Istri Kecil Tuan Ju

Kelas Pertama (Revisi)



Kelas Pertama (Revisi)

0"Maa ... Kenapa Mama harus menahan Qiara sih? Kita tidak boleh membiarkan mereka tetus-tetusan menginjak-injak harga diri kita kayak begitu. Qiara tidak terima Ma." Kata Qiara dengan sangat kesal.     
0

"Biarkan saja sayang! Orang seperti itu tidak perlu kamu ladeni. Nanti, mereka sendiri yang akan malu dan mungkin akan menggigit jarinya. "Ucap Renata sambil tersenyum santai.     

"Apa maksud Mama mengatakan itu?" Tanya Qiara dengan heran. Lihat saja tiketmu! Perhatikan baik-baik! Maka kamu akan mengerti."Jawab Renata dengan mengedipkan matanya. Qiara pun langsung memeriksa kembali tiketnya. Tidak lama setelah selesai membacanya, ia tersenyum girang lalu ia pun mengerti apa yang di maksud Renata. Karena di tiket sudah tertulis kalau dia duduk di kelas pertama.     

"Maa ... Kita ada di kelas satu. Bagaimana mungkin?" Bisik Qiara sambil menahan senyumnya. "Selama itu suamimu. Maka, semuanya bisa saja menjadi mungkin. Oleh karena itu kamu harus memperlakukannya ketika bertemu nanti. Juga, kamu layani dia di kamar dengan baik. He .. " Kata Renata sambil tersenyum licik.     

Mendengar perkataan Renata yang menurut Qiara sangat mesum itu. Membuatnya ingin muntah dan bergidik ngeri.     

"Mama ..... Kenapa ngomong mesum begitu sama anak 17 tahun seperti Qiara ini? Asal mama tau ya! itu tidak akan pernah terjadi. Dan aku tidak ingin hamil apa Mama mengerti?" Ucap Qiara dengan ketus.     

"Sayang ... Kamu cukup melayaninya untuk memenuhi tugasmu sebagi seorang istri. Kamu tinggal pakai pengaman saja, maka kamu tidak akan hamil sayang. Suamimu juga tidak akan membiarkanmu untuk hamil muda kok. Kalau pun kalian tidak mu menggunakan pengaman, ya ... maka kamu bisa pakai KB dulu." Bisik Renata agar tidak di dengar oleh orang yang berjalan di sekitar mereka.     

Ekspresi Qiara semakin buruk. Ia bergidik semakin ngeri dengan hubungan yang serumit itu. Ia berfikir kalau Mama nya sedang kesambet setan Bandara.     

"Bagaimana sayang, ide mama baguskan?" Tanya Renata lagi yang sangat senang melihat ekpsresi buruk Qiara.     

"Mama ... Lebih baik jangan bicara lagi deh! Qiara merasa mau pingsan dengan bualan Mama. Asal Mama tau ya! Aku tidak akan pernah menyerahkan diriku pada lelaki tua itu. Karena aku hanya ingin memberikannya pada lelaki yang aku cintai dan sepantaran denganku. Soal kebaikannya hari ini anggap saja sebagai tanggung jawabnya karena sudah berani menyetujui pernikahan gila ini." Ucap Qiara dengan ketus dan ekspresinya sangat gelap. Untung yang mengatakan itu adalah mama nya, sehingga ia tidak mungkin menampar Mama nya.     

"Tapi sayang ... " Renata mencoba memberi pengertian kepada Qiara lagi untuk sikapnya yang salah pada Julian.     

"Sudah cukup, ma! Sebaiknya kita naik sekarang sebelum pesawatnya meninggalkan kita. " Ucap Qiara. Renata pun langsung mengangguk dan mengikuti Qiara untuk naik ke dalam pesawat. Tepat saat mereka sampai di atas. Pramugari langsung mengecek tiket mereka. Setelah itu mereka diarahkan menuju kelas mereka. Dalam perjalanan menuju tempat duduk mereka. Lagi-lagi mereka dipertemukan dengan Feny dan kelompoknya.     

"Eh .... Ketemu lagi sama kak Qiara. " Sapa Intan dengan senyum licik ketika melihat Qiara dan Mama nya.     

"Ummm ... Ngapain kalian disini? Bukannya kelas ekonomi ada di belakang ya?" Tanya Feny dengan heran.     

"Ohhh ... Aku tau. Mungkin mereka kesini mau mencoba bagaimana rasanya duduk di kelas bisnis." Sahut Intan sambil tersenyum mengejek kearah Qiara.     

"Aduhhh ... Maaf ya! Sayangnya, saya tidak bisa menemani kalian duduk disini walaupun sebentar dan kalian persilahkan. " Ucap Qiara dengan senyum licik. Intan dan Feby menyeringai kearah Qiara dan Renata dengan Sinis ketiak mendengar perkataan sombong Qiara.     

Renata hanya mengerutkan keningnya melihat wajah gadis muda yang begitu sombong di depanya ini. Mendengar perkataan Qiara, Intan menutup mulutnya sambil tertawa kecil. Sedang Fanya tidak tertarik dengan perdebatan para gadis remaja itu karena ia lebih memilih untuk fokus sama berkas-berkas di tanganya. Ia pun berfikir kalau Qiara dan Ibu nya memang hanya mampir. Sebab kelas bisnis hanya untuk orang-orang yang sedang melakukan perjalanan bisnis.     

"Upsss ... tidak perlu minta maaf! Ini hanya tentang orang yang mampu membayar lebih besar dengan orang yang hanya mendapatkan undian berhadiah saja. Jadi, sebaiknya kalian kembali ke belakang sebelum pramugari itu menegur kalian." Ucap Feny seraya menyeringai jijik kearah Qiara dan mamanya.     

"Silahkah duduk di tempat anda! Karena pesawat akan segera berangkat!" Tegur salah satu pramugari kepada Qiara dan Ibu nya yang juga masih berdiri karena dihalangi oleh Feny.     

"Tuh ... Kan di tegur juga. Sebiknya kalian segera kembali ketempat duduk kalian sebelum kalian merusak mood ku!" Ucap Feny sambil memasang kembali kaca matanya.     

"Oky. " Sahut Qiara dengan tersenyum seraya menendang kaki Feny yang menghalangi jalanya.     

"Ahh .... . " Feny meringis pelan. Tanpa sadar kaca matanya langsung jatuh ketika ia mengelus kakinya yang putih setelah di tendang oleh Qiara. Qiara hanya tersenyum geli seraya melanjutkan perjalananya menuju kelas pertama bersama ibunya.     

Seketika itu Intan dan Feny terkejut melihat Pramugari itu mengarahkan Qiara dan ibunya untuk menuju kelas pertama.     

"Kenapa merek menuju kelas pertama? Bukankah kelas ekonomi ada di belakang? " Tanya Intan pada Feny dengan raut wajah bingung.     

"Kamu benar. Apa ada yang salah? Atau Pramugri itu keliru?" Sahut Feny sambil menatap Qiara tanpa berkedip hingga ia hilang dibalik pintu. Mendengarkan perkataan Feny dan Intan. Fanya langsung melepas dokumennya lalu menatap ke arah pintu menuju kelas pertama. 'Bukankah kelas pertama katanya penuh? Lalu, bagaiman mereka bisa ada di sana? Atau ..... Orang yang memesan seluruh tiket di kelas pertma adalah mereka?' Batin Fanya dengan heran.      

"Hei ... Tunggu! " Intan mencoba menghentikan langkah Qiara tepat sebelum pintu tertutup oleh pramugari itu. Qiar dan Ibu nya langsung menoleh kearah Intan dengan raut wajah bingung. Sang pramugari pun memberi mereka waktu beberapa menit untuk bicara.     

"Ada apa kamu menghentikan kami?" Tanya Qiara dengan ketus setelah meminta Renata untuk duduk terlebih dahulu.     

"Bukankah ini kelas pertam? Lalu, kenapa kalian mlah masuk kesini? Tidakkah kalian takut akan di usir?"Tanya Intan dengan ekspresi heran "Sayangnya, kamulah yang akan di usir jika memasukinya. Karena Aku dan Mamaku memang duduknya di kelas pertama."Jawab Qiara dengan senyum mengejek.     

'Apa? Baagaimana bisa? Ini tidak mungkin.' Batin Intan dengan tatapan kesal.     

Setelah mengatakan itu, Qiara langsung masuk dan duduk dengan nyaman tanpa memperdulikan ekspresi aneh Intan dibalik pintu yang baru saja dia tutup itu. Intan terdiam begitu pun dengan Feny. Karena mereka masih tidak percaya kalau Qiara mampu membayar tiket untuk kelas pertama, mengalahkan Fanya yang hanya bisa mendapat kelas bisnis saja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.