Istri Kecil Tuan Ju

Banci Mesum



Banci Mesum

0Karena penasaran. Qiara pun mengintip dari balik jendela. Ia pun langsung terpesona ketika melihat jari-jemari seorang lelaki dengan lihainya menekan-nekan not-not piano sehingga menciptakan nada-nada yang indah didengar.     
0

Entah apa judul lagu itu. Namun, lagu itu sangat indah ketika di nyanyikan bersamaan dengan alunan nada-nada piano yang berasal dari piano yang ia gunakan untuk menciptakan nada-nada indah itu. Jenggg...Suara piano yang dimainkan lelaki itu tiba-tiba berubah saat ia menekan not-not piano secara kasar dan bersamaan.     

"Ehhh kok suara nya jadi buruk begitu? Ada apa dengannya? Apa dia stres? " Ucap Qiara dengan kesal karena ia baru saja menikmati alunan lagu itu malah di hancurkan begitu saja.     

"Ahhh ... Kenapa Papa masih saja keras kepala menjauhkan aku dari musik yang aku cintai. Aku merasa hidup sendiri dan tidak ada yang mendukung mimpiku." ucap lelaki itu tiba-tiba dengan suara keras sehingga Qiara bisa mendengarnya. Mendengar suara keluhan itu. Qiara pun penasaran dan membuka pelan pintu ruangan musik itu. Ia mengintip di balik pintu dan terkejut ketika melihat sosok bintang kampus sedang terpuruk namun ketampanannya tidak memudar sedikit pun.     

"Bukankah itu Jhonatan?" Tanya Qiara pada dirinya. Ia pun memperhatikan adik iparnya itu dengan seksama sehingga ia bisa melihat mata Jhonatan yang memanas dan memerah setelah berteriak.     

Saat itu pun, Jhonatan memutar memori nya ke masa lalu saat pertama kali sang Papa melarangnya bermain musik.     

"6 tahun sudah berlalu, tapi Papa masih juga tidak mengerti apa yang Akau mau dan sukai. Apa enaknya mengambil jurusan hukum? Sedang yang aku cintai adalah dunia musik." Kata Jonathan lagi sambil memukulkan tangannya ke piano itu. Setitik buliran air mata jatuh dari sudut mata Jhonatan karena tidak bisa menahan rasa sakit dan sesak menyeruak dari dalam dadanya saat mengingat kenangan indah bersama gitar kesayangannya yang di hancurkan oleh Papa nya 6 tahun lalu.     

"Ternyata sang bintang kampus bisa menangis seperti ini." Mendengar suara itu. Jhonatan pun langsung menoleh karena kaget. Ia tidak menyangka akan ada orang yang melihatnya padahal hari ini mahasiswa pada libur karena semua ruangan digunakan untuk tes masuk mahasiswi baru.     

"Siapa kamu? Kenapa kamu masuk tanpa seijin ku?" Tanya Jhonatan dengan ketus.     

"Aku hanya orang yang lewat dan tidak sengaja mendengar suara musik dan lagumu yang indah. Makanya aku masuk karena tertarik ingin tau siapa penyanyinya. " Jelas Qiara sambil mendekat kearah Jhonatan.     

"Tunggu ... Bukankah kamu gadis kemarin? Kebetulan sekali. Aku masih penasaran dengan kamu. Siapa kamu? Anak kolomerat mana kamu?" Kata Jhonatan sambil mendekat kearah Qiara hingga ia berdiri tepat di depan Qiara.     

"Ha ha ha ... Anak kolomerat? Tidak ... Aku hanya jajar karang yang tidak penting. Jadi, kamu tidak perlu penasaran denganku. Karena aku bukan kamu yang seorang anak kolomerat yang manja. "Jawab Qiara tanpa takut.     

"Uwahhh ... Baru kali ini ada perempuan yang berani mengejekku serta menantangku. Apa jangan - jangan kamu menyukaiku? Ummm ... Tidak heran sih kalau kamu menyukaiku karena semua perempuan di kampus ini ingin menjadi pacarku. Tapi, kalau untuk kamu saya minta maaf karena saya tidak tertarik dengan gadis ber dada rata serta memiliki body kempes sepertimu." Kata Jhonatan dengan angkuhnya. 'Ternyata dia dan kakak nya sama-sama lelaki mesum. Sepertinya dia perlu dikasih pelajaran agar mulutnya tidak lemes menghina orang lain.' Batin Qiara degan tersenyum licik.     

"Ummm ... Begini nih kalau berurusan dengan banci mesum kayak kamu. Otaknya tidak pernah jernih. Sepertinya aku perlu memberimu peringatan keras. Agar mulut sampahmu itu tidak sembarang bicara." Kata Qiara memancing amarah Jhonatan.     

"Yaaa ... Gadis sialan. Beraninya kamu menghinaku dengan mengatakan kalau aku adalah banci mesum. Sepertinya kamu perlu tau seperti apa banci mesum itu. " Setelah mengatakan itu, Jhonatan menatap nakal kearah Qiara.     

"Aaarrrggg ... " Teriakan Jhonatan membuat telinga Qiara menjadi pening saat tangan Natan yang hendak menyentuh tubuh Qiara di pelintir kebelakang.     

"Sakit?" Tanya Qiara sambil tersenyum di telinga Natan.     

"Gadis sialan ... Lepasin aku jika kamu tidak mau berurusan dengan kakak ku yang super jahat. " Teriak Natan sambil menahan rasa sakit di tangannya. 'Ha haha ... Kakak mu memang lelaki mesum tapi dia tidak jahat dan mulutnya terjaga tidak sepertimu bodoh. Tapi, aku akan memaafkan anak ini, karena hari ini aku hanya ingin memberikannya pelajaran bukan berarti aku takut sama lelaki mesum itu.' Batin Qiara sambil mendorong Natan. Seketika itu Natan tersungkur ke lantai.     

"Aku akan memaafkanmu hari ini. Tapi, lain kali jika kita ketemu lagi kamu masih tidak bisa menjaga mulutmu itu, maka aku akan merobeknya. Apa kamu mengerti?" Kata Qiara sambil mengibas-ngibas kedua tangannya. Setelah mengatakan itu Qiara pun berbalik hendak meninggalkan ruangan musik itu.     

"Hei ... Gadis sialan! Ini belum berakhir. Bagaimana kalau kita adu kemampuan disini? Jika aku kalah maka aku akan membiarkanmu menjadi temanku. Tapi, jika kamu kalah maka kamu harus menjadi pembantuku. Bagaimana ?" Mendengar perkataan Natan. Qiara berhenti sambil tersenyum. Karena taruhannya sangat tidak imbang.     

"Maaf ... Aku tidak ada waktu untuk melawan banci mesum sepertimu. Bay ..." Kata Qiara sambil melambaikan tangannya tanpa melihat ke belakang. Mendengar perkataan Qiara yang masih saja memanggilnya banci mesum. Natan pun mengepalkan tinjunya dan tertawa pahit mengasihani dirinya.     

Karena dia yakin Qiara bukan gadis sembarang. Natan pun, menyerang Qiara dari belakang tepat saat Qiara akan membuka pintu. Menyadari serangan itu. Qiara tersenyum sambil melirik ke belakang. Tempramen buruk Qiara memang selalu berhasil memancing amarah orang lain di tempat sepi. Karena kalau ramai, dia tidak ingin terlihat seperti perempuan lemah lembut agar dia tidak di kenal berandal sama seperti waktu di kotanya.     

"Hyakkk ... " Dengan lihai, Qiara pun menangkis serangan tangan Natan dari belakang. Setelah itu ia menarik tangan itu lalu berbalik dan mendorong Natan lagi.     

"Ahhh .... " Natan mendengus karena berhasil di buat mundur dan hampir jatuh." Ini sebabnya aku memanggilmu banci mesum. Kamu hanya berani menyerang dari belakang. Jika kamu lelaki maka hadapi dari arah depan. Begitu juga dengan impian mu. Jika kamu menginginkan sesuatu yang memang kamu sukai, lebih baik kamu kejar dan perjuangkan bukan malah menggerutu di ruang sepi sambil menangis. Karena itu bukan lelaki. Apakah aku benar?" Kata Qiara sambil menyilangkan kedua tangan nya ke dada.     

Natan terdiam ketika mendengar kata - kata Qiara yang menurutnya ada benarnya. Karena selama ini dia terlalu takut akan kehilangan fasilitas dan di buang oleh keluarganya jika ia tetap bertahan meraih mimpinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.