempar air laut kearah Julian dengan terkekeh.     

"Bukankah kamu kedinginan? Kenapa kamu main air?" Tanya Julian sambil menghindar karena ia merasa aneh jika ikut main bersama Qiara.     

"Air laut ini ternyata hangat. Coba saja!" Sahut Qiara lagi. Julian menggelengkan kepalanya. Ia menyilangkan kedua tangannya ke dada sambil memperhatikan Qiara yang tampak bahagia bermain air.     

"Apa kamu suka laut?" Tanya Qiara setelah berdiri sejajar dengan Julian setelah ia puas bermain air.     

Tepat saat itu, laut berhambur mengantar buih ke tepian menyentuh kaki mereka yang sejajar. Seketika itu hati Julian dan dan Qiara merasa damai.     

"Tidak terlalu. " Jawab Julian sambil mundur ke belakang. Lalu, memeluk Qiara dari belakang. Karena Qiara terlihat sangat kedinginan.     

"Julian kamu ... " Jantung Qiara berdetak kencang saat merasakan kedua tangan hangat Julian melingkar di pinggangnya. Ia pun tidak bisa melanjutkan kata - kata nya karena merasa tertawan oleh wangi dan kehangatan Julian.     

Tepat saat itu, pecahan ombak turut berpacu dengan degupan jantung mereka berdua.     

"Qiara ... Besok aku harus berangkat ke London untuk perjalanan bisnisku yang ke kesekian kalinya." Bisik Julian di telinga Qiara. Namun, kata-kata itu membuyarkan lamunan Qiara, entah kenapa hati nya tidak rela jauh dari Julian yang biasa bersama nya.     

"Baguslah!" Jawaban Qiara langsung merusak suasana yang baru saja berjalan romantis.     

"Aku akan pergi selama lebih dari sebulan, apa kamu tidak apa - apa sendirian di rumah?" Tanya Julian lagi dengan semakin mengeratkan pelukannya.     

Mendengar perkataan Julina. Hati Qiara benar-benar berat mengatakan kalau dia memang baik - baik saja. Ada rasa tak rela yang mengekang hati nya. Tangannya perlahan menyentuh tangan kekar Julian tanpa sadar. Merasakan sentuhan tangan Qiara. Julian melepas pelukan nya.     

Setelah itu ia memegang bahu Qiara lalu memutarnya agar Qiara berhadapan dengan nya.     

"Aku pasti akan segera pulang. Jadi, jangan terlalu merindukan ku! Karena jika aku tau kamu merindukanku, maka aku akan membawamu ke ranjangku." Ucap Julian sambil tersenyum dan mengedipkan matanya. Kerling matanya berkilau bersama sinar sang rembulan yang mulai menampakkan diri.     

"Hah? Rindu sama kamu? Itu tidak akan terjadi. Jadi kamu ... Ummm ... " Julian langusung menutup mulut Qiara yang cerewet dengan ciuman nya.     

Qiara pun melotot dan terdiam mematung merasakan sentuhan bibir Julian yang lembut dan berirama. Qiara yang tidak tau cara berciuman itu pun tidak bisa membalas ciuman Julian.     

"Apa benar kamu tidak akan merindukan temanmu yang tampan ini?" Tanya Julian setelah melepas ciumannya dari Qiara. Lalu, ia menatap Qiara dengan tatapan menggoda.     

"Yaaaa ... Lelaki mesum dasar cabul berani nya kamu ... Ummm ... " Lagi - lagi Julian menutup mulut Qiara dengan ciumannya sehingga Qiara tidak bisa melanjutkan umpatannya.     

"Ummm ... " Qiara mulai menikmati ciuman lembut Julian. Perlahan, dia menutup matanya lalu melingkarkan kedua tangannya di leher Julian. Melihat itu Julian tersenyum di celah ciumannya.     

Entah Qiara mulai menerima nya atau hanya terbawa suasana pantai yang dingin yang diselimuti angin laut yang membawa rasa dingin yang menyengat. Julian tidak perduli akan itu, karena ia merasa berhak untuk mengambil ciuman itu bahkan menyentuh lebih jauh dari itu, itu hak nya.     

