Istri Kecil Tuan Ju

Bertemu Fans Tidak Terduga



Bertemu Fans Tidak Terduga

0"Kalau begitu, kenapa dua wanita itu tampak membenciku? Apa mereka cum berpura - pura hanya untuk menarik perhatianku lalu membuatku penasaran? Apa begitu? " Lanjut Natan dengan ekspresi bingung setelah membuat kesimpulan sendiri.     
0

"Karena mahkluk cantik bernama Rena adalah gadis yang terkenal sangat kejam mulutnya, tentunya dia tidak akan pernah menyukaimu. Dan sepertinya, gadis yang kamu akui pacar juga memiliki watak sama dengan Rena." Jawab Dava sambil tersenyum licik.     

"Itu artinya dia wanita tadi tidak normal. Harusnya, mereka tertarik pada lelaki sempurna sepertimu Natan jika mereka memang normal" Kata Siska yang merasa tertarik menyela pembicaraan Natan dan Dava.     

Ia mencoba mencari simpati Natan dengan mendukungnya.     

"Jadi, kesimpulannya mereka berdua bukan gadis normal. Apakah begitu?" Sahut Natan menimpali perkataan Siska sambil tersenyum licik.     

"Betul itu!" Jawab Siska sambil menganggukkan kepalanya.     

"Oh ... Tapi, kenapa aku berfikir kamulah yang tidak normal. Karena, aku sudah bilang puluhan kali agar menjauh dariku. Tapi, kamu tetap saja mendekat. " Lanjut Natan sambil berbalik mengajak Dava dan temannya yang lain untuk pergi meninggalkan kantin itu.     

Mendengar perkataan Natan. Siska merasa malu karena sebagai salah satu bintang kampus, dia merasa direndahkan oleh Natan. Semua orang pun menatap nya dengan ekspresi mengejek. 'Sialan kamu Natan! Kamu fikir hanya kamulah lelaki tampan di kampus ini? Lihat sampai ada mahasiswa baru yang bisa melebihi ketampanan mu, disaat itu juga aku akan mempermalukan mu. Kamu hanya bersembunyi dibalik ketampananmu dan nama besar keluargamu, padahal kenyataannya kamu tidak punya otak.' Batin Siska seraya mengepalkan tinjunya.     

Setelah mengatakan itu, Siska pun tidak jadi makan siang. Ia segera pergi dari kantin karena merasa tidak nyaman dengan tatapan teman -teman nya. Di waktu yang sama. Qiara berhasil mengejar Rena yang baru saja akan masuk ruang seni.     

"Hey, apakah kamu benar -benar Rena si pelukis muda yang terkenal itu?" Tanya Qiara seraya mengatur nafasnya yang terenggah - enggah habis berlari.     

Karena Rena benar -benar cepat berjalannya. Mendengar suara Qiara. Rena tidak jadi membuka pintunya. Ia berbalik lalu menatap Qiara dengan heran. Suasana siang itu di ruang seni cukup tenang karena para mahasiswa hanya beberapa yang berlalu lalang sehingga Rena dan Qiara tidak akan terganggu oleh apapun.     

"Siapa kamu? Dan mau apa kamu mencariku?" tanya Rena dengan ketus karena dia tidak begitu nyaman dengan orang baru.     

"Aku melihatmu berantem tadi di kantin. Apa kamu benar -benar marah pada Natan?" Jawab Qiara dengan sedikit gugup, karena begitulah dia kalau bertemu dengan orang yang dia kagumi atau sukai.     

Rena berdecih mendengar pertanyaan yang tidak penting menurutnya itu. Karena sebenarnya dia tidak terlalu mempermasalahkan kejadian tadi di kantin tadi, hatinya hanya sedang terluka, soal ribut sama Natan itu mah urusan biasa baginya selama menjalani kuliah di Kemas.     

"Apa aku harus marah? Aku fikir itu bukan urusanmu. Keculai kalau kamu ada hubungan sama si tengik Natan." jawab gadis Rena tanpa ekspresi.     

'Aku hanya kakak ipar yang tidak dia kenal. Namun, bukan itu intinya kenapa aku mengejarmu. Aku sebanarnya ingin meminta tanda tangan dan foto bersama mu. Tapi, ku bingung harus berkata apa.' Batin Qiara seraya menunduk bingung.     

"Ohhh ... Begitu ya. Memang bukan urusanku sih. Aku cuman penasaran saja. Oh iya, ngomong-omong, kenapa kau tidak terlihat menyukai Natan? Bukankah semua gadis di kampus ini menyukai dia?" Lanjut Qiara setelah selesai bergelut dengan batinnya.     

"Bagaimana denganmu? Apa aku juga termasuk salah satu dari gadis bodoh itu? " Sahut Rena sambil tersenyum sinis.     

"Aaa ... ? Aku? Ummm ... Ngapain aku harus menyukai lelaki seperti dia. Apalagi, hatiku sudah diisi oleh sosok yang jauh luar biasa dari dia. He ..." Jawab Qiara sambil tersenyum mengingat wajah dan cara bicara Qiano yang selalu sanggup melukuhkan hatinya. Bukan sekedar benci jadi cinta. Namun, perasaannya sama Qiano lebih dari sekedar benci ataupun cinta.     

"Sebagaimana jawabanmu, begitu juga jawabanku. Apa kamu mengerti?" Kata Rena sambil menyilangkan kedua tangannya ke dada.     

"Natan tidak begitu menantang bagiku. Dia hanya boneka mainan yang berbulu. Dan aku tidak suka dengan lelaki begitu. Aku menyukai lelaki dingin yang penuh tantangan. Seperti lelaki yang aku temui kemarin. Sayang sekali ketika dia menyebut namanya aku tidak begitu jelas. Aku fikir akan mengatakannya jika bertemu dengannya." Lanjut Rena sambil membayangkan sosok lelaki yang menolongnya saat ia merasa frustasi di pinggir pantai.     

"Ahhh ... Begitu ya? " Ucap Qiara sambil menggaruk lehernya. Ia benar -benar kesal karena belum juga bisa menyampaikan maksud hatinya yang sebenarnya.     

"Oh iya. Apa kamu mahasiswi disini? Jika iya, kamu pasti tahu, kan, siapa aku?" Tanya Rena dengan yakin.     

"Lebih tepatnya, aku calon mahasiswi disini. Tapi, aku suka melukis jadi nya aku mengambil jurusan seni disini. Aku sudah lama tau kakak, dan aku juga salah satu fans kakak." Jawab Qiara sambil tersenyum malu.     

"Wahhh ... Tidak aku sangka bisa bertemu fans ku. Apa kamu ingin belajar seni bersamaku? " Kata Rena yang mulai menunjukkan sikap ramahnya pada Qiara. Qiara pun langsung mengangguk kegirangan. Dia tidak menyangka akan diajak bergabung oleh pelukis terkenal yang sudah lama dia kagumi.     

"Kamu sepertinya sangat senang, oleh karena itu aku jadi bersemangat. Siapa namamu?" Lanjut Rena.     

"Qiara Putri Senja. Itu namaku, tapi kakak bisa memanggilku Qiara. Oh ya, apa kita bisa tuker nomer ponsel?" Jawab Qiara dengan antusias.     

Setelah itu, Qiara berharap Rena mau memberi nomer kontaknya.     

"Tentu. Mana ponselmu!" Kata Rena seraya mengangguk dan tersenyum.Tanpa bekata apapun, Qiara langsung menjulurkan ponselnya kepada Rena. Seketika itu Rena terkejut bukan main ketika melihat ponsel Qiara. Lagi - lagi ponsel Qiara menjadi sorotan bagi kalangan atas yang tau betul tentang ponsel mewah dan murah.     

"Bukanlah ini iPhon Princess ... ? Bagaimana kamu bisa memilikinya." Tanya Rena setelah mengamati ponsel Qiara dengan seksama. Ekspresi Qiara menjadi rumit mendengar pertanyaan Rena. Ia lupa kalau ponselnya akan menyita perhatian. Hanya karena ponsel itu, ia beberapa kali kena masalah.     

"Ummm ... Itu ... Memang ponsel iPhon Princess ... Aku diberikan oleh pamanku yang kebetulan sangat kaya. Ya begitu." Jawab Qiara dengan gugup.     

"Wahhh ... Paman mu pasti seorang kolomerat. Baiklah, aku akan memasukkan nomerku. " Sahut Rena seraya mulai mengetik nomernya di ponsel Qiara.     

"Aku sudah memasukkan nomerku. Sampai jumpa lagi Qiara! " Kata Rena sambil mengembalikan ponsel Qiara setelah menyimpan nomernya.     

"Terimaksih kakak atas kemurahan hatinya. Saya pasti akan melakukan yang terbaik." Ucap Qiara dengan gembira setelah mengambil ponselnya.     

Rena hanya tersenyum menanggapi Qiara lalu masuk ke ruangan seni itu meninggalkan Qiara sendiri di luar.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.