Istri Kecil Tuan Ju

Lelaki Brengsek.



Lelaki Brengsek.

0Khemmm ... Tanda tangan kontraknya, apa bisa kita mulai sekarang? Soalnya istri saya lagi sakit dan dia sangat membutuhkan saya." Kata Julian dengan tidak sabar. Karena ia khawatir akan terjadi sesuatu pada Qiara.     
0

"Ahhh ... Tentu. Silahkan!"Jawab Xi Xio dengan raut wajah kecewa, sebab ia tidak berhasil membuat Julian tergoda oleh nya. Tanpa fikir panjang, Julian pun langsung mengambil map itu dan segera menandatanganinya.     

Setelah selesai, Julian pun langsung berjabat tangan dengan Tuan Xi Chang dan mengabaikan Xi Xio.     

"Saya berharap kerja sama kita bisa berjalan dengan lancar! Juga, saya ingin mengundang secara pribadi Tuan Julian dan istri untuk liburan di China. Maka, kami dengan senang hati akan menyiapkan hotel terbaik buat Tuan dan Ny. Julian. " Ucap Tuan Xi Chang dengan ramah dan ekspresi yang tulus.     

"Terimakasih untuk tawarannya! Saya akan menghubungi Tuan jika nanti saya ada rencana untuk datang ke China. " Sahut Julian.     

Setelah selesai dengan tuan Xi Chang, Julian menoleh kearah Xi Cup yang sudah siap untuk bersalaman. Sebagai rasa hormatnya, Julian pun menjulurkan tanganya ke Xi Xio. Namun, Xi Xio malah mendekