Istri Kecil Tuan Ju

Karena Aku Khawatir.



Karena Aku Khawatir.

0"Terimaksih kakak atas kemurahan hatinya. Saya pasti akan melakukan yang terbaik." Ucap Qiara dengan gembira setelah mengambil ponselnya.     
0

Rena hanya tersenyum menanggapi Qiara lalu masuk ke ruangan seni itu meninggalkan Qiara sendiri di luar.     

"Uuu ... Rena cantik? Dia menulis namanya senarsis ini? Mmmm ... Tapi, dia memang cantik sih, aku sangat mengaguminya. He ... " Kata Qiara setelah mengecek nomer Rena di ponselnya.     

Setelah itu ia pergi dengan gembira meninggalkan ruang seni itu. Sementara itu, Julian merasa lelah menunggu di dalam mobilnya. Ia sudah mengirim pesan pada Qiara kalau dia akan menjemputnya. Tapi, Qiara tidak membalasnya. Namun, dia tau kalau Qiara masih di kampus lewat ponselnya. Karena tidak juga melihat Qiara muncul. Julian pun, membuat panggilan ke nomer Qiara, namun tidak juga diangkat. Julian pun mulai panik dan terpaksa keluar dari mobilnya.     

'Ada apa dengan Qiara? Kenapa dia tidak membalas pesanku. Tidak hanya itu, dia juga tidak mengangkat telponku. Apa Jhonatan melakukan sesuatu padanya?' Batin Julian dengan ekspresi gelap. Ia memasuki kampus dengan langkah berat, tanpa menghiraukan setiap tatapan orang yang berselewanan dengannya.     

"Ohhh astaga ... Bukankah itu Tuan Ju? Bagaimana mungkin dia kesini tanpa pemberitahuan?" Kata Erina salah satu Dosen yang masih single di Kemas.     

"Iya, itu dia. Apa kita perlu melaporkannya pada yang lain agar menyambutnya? " Tanya teman Erina yang juga akan pulang.     

"Tidak perlu. Aku akan menyapanya terlebih dahulu sebelum memberitahu yang lain." Ucap Erina sambil tersenyum dan merapikan pakaiannya.     

"Memangnya Mis. Erina kenal baik dengan Tuan Ju?" Tanya temannya dengan ragu.     

"Tentu saja! Kami sering bertemu beberapa kali. Lihat saja nanti! Ayo kita kejara dia!" Setelah mengatakan itu Erina pun mengejar Julian yang terus berjalan tanpa melirik siapapun. Teman Erina pun mengikuti dari belakang dengan patuh karena dia juga ingin kenal dan dekat dengan Julian yang masih muda dan sukses sepengetahuan mereka.     

"Selamat siang Tuan Ju!" Sapa Erina dengan senyum manis ketika ia berhasil mengejar Julian.     

"Anda kenal saya kan, Tuan Ju? Kita sering bertemu beberapa kali waktu anda datang sebagai wali Natan." Lanjut Erina dengan ramah ketika dia melihat Julian menoleh kepadanya meskipun tanpa emosi. Julian berkedip beberapa kali saat mendengar pertanyaan Erina.     

"Memangnya siapa anda?" tanya Julian masih tanpa emosi.     

"He he ... Apa anda serius tidak mengenal saya Tuan Ju?" Kata Erina lagi dengan gugup. Karena, Julian tidak juga tersenyum kearahnya. Julian langsung menggeleng. Melihat itu Erina mendesah karena merasa terluka.     

"Ahhh ... Anda pasti bercanda Tuan Ju! Bukankah kita sering bertemu waktu rapat dengan orang -orang Yayasan juga. Tolong jujur kalau anda memang mengenal saya!" Lanjut Erina sambil menggertakan giginya menahan rasa malu dan kesalnya di depan temannya.     

"Maaf! Tapi aku memang tidak mengenal anda. Memangnya kita dekat sehingga aku harus mengela anda?" tanya Julian dengan kesal karena langkah nya di halangi padahal dia lagi terburu - buru. Hanya saja dia ingin menghargai orang yang ada di lingkungan kampus.     

"Saya Erina, Kemarin kita bertemu saat anda mengurus kembalinya Jhonatan ke kampus ini." Jelas Erina dengan lembut.     

"Lalu, kenapa anda bertemu saya kemarin?" Kata Julian dengan sinis.     

"Karena saya Dosen terbaik di kampus ini, sekaligus dosen Jhonatan!" Lanjut Erina dengan sopan.     

"Oh ... " Julian hanya menanggapinya datar seraya memutar bola matanya keberbagai arah untuk menemukan Qiara.     

"Kenapa tanggapan anda hanya Oh? Tidakkah anda datang untuk menemui saya lagi?" Erina tidak menyangka kalau Julian begitu kaku dan tidak tertarik berbicara lebih jauh darinya.     

"Saya sibuk. Bisakah anda minggir?" Julian mulai geram dengan sikap Erin yang terus bertanya padanya.     

Tepat saat itu Qiara yang ingin segera pulang terhenti ketika ia merasa yakin melihat Julian sedang bersama dua orang perempuan. 'Haissss ... Bukankah itu si lelaki mesum? Dai benar - benar menyebalkan. Dia tidak hanya menggoda ku, melainkan doyan menggoda banyak perempuan. Nyebelin ... Awas saja dia! Aku tidak akan mau bicara dengan nya.' Batin Qiara dengan ekspresi kesal. Setelah membatin, Qiara pun langsung berbalik dengan cemberut.     

"Qiara ... ?" Mendengar namanya dipanggil, Qiara pun berhenti dengan kesal karena dia sudah ketahuan oleh Julian. Sebelum menoleh, Qiara pun melirik ke kiri dan kanan untuk memastikan tidak ada orang yang melihat Julian memanggilnya. Kecuali dua doksen itu.     

"Kenapa kamu tidak mau menoleh? " Tanya Julian setelah berdiri di depan Qiara.     

"Tidak apa - apa!" Sahut Qiara dengan kesal tanpa melihat Julian. Melihat gelagat Qiara, Julian tersenyum dan langsung mengacak rambut Qiara.     

"Apa kamu marah melihatku bicara dengan dua perempuan itu?" Tanya Julian sambil tersenyum licik.     

"Yaaaa ... Julian! Bisakah kamu tidak membuat rambutku berantakan? Lagi pula, siapa juga yang marah melihat lelaki mesum sepertimu bersama perempuan. Karena itu hal wajar kan?" Sahut Qiara dengan kesal.     

"Oh iya, kamu sedang apa di sini?" Lanjut Qiara sambil menatap Julian dengan bingung.     

"Menjemputmu. Karena kamu tidak membalas dan mengangkat telponku. Aku menjadi khawatir lalu datang kesini!" Jelas Julian dengan ekpsresi datar.     

"Apa? Kamu khawatir padaku? Aku fikir kalau kamu hanya sedang mencari alasan untuk membuatku marah. Soal, tidak membalas atau mengangkat telponmu, Aku sengaja karena aku malas bicara denganmu. Jadi, Lebih baik kamu pulang sendiri karena aku bisa menggunakan taxi pulang nanti." Kata Qiara lagi sambil mendorong tubuh Julian.     

Tanpa mengatakan apapun. Julian langsung menarik tangan Qiara untuk pergi bersamanya. "Yaaaa ... Julian! Lepaskan aku! Apa kamu gila? Semua orang memperhatikan kita! Lepasin aku cepat!" Teriak Qiara sambil menutup wajahnya.     

"Aku tidak perduli." Julian tidak memperdulikan apa yang Qiara katakan, karena yang terpenting baginya adalah membawa Qiara pulang.     

"Ya ampun ... Siapa gadis itu? Sepertinya Tuan Ju sangat memperhatikannya, sehingga ia tidak membiarkan gadis itu berteriak padanya? " Tanya Erina dengan ekspresi terkejut.     

"Apa dia mahasiswi disini? Apa hubungan mereka? Mungkinkah Tuan Ju lebih suka daun muda dari pada kita yang sudah kepala tiga?" Tanya teman Erina balik dengan wajah bingung.     

Mendengar kata - kata temannya. Erina langsung menatap nya dengan sinis.     

"Ohhh ... Astaga ... Kenapa Mis. Erina menatapku dengan mengerikan begitu? " Tanya teman Erina dengan kaget dan ketakutan melihat tatapan mengerikan Erina yang membuat bulu kuduknya merinding.     

"Usia saya memang sudah tiga puluh dua tahun. Tapi, tampang dan tubuh saya seperti gadis berusia belasan tahun. Jadi, saya masih termasuk golongan perempuan yang diinginkan oleh Tuan Ju. " Kata Erina seraya menyeringai kepada temannya setelah ia menunjukkan tatapan nya yang mengerikan.     

"He ... " Teman Erina tersenyum kecut mendengar perkataan Erina yang begitu percaya diri.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.