Istri Kecil Tuan Ju

Menikmati Keindahan Sunset



Menikmati Keindahan Sunset

0Usia saya memang sudah tiga puluh dua tahun. Tapi, tampang dan tubuh saya seperti gadis berusia belasan tahun. Jadi, saya masih termasuk golongan perempuan yang diinginkan oleh Tuan Ju. " Kata Erina seraya menyeringai kepada temannya setelah ia menunjukkan tatapan nya yang mengerikan.     
0

"He ... " Teman Erina tersenyum kecut mendengar perkataan Erina yang begitu percaya diri.     

Sementara itu Julian memegang tangan Qiara tanpa melepasnya. Walaupun Qiara berusaha melepaskan diri. Semua orang pun semakin penasaran ingin melihat perempuan yang dipegang oleh Julian.     

Sayangnya, Qiara langsung menutup diri dengan menyembunyikan wajahnya di dalam jas Julian yang kebetulan terbuka.     

"Ahhh ... " Karena Julian terkejut Qiara membuka jas nya tiba-tiba. Ia pun tidak sengaja membuat Qiara jatuh.     

"Maafkan aku! Apa kamu baik - baik saja?" Tanya Julian dengan suara lembut yang membuatku Qiara langsung mendongak.     

Julian semakin melebarkan senyumnya untuk menunjukkan rasa penyesalan sambil mengulurkan tangan kanannya. Senyum manis dari bibirnya terukir sempurna. Melihat itu Qiara pun menghela nafas lalu menatap Julian dengan sinis.     

"Kamu yang membuatku jatuh. Jadi, jangan sok baik kamu!"Jawab Qiara sambil mencoba bangkit dan mengabaikan uluran tangan Julian.     

"Kamu membuatku kaget makanya aku tidak sengaja membuatmu jatuh. Jadi maafkanlah aku! Sekarang, maukah kamu ikut aku ke suatu tempat?" Kata Julian seraya mensejajarkan tubuhnya dengan Qiara yang sudah berdiri dengan tegak.     

Qiara terdiam mendengar apa yang Julian katakan. Namun, ia tidak bisa menolak ketika melihat beberapa mahasiswa yang terlihat berjalan menuju kearahnya     

"Ayo pergi!" Kata Qiara sambil menarik tangan Julian berlari dari tempat itu. Julian membiarkan Qiara menyeretnya pergi begitu saja layaknya anak kecil.     

"Kenapa kamu diam saja? Ayo jalankan mobilnya!" Kata Qiara setelah mengatur nafasnya ketika mereka berdua berhasil lolos dari sorotan mahasiswa dan orang - orang kampus yang mengenal Julian.     

"Kita mau kemana? Hari ini kamu pasti stres setelah menjawab semua pertanyaan. Apa kamu mau sesuatu?" Tanya Julian sambil menatap Qiara penuh arti.     

"Hari ini aku memang lelah dan tidak ingin pulang begitu saja. Jadi, aku ingin pergi ke suatu tempat, tapi aku tidak tau mau kemana." Jawab Qiara dengan cemberut lalu menarik nafas dalam.     

"Baiklah! Aku akan membawamu kesuatu tempat yang menyenangkan. Mumpung sebentar lagi matahari akan tenggelam." Kata Julian dengan bersemangat. Qiara terdiam sejenak lalu melihat jam di ponselnya yang masih menunjukkan jam 3 sore.     

'Matahari akan tenggelam tinggal beberapa jam lagi. Lalu, bagaimana dia bisa mengatakan kalau matahari sebentar lagi akan tenggelam? Apa dia sudah stres gara - gara terlalu banyak pekerjaan?' Batin Qiara seraya menyeringai kearah Julian.     

Setelah membatin. Qiara pun mengabaikan Julian karena dia tidak ingin bicara dengan Julian. 'Entah apa yang sedang aku lakukan? Ada banyak hal menarik yang aku fikiran dan ingin lakukan dengan Qiara. Gadis kecil yang suka marah - marah, namun sangat polos.' Batin Julian sambil tersenyum dalam hati nya.     

Sepanjang perjalanan menuju tempat yang ingin dia datangi. Qiara tertidur sangat pulas. Ia hanya terbangun saat Julian berhenti di sebuah masjid untuk sholat asyar. Setelah melanjutkan perjalanan , Qiara malah tertidur lagi. Beberapa jam telah berlalu, Julian akhirnya memarkir mobil nya di tempat yang dia tuju.     

"Qiara ... Bangun!" Kata Julian sambil membelai pipi Qiara yang polos tanpa make up itu. Mendengar suara Julian, Qiara pun membuka matanya dengan pelan. Seketika itu mata mereka langsung saling bertatap.     

"Ummm ... Julian. Apa kita sudah sampai?" Tanya Qiara sambil mengucek matanya.     

"Iya. Ayo kita turun!" Sahut Julian.Qiara pun mengangguk lalu menguap sambil menutup mulutnya. Tidak lama setelah itu ia turun menyusul Julian.     

"Umm ... Dingin banget. Kita ada di pantai mana ini!" Tanya Qiara seraya melempar pandangannya keberbagai arah yang ada di tempat itu. Benar - benar asing. Melihat Qiara kedinginan. Julian pun mendekat lalu merangkulnya agar Qiara bisa merasakan hangat dari tubuhnya tanpa menjawab pertanyaan Qiara. Seketika itu Qiara menatap tajam kearah Julian.     

"Jangan cari kesempatan dalam kesempitan! " Ucap Qiara seraya melepaskan diri dari Julian. Setelah itu ia merapatkan jaketnya.     

"Oke. Sekarang lihatlah kearah sana! " Kata Julian sambil menunjuk kearah matahari yang hampir tenggelam. Seketika itu tatapan Qiara mengarah pada lautan luas dengan keindahan warna orange dari sinar matahari yang mulai tenggelam. Di posisi jam dua, matahari mulai menenggelamkan diri.     

Cahaya kemerahannya bersemburat dengan warna kekuningan. Terlihat begitu indah dan memikat bagi siapapun yang melihatnya.     

"Wahhh ... Indah banget! Aku tidak pernah membayangkan akan seindah ini saat melihatnya secara langsung kalau begitu tolong ambil fotoku cepat! Aku tidak ingin melewatkan beberapa menit yang menawan ini." Kata Qiara yang tampak gembira. Ia pun memberikan ponsel nya kepada Julian untuk membantunya mengambil foto.     

Tanpa melakukan protes atau berkata apapun. Julian langsung mengambil foto Qiara dengan suka rela. Setiap pose berbeda yang Qiara tampilkan sukses membuat Julian tersenyum geli karena semua pose Qiara begitu alay.     

"Waoo ... Deburan ombak yang menghantam karang terdengar sangat merdu. Aku suka." Ucap Qiara memperhatikan debuaran ombak yang seolah menghantarkan gelombang mistik yang entah bagaimana mulanya bisa menciptakan ketenangan dalam Qiara.     

"Apa kamu bahagia melihat pemandangan ini?" Bisik Julian di telinga Qiara.     

"Tentu. Oleh karena itu, kali ini aku memaafkanmu! Karena kamu sudah membawaku ketempat seindah ini."Jawab Qiara tanpa mengalihkan pandangannya dari pantai itu.     

"Terimaksih kalau begitu. Sekarang, coba lihat kearah sebelah sana. Tepatnya, arah yang berlawanan dengan Matahari!" Seru Julian sambil menunjuk arah yang berlawanan dari matahari. Warna hijau memenuhi langit sore itu. Mereka mengepak dan berkawan. Qiara pun langsung mengikuti kemana arah yang di tunjuk oleh Julian.     

Seketika itu matanya tercengang menyaksikan warna keemasan yang di barengi dengan riuk air laut yang tenang.     

"luar biasa ... Maha indah ciptaan Tuhan yang maha kuasa. " Ucap Qiara dengan melukis senyum terindah akan kekagumannya pada lukisan terindah Tuhan pada laut dan Matahari yang terlihat damai.     