Sayangnya, Qiara tidak cukup faham akan itu, walaupun Ibu nya berulang kali menjelaskan kewajibannya sebagai seorang istri. Namun, semua itu ibarat masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. Ciuman Julian semakin lama semakin kasar karena dia mulai terbawa hasratnya sebagai lelaki normal. Ia pun semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Qiara yang tinggi dan berisi.     

'Ini terasa begitu enak. Tapi, kenapa aku merasakan semakin kesini semakin kehilangan nafas ya? Aduhhh ... Apa aku sudah terperangkap jebakan Julian? Ohhh ... Tidak. Ini tidak boleh terjadi! Aku ingin menjauh tapi tubuhku menolaknya?' Batin Qiara sambil menikmati ciuman Julian, yang kini sudah mulai turun kelehernya. Julian tidak lupa untuk mengajari Qiara bagaimana cara untuk membalas ciumannya dengan memberikan contoh. Perlahan, Qiara mulai memberikan balasan untuk ciuman Julian. Namun, ia kini merasa aneh ketika Julian semakin gila mencium lehernya.     

"Hentikan ...! Apa yang kamu lakukan?" Tanya Qiara seraya mendorong tubuh Julian.     

"Aku ... Tidak bisakah kita malam ini... " Belum sempat Julian melanjutkan kata - kata nya dengan suara yang tidak beraturan karena nafas nya mulai memburu.     

Qiara meyelanya "Jangan berharap lebih! Kita bukan pasangan yang saling mencintai. Aku tau kalau di hatimu ada orang lain, begitu pun denganku. Jadi, jangan berfikir kamu bisa menyentuhku lebih dari tadi." Ucap Qiara dengan mata yang menahan perih. Namun, ia tak lagi bisa menahan air matanya yang pecah berkeping dengan penuh penyasalan sebab ia merasa kotor dan menghianati hatinya karena sempat menikmati ciuman Julian dan membiarkan dirinya disentuh.     

"Jangan menangis! Aku minta maaf karena tidak bisa menahan diriku. Tapi, aku janji tidak akan melakukannya di kedepannya kecuali kalau kamu ijinkan." Jelas Julian dengan ekspresi menyesal.     

Dia tidak menyangka kalau Qiara akan merasa terluka dengan apa yang sudah dia lakukan. Meskipun sudah halal, Julian tidak ingin meminta haknya dengan cara paksa.     

"Apa kamu benar - benar mau bernjanji?" Tanya Qiara dengan setengah percaya pada Julian.     

"Aku janji!" Jawab Julian sambil menjulurkan kelingking nya. Qiara pun langsung menautkan kelingkingnya meski ragu. Tapi, dia merasa harus mengikat Julian dengan janji itu agar ia bisa mengambil keputusan kalau Julian mengingkari janjinya.     

"Kalau begitu mari kita ke kamar! Karena udara semakin dingin! Aku tidak ingin kamu masuk angin!" Kata Julian sambil memegang tangan Qiara lalu mengajaknya pergi dari tepi pantai itu. Merasa alasan Julian masuk akal, Qiara pun mengangguk dan mengikuti Julian dengan patuh.     

'Aku tau jika ini salah. Tapi, aku sadar kalau gadis yang aku nikahi terlalu polos. Lebih tepatnya ia seperti anak kecil bukan remaja pada umumnya yang seusianya sudah mengerti dengan hubungan suami istri atau setidaknya mengerti hubungan yang seperti apa yang bisa membuat orang hamil. Karena Julian tidak tega melihat Qiara jalan dengan gemetar karena pakaian nya basah waktu main laut sehingga ia merasa kedinginan.     

Julian pun langsung mengangkat tubuh Qiara ke gendongan nya.     

"Kamu ... " Qiara hampir saja marah dan menagih janji Julian untuk tidak melewati batas. Namun, Julian menyelanya dengan alasan yang masuk akal.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.