Istri Kecil Tuan Ju

Bukan Suami Tapi Pengasuh



Bukan Suami Tapi Pengasuh

0Julian menarik nafas dalam. Kini dia merasa bukan lagi seorang suami, melainkan pengasuh bagi Qiara. Melihat Qiara menjulurkan kelingkingnya, entah kenapa Julian merasa geli karena itu adalah hal yang biasa anak kecil lakukan.     
0

'Haruskah mengadakan janji seperti itu? Saling menautkan kelingking memang tidak buruk. Tapi, melihat ekspresinya yang seperti anak kecil membuatku merasa menjadi pengasuhnya ketimbang suaminya.' Batin Julian sambil tersenyum sedikit.     

"Kenapa kamu diam! Ayo berjanjilah jika kamu memang ingin mendengar kejujuran ku. Kecuali kamu tipe orang yang suka ingkar janji dan tidak bisa memegang kata-katanya. " Lanjut Qiara sambil menjulurkan kelingkingnya tetap di hadapan Julian.     

Seketika itu Julian terkejut melihat kelingking Qiara yang mungil dan imut. Ia pun tersenyum tidak bisa menahan senyumnya serta tidak bisa marah lama - lama kepada Qiara.     

"Oke." Jawab Julian seraya menautkan jari kelingkingnya dengan Qiara.     

"Baiklah! Dengarkan aku! Tadi sore, aku melihat kakak ipar ada di TV. Dia terlihat sedih. Akhirnya aku mencari tau tentang dia dan menemukan fakta kalau dia begitu karena pacar nya. Sepeninggal kamu ke kantor, aku bergegas untuk menemuinya. Tapi, aku melihat kalau kakak ipar ada di sebuah kamar pasien bersama dokter itu dan seorang perempuan yang sepertinya pasien juga. Mereka bertengkar dan ternyata gadis itu sangat licik. Dialah yang ingin menjebak kakak ipar waktu di studio. Setelah itu, aku mengikuti dokter itu sampai ke penginapan itu. "Jelas Qiara dengan suara pelan sambil menunduk karena dia merasa takut kalau Julian akan memarahinya. 'Faris ...' Batin Julian dengan ekspresi gelap.     

"Kali ini aku akan memaafkanmu! Lain kali, kalau kamu mengulanginya lagi aku akan menghukum mu. Jangan ikut campur urusan orang lain lagi, dan fokuslah sama tes mu. Jika kamu lulus aku akan mengabulkan permintaan mu ... " Kata Julian dengan ekpsresi datar.     

"Diakan bukan orang lain. Dia itu kakak mu yang berarti kakak ku juga. Aku tidak bermaksud ikut campur. Aku hanya ingin membantunya menemukan cinta sejatinya. Karena aku masih ingat pesan Papa padamu. Kalau kamu harus meminta kakak ipar segera menikah. " Jelas Qiara dengan lemah lembut.     

"Apapun itu. Tetap saja itu bukan urusanmu Qiara. Kak Jasmin itu urusanku, jadi berhentilah melakukan hal konyol yang bisa membuatku merasa khawatir!" Lanjut Julian dengan kesal. Julian adalah orang yang tidak bisa di tebak jalan fikirannya. Ia sangat gesit dan setiap prediksinya hampir semua benar. Sebagai Presiden Direktur dari perusahaan terbesar, ia memang harus berhati-hati karena gerak-geriknya selalu menjadi sorotan.     

Terlebih saat Papa nya mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri.     

"Iya, Aku akan patuh. Tapi, tadi kamu bilang kalau aku lulus tes, maka kamu akan memberikanku hadiah, apa itu serius?" Kata Qiara sambil menganggukkan kepalanya. Setelah itu ia mengalihkan pembicaraan agar Julian tidak mengungkit soal itu lagi.     

"Tentu, aku tidak akan menghianati kata-kataku. Keculi bercerai." Jawab Julian mendahului apa yang Qiara inginkan. Mendengar jawaban Julian Qiara langsung manyun dan terdiam. 'Apaan? Katanya boleh minta apa saja. Tapi ada yang di kecuali kan. Preettt ... Dasar lelaki mesum.' Batin Qiara seraya menyeringai jijik kearah Julian.     

"Jangan mengumpat suamimu dalam hatimu! Karena itu tidak bagus. " Kata Julian.     

Qiara langsung menatap sinis kearah Julian. Dia tidak menyangka kalau Julian bisa menebak apa yang dia katakan dalan hatinya. 'Apa dia jin? Bagaimana bisa dia tau apa yang aku ucapkan? Aisss ... Bisa stres beneran aku kalau tinggal lebih lama dengan lelaki mesum ini. ' Batin Qiara lagi setelah memalingkan wajahnya.     

"Ayo turun! Kita sudah sampai!" Kata Julian setelah ia memarkir mobilnya. Pelayan Mu terlihat berlari dari dalam menyambut Tuan nya yang baru pulang. Tanpa mengatakan apapun Qiara keluar dengan cepat. Setelah itu ia berlari masuk ke dalam rumah. Julian hanya menarik nafas dalam melihat Qiara. Tenaganya cukup terkuras karena sudah memarahi Qiara habis-habisan.     

"Selamat malam Tuan Ju!" Sambut pelayan Mu dengan penuh hormat. Melihat pelayan Mu. Tatapan Julian berubah sinis. Ia menutup pintu mobil lalu melangkah mendekati pelayan Mu.     

"Kamu ... Ikuti aku!" Seru Julian sambil melewati pelayanmu dengan dingin.Pelayan Mu bergidik ngeri melihat ekspresi Julian yang tiba-tiba sangat dingin. 'Ada apa ini? Biasanya tampang bos yang seperti itu menandakan kalau dia sedang murka. Apa aku sudah membuat kesalahan?' Batin Pelayan Mu seraya mengikuti Julian dari belakang dengan patuh.     

Tidak lama setelah itu. Julian berbalik menatap pelayan Mu ketika mereka sudah berada di ruang kerja nya     

"Kenapa kamu menceritakan hal yang tidak perlu diceritakan kepada istriku? " Tanya Julian tanpa ekspresi. Meski Qiara tidak menyebutkan siapa yang memberitahunya. Tapi, Julian bisa menduga kalau pelayan Mu lah yang memberitahunya karena cuma dia yang tau betul tentang kisah kakak nya sedari dia ABG.     

"Ummm ... Cerita tentang apa?" Tanya pelayan Mu dengan bingung.     

"Sepertinya kamu harus ke kota B. Selesaikan kekacauan yang di buat oleh Manager di kantor cabang. Kamu harus menyingkirkannya dan membuat proyek yang dia garap selesai! Setelah semua berjalan lancar kamu boleh kembali. " Kata Julian tanpa menjelaskan lebih detail apa kesalahan pelayan Mu.     

Mendengar perintah bos nya. Pelayan Mu terkejut bukan main, karena dia tau kalau itu bukanlah pekerjaan melainkan hukuman. Kota B dikenal sebagai kota yang kacau balau. Banyak pegawai dari kantor cabang yang di kota B memundurkan diri karena tidak sanggup. Siapa pun yang di pindahkan dari kantor pusat ke kantor cabang di kota B, maka itu adalah hukuman bagi mereka. Yang bertahan hanya mereka yang sanggup.     

"Tapi Tuan ... " Pelayan Mu ingin mengkomfirmasi apa kesalahannya sehingga di minta ke kota B. Namun, ia berhenti melakukannya karena ia mengingat apa yang dia sudah bocorkan kepada Qiara.     

"Kamu boleh keluar sekarang!" Seru Julian tanpa melihat pelayan Mu. Dengan rasa sedih, pelayan Mu pun mengangguk lalu keluar dari ruang kerja Julian. Ini bukan kali pertama ia di hukum melainkan udah beberapa kali itu pun karena ulah seorang wanita. 'Lagi - lagi Tuan menghukumku. Jika dulu karena membiarkan Nona Jasmin masuk ke kamarnya, sekarang gara - gara Aku keceplosan menceritakan masa lalu nona Jasmin. Aduhh .. Aku merasa kalau diriku ini semakin tua.' Batin Pelayan Mu sambil melangkah menuju kamarnya untuk melakukan persiapan, sebab dia di minta berangkat malam ini.     

Malam semakin larut. Julian tidak bisa tidur karena terus teringat dirinya yang sudah memarahi Qiara. Iya bangun dari tempat tidurnya, lalu tidur lagi begitulah seterusnya hingga jam menunjukkan pukul 2 malam.     

"Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku merasa sangat bersalah telah marah-marah sama Qiara?" Ucap Julian seraya bertanya-tanya pada dirinya. Lelah bolak - balik di tempat tidur, Julian akhirnya turun dari tempat tidurnya lalu melangkah keluar untuk mengambil minum. Karena minuman di gelasnya sudah habis.     

"Ohhh ... Astaga! Siapa disitu?" Julian kaget ketika menemukan sosok berambut hitam duduk di sofa. Sayangnya, ia tidak mendapat sahutan dari orang yang dia lihat. Karena penasaran. Julian pun melangkah pelan untuk menyalakan lampu ruang tamunya. Lagi-lagi dia terkejut melihat sosok wanita yang sedang meringkuk di sofa dengan rambut menutupi wajahnya.     

"Qiara ... Apa itu kamu?" Tanya Julian dengan sedikit ragu. 'Di zaman sekarang mana ada hantu. Atau aku nya saja yang terlalu paranoit?' Batin Julian sembari mendekat dengan langkah pelan.     

Tidak lama setelah itu, sosok wanita itu hendak terjatuh, Julian pun langsung menangkapnya dengan membiarkan bahunya sebagai sandaran.     

"Qiara ... Kenapa dia tidur di sini?" Ucap Julian setelah menyeka rambut yang menghalangi wajah Qiara. Melihat wajah polos itu, hati Julian yang gelisah langsung terasa hangat. Ia tersenyum sambil membelai wajah mulus yang jarang tersentuh make up itu. Setelah selesai memandangi Qiara, Julian pun mengangkat tubuh Qiara ke gendongannya. Lalu, membawanya kembali ke kamar.     

"Qiara ... Maafin aku ya! Aku tidak bermaksud memarahimu. Aku hanya khawatir padamu. Masalah yang kamu anggap enteng, nyatanya tidak sesederhana yang kamu fikirkan. Juga, kakak ku bukan wanita biasa yang mudah bersosialisasi. Aku khawatir dia akan mengejarmu jika dia tau kamu ikut campur. " Ucap Julian sambil memenggang tangan Qiara.     

Tanpa sepengetahuan Julian. Qiara terbangun dan mendengarkan apa yang dia katakan. Namun, dia berpura - pura tidur sambil mengintip ekspresi Julian sesekali. Ia juga tidak marah saat Julian memegang tangannya. Malah dia merasa geli dan tersenyum bahagia dalam hatinya. Entah perasaan apa itu. Qiara sendiri tidak menyadarinya. 'Apa dia serius mengatakan itu? Tapi, melihat ekspresi menyesal Julian, aku merasa bahagia dan berada diatas angin.     

Semoga saja setelah ini dia tidak lagi marah-marah.' Batin Qiara. Julian tersenyum ketika menyadari kalau Qiara terbangun dan pura-pura tidur lagi. 'Dasar gadis nakal. Dia sudah bagun malah pura-pura tidur lagi. Baiklah, aku akan menjahilinya.' Batin Julian.     

"Ummm ... Qiara ... Sepertinya malam ini aku harus tidur bersamamu untuk menjagamu agar tidak tidur sambil berjalan lagi. Lanjut Julian sambil naik ke atas tempat tidur, setelah itu ia masuk ke dalam selimut.     

'Aaaaa ... Apaa - Apaan ini? Kenapa dia malah tidur di sampingku? Apa dia mau mati?' Batin Qiara sambil mengepalkan tinjunya. Sementara Julian semakin bersemangat ngerjain Qiara.     

"Ummmm ... Istriku sayang ... Kamu gelisah ya karena tidur sendirian. Tenang, suamimu ini akan menemanimu sambil memelukmu." Kata Julian lagi sambil memeluk tubuh Qiara.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.