Istri Kecil Tuan Ju

Ternyata Bukan Mimpi



Ternyata Bukan Mimpi

0Setelah itu, Qiara bertanya soal Julian yang tidur di kamarnya. Dia hanya ingin memastikan kalau yang semalam bukan mimpi.     
0

"Tuan Ju memang tidur di kamar bersama anda." Jawab pelayan Mu. Qiara melotot mendengar apa yang dikatakan pelayan Mu. Dia tidak menyangka kalau semalam dia lagi-lagi tidur bersama Julian.     

'Ohhh ... Astaga? Kenapa si mesum itu malah tidur di kamarku? Bagaimana ini? Apa aku akan hamil setelah tidur bersamanya?' Batin Qiara seraya menggigit kukunya.     

"Ny. Ju! Apa anda baik-baik saja?" Tanya pelayan Mu dengan perasaan panik.     

"Aku akan kembali ke kamar sekarang!" Sahut Qiara seraya mengabaikan pelayan Mu.     

"Tapi ... " Pelayan Mu tidak bisa melanjutkan kata-katanya karena Qiara langsung pergi menuju kamarnya dengan ekspresi linglung.     

Melihat itu, pelayan Mu menjadi panik dan langsung membuat panggilan kepada Julian. Karena dia tidak bisa membantu untuk menenangkan hati Qiara. Pelayan Mu mondar mandir tidak jelas menunggu Julian mengangkat telponnya. 'Tuan Ju ... Tolong angkat telpon nya!Ini darurat.' Batin pelayan Mu dengan tidak sabaran.     

Setelah lama menunggu. Pelayan Mu bisa bernapas lega karena panggilannya tersambungkan.     

"Halo Tuan Ju!" Sapa Pelayan Mu dengan suara panik.     

"Ada apa? Kenapa suaramu seperti itu?" Tanya Julian dengan heran.     

"Begini, Ny. Ju tiba-tiba terlihat seperti sedang punya masalah. Dia masuk ke kamar begitu saja tanpa menghiraukan saya. Padahal, tadi kita lagi nonton TV bersama dengan tenang dan santai." Jelas pelayan Mu dengan panik.     

"Aku mengerti." Setelah mengatakan itu Julian menutup telponnya. Merasa terbiasa dengan sikap Julian, pelayan Mu tidak menggerutu atau pun merasa kesal. Di waktu yang sama. Julian menatap semua manager yang sedang menatapnya dengan aneh.     

"Kalian boleh pergi!" Kata Julian tanpa ekspresi.     

"Aaa .. ? " Salah satu Manager itu menganga mendengar perintah bosnya karena mereka baru saja datang dan belum menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan. Tanpa mengatakan apapun lagi, Julian bangkit dari duduk nya.     

"Bos ... Bagaimana dengan rapat kita? Kami belum menyampaikan laporan apapun hari ini." Kata Manager pemasaran yang mencoba menghentikan langkah Julian. Mendengar apa yang di katakan oleh Manager pemasaran. Julian benar-benar berhenti lalu menoleh kearah mereka dengan tatapan sinis.     

Seketika itu mereka berempat terdiam dan menunduk.     

"Kalian bisa serahkan laporan itu pada asistenku. " Kata Julian.     

"Baik Bos!" Sahut mereka berempat dengan patuh. Setelah itu Julian pergi dari hadapan mereka tanpa memgatakan apapun lagi. "Ada apa dengan bos?" Tanya Manager pemasaran itu pada tiga temannya. "Aku juga tidak tau. Ini seperti bukan bos, biasanya dia akan selalu mengedepankan pekerjaan. Tapi, hal apa yang membuat bos seperti itu?" Sahut yang lainnya dengan ekspresi yang rumit juga.     

"Sepertinya ada hal penting yang memang menyita perhatiannya. Sudahlah, kita jangan ikut campur jika tidak mau kena masalah. Sebaiknya, kita lanjutkan pekerjaan kita dan serahkan laporan ini ke asisten Bos." Kata yang lainnya.     

Mendengar perkataan teman nya itu. Mereka pun langsung mengangguk dan bersegera keluar dari ruangan bos mereka. Sementara itu, Julian mengemudikan mobilnya sendiri agar lebih cepat. Kabar tentang Qiara membuatnya kelabakan.     

Entah itu perasaan tanggung jawab atau hal lainnya. Julian tidak bisa memastikannya dengan benar. Namun, yang pasti dia sangat khawatir pada Qiara.Tidak lama setelah itu ia sampai di depan rumahnya. Dengan segera ia keluar dari mobil setelah parkir secara acak.     

"Selamat datang Tuan Ju!" Sambut Pelayan Mu dengan hormat.     

"Dimana istriku?" Tanya Julian dengan ekspresi khawatir.     

"Ada di kamar Tuan. Ny. Belum keluar sedari tadi dan kami tidak berani menganggunya." Jelas pelayan Mu.Tanpa mengatakan apapun, Julian bergegas menuju kamar nya dengan langkah berat dan khawatir.     

"Qiara ... " Ucap Julian ketika membuka pintu. Ia kaget ketika melihat tisu berserakan di bawah tempat tidur.     

"Qiara ... Ada apa ini? Kenapa kamarmu penuh dengan tisu?" Tanya Julian dengan sinis. Karena dia tidak suka melihat kekotoran. Mendengar suara Julian. Qiara langsung bersembunyi dibalik selimutnya sambil menangis sesegukan. Julian menarik nafas dalam sambil mengerutkan keningnya melihat tingkah Qiara yang membuatnya merasa pusing.     

"Qiara ... Katakan ada apa denganmu! Jangan membuatku pusing!" Kata Julian setelah duduk di pinggir tempat tidur.     

"Pergi! Aku tidak suka denganmu! Aku benci padamu!" Teriak Qiara dari balik selimutnya.     

"Aku tidak akan pergi sebelum kamu menjelaskan ada apa dengan kamu." Kata Julian dengan kekeh.     

'Dasar lelaki mesum. Aku tidak akan memaafkanmu.' Batin Qiara seraya mengepalkan tinjunya. Julian terdiam sambil menunggu Qiara membuka tutup selimutnya. 'Apa dia sudah pergi? Kenapa aku tidak mendengar nafas atau langkah kakinya?' Batin Qiara seraya membuka selimutnya dengan pelan.     

"Ohhh ... Astaga ... Kenapa kamu masih ada disini hah?" Teriak Qiara lagi dengan tatapan sinis.     

"Aku tidak akan pergi sebelum kamu memberitahuku kenapa kamu menangis dan membuat kamarmu menjadi berantakan." Kata Julian lagi sambil menatap Qiara penuh arti.     

"Pokoknya kamu harus pergi!" Teriak Qiara lagi sambil mendorong tubuh Julian untuk pergi. Julian mulai hilang kesabaran, ia pun menarik tangan Qiara lalu dia rebahkan Qiara ke tempat tidur dengan posisi dia berada diatasnya.     

"Aaa ... " Teriak Qiara dengan kencang sampai orang di luar bisa mendengarnya, karena kaget dengan apa yang Julian lakukan.     

"Tutup telinga kalian!" Seru Pelayan Mu yang tidak sengaja lewat dari depan kamar Qiara bersama dua orang pelayan wanita.     

"Apakah Tuan Ju sedang memukul istrinya?" Tanya pelayan wanita itu dengan heran.     

"Husss ... Jangan banyak tanya! Kamu ini seperti tidak atau saja apa yang dilakukan pasangan muda." Kata pelayan Mu menghentikan pelayan wanita itu agar tidak menimbulkan suara.     

"Apa mungkin mereka sedang melakukannya? Auhhh ... Tuan Ju kasar juga ya sehingga istrinya sampai menjerit seperti itu." Kata pelayan satu nya lagi yang berniat untuk lebih dekat agar dia bisa mendengar apa yang akan terjadi selanjutnya.     

"Kembali ke dapur sekarang juga! Kalau tidak kalian bisa di pecat detik ini juga." Seru Pelayan Mu lagi yang tidak habis fikir dengan tindakan para pelayan wanita itu yang mulai tidak patuh.     

"Kami tidak mau di pecat. Kalau begitu, kami akan pergi sekarang! " Sahut dua pelayan itu dengan dengan ekspresi ketakutan.     

'Aman sekarang ... Kalau begitu aku harus segera pergi agar tidak menganggu kesenangannya Tuan.' Batin pelayan Mu sambil tersenyum geli.     

Di waktu yang sama. Qiara menatap sinis kearah Julian yang ada di atasnya sekarang.     

"Apa yang kamu mau lakukan? " Tanya Qiara dengan gemetaran." Katakan apa yang terjadi padamu! Jika tidak aku akan memberikanmu hukuman." Jawab Julian seraya memegang erat kedua tangan Qiara. "Aku membencimu ... Aku tidak mau bicara ... Ummm ... " Belum sempat menyelesaikan kata-katanya. Julian malah menutup mulutnya dengan sebuah ciuman.     

"Ummm ... " Qiara berusaha melepas ciuman itu, namun Julian terlalu kuat buatnya, bahkan dia diam-diam merasakan sensasi lembut dari ciuman Julian.     

"Katakan sekarang! Jika kamu tidak mau aku berikan hukuman yang lebih jauh lagi!" Seru Julian setelah melepas ciumannya.     

"Kenapa kamu selalu menciumku hah?" Teriak Qiara lagi sambil menggigit bibirnya.     

"Karena kamu istri sah ku. Jadi, katakan sekarang atau ... " Belum sempat Julian melanjutkan kata-katanya Qiara memotong kata-katanya.     

"Aku akan memberitahumu. Asal kamu lepaskan aku!" Kata Qiara seraya memalingkan wajahnya dari Julian. Tanpa mengatakan apapun. Julian melepaskan Qiara lalu duduk kembali di pinggir tempat tidur.     

"Katakan sekarang ada apa!" Seru Julian lagi dengan lembut.     

"Kenapa semalam kamu tidur di kamarku? Aku tidak mau hamil. Aku masih mau kuliah dan merasakan menjadi remaja tanpa ada yang tau aku sudah menikah. Kamu jahat! Kenapa kamu membuatku hamil." Jelas Qiara sambil menangis sesegukan.     

Ekspresi Julian menjadi rumit setelah mendengar penjelasan Qiara. Bagaimana mungkin dia bisa hamil kalau mereka belum bercinta.     

"Apa? Kamu hamil? Bagaimana bisa? Dengan siapa?" Tanya Julian dengan heran.     

"Beraninya kamu tidak mengakui anakmu sendiri. Aku hamil karena kamu lah, siapa lagi hah?" Jawab Qiara dengan ketus.     

"Tunggu! Kamu hamil memangnya sudah periksa?" Tanya Julian mencoba mengambil jalan lain untuk menghindari perdebatan dengan Qiara.     

"Tidak." Jawab Qiara seraya menggelengkan kepalanya.     

"Lalu, bagaimana kamu bisa menyimpulkan kalau kamu hamil?" Kata Julian lagi yang merasa semakin bingung.     

"Karena kamu semalam tidur disini. Kata orang, kalau lelaki dan perempuan tidur bersama maka dia akan hamil. " Jelas Qiara.     

Mendengar penjelasan Qiara. Julian langsung menepuk jidatnya. Ia tidak habis fikir kenapa Qiara belum mengerti dengan hubungan yang seperti itu. Tidur bareng? Mana mungkin bisa hamil. Fikir Julian.     

"Kenapa kamu diam? Apa kamu sudah menyesal? " Tanya Qiara dengan sinis.     

"Bukan begitu. Tapi, kamu tidak mungkin hamil hanya karena kita tidur bersama. Lagi pula, ini bukan kali pertama kita tidur bersama. Waktu di Jepang juga kita tidur bersama. Tapi tunggu! Bukan nya kamu belajar IPA ya waktu kamu SMP dan SMA. Lalu, bagaimana mungkin kamu tidak tau hubungan semacam itu!" Kata Julian.     

Qiara terdiam. Dia lupa kalau dia pernah belajar soal itu dalam pelajaran IPA.     

"Tentu aku belajar. Tapi, aku tidak tau detailnya, karena aku selalu kabur pas mata pelajaran itu. Memangnya kenapa kamu bertanya begitu?" Ucap Qiara sambil menunduk menahan malu.     

"Apa kamu mau kita punya anak? " Tanya Julian lagi sambil mengangkat dagu Qiara.     

"Apa maksudmu? Kenapa kamu bertanya begitu? Sudah aku bilang kalau aku tidak ingin mempunyai anak dulu. Apa kamu faham?" Sahut Qiara sambil menjauhkan diri dari Julian.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.