"Tentu ini sangat indah. Karena, hanya dari pantai ini kita bisa menyaksikan drama Matahari tenggelam yang sangat menakjubkan. Tentunya, tidak semabarang orang yang bisa memasuki area ini." Lanjut Julian seraya ikut menatap takjub ke langit dan lautan lepas itu.     

"Kamu tau? Aku tidak suka diatur. Aku ingin bertindak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Sungguh, aku ingin terbang bebas seperti burung. Terbang bebas mengelilingi bumi tanpa takut tersesat. Namun, beberapa kenyataan pahit selalu membuatku tidak bisa memilih selain untuk patuh." Kata Qiara sambil mendesah.     

Mendengar ucapan Qiara. Diam - diam Julian menyetujuinya karena dia juga bukan orang yang bisa di paksa dengan mudah, namun untuk beberapa hal juga ia menjadi orang yang patuh.     

"Adakalanya kita harus egois untuk memperjuangkan apa yang kita anggap benar. Namun, adalanya kita juga harus bekerjasama jika hal itu demi kebaikan. " Julian berhenti lalu kembali menatap Matahari yang sudah habis ditelan lautan hingga gelap mulai menyelimuti.     

"Katanya aku nakal dan tidak punya masa depan. Selalu berada di peringkat terbawah membuatku di kenal sebagai siswa terbodoh di sekolah. Saat itu pun aku mulai berfikir apakah aku memang sudah seperti ini dari Tuhan." Lanjut Qiara dengan tatapan sendu. Walau merasa sedih, ia berusaha melukis senyum di bibirnya.     

"Tidak ada orang bodoh di dunia ini. Yang ada itu hanya orang malas. Jika kamu mau belajar dengan tekun tentunya kamu akan menjadi pintar. Aku tebak, pas masih SMA, kamu lebih banyak main dari pada belajar kan?" Kata Julian dengan bijak. Ia mencoba memberi pemahan pada Qiara agar dia tidak lagi merasa rendah diri.     

"Kamu benar. " Sahut Qiara seraya menatap kosong ke arah lautan lampu di tepi pantai mulai di nyalakan dengan indah. Dengan lampu kelap kelip menghiasi tempat yang seperti balai - balai yang di hias dengan indah itu. Tepatnya di dataran yang tinggi.     

"Aku bukannya mau menghakimi kamu apalagi membuatmu merasa sedih. Aku hanya ingin kamu sadar bahwa sebenarnya kamu itu pintar jika mau belajar dengan tekun. " Julian terus mencoba memberi pemahaman dan penjelasan yang bisa dimengerti oleh Qiara dengan cepat dan baik. Ia pun mengatakannya dengan penuh kelembutan.     

"Ahhh ... Lagi - lagi kamu memang benar meskipun kata Mama kalau kebenaran itu mutlak milik Tuhan. Meski begitu, aku akan tetap berterima kasih padamu karena kamu sudah menasehati ku dengan baik. Biasanya aku tidak menerima nasehat dari siapapun. Oleh karena itu kamu harus bersyukur karena aku mau mendengarmu." Jelas Qiara sambil menatap Julian yang penuh arti. Julian tersenyum mendengar apa yang Qiara katakan padanya.     

Meski setiap jawaban Qiara tidak begitu pas dengan apa yang dia harapkan. Setidaknya Qiara sudah mau menerimanya. Sayangnya, obrolan mereka harus terhenti ketika mereka melihat beberapa pasangan mulai berdatangan untuk menikmati malam Minggu bersama.     

"Mereka siapa?" Bisik Qiara dengan bingung.     

"Mereka adalah pasangan suami istri seperti kita. Mereka datang kesini untuk menikmati malam Minggu bersama pasangannya." Jawab Julian sambil memperhatikan beberapa pasangan itu.     

"Hmm ... Bagaimana kamu tau kalau mereka adalah pasangan suami istri?" Tanya Qiara lagi dengan heran. Sebab, yang dia tau kalau setiap orang yang datang ketempat umum belum tentu pasangan suami istri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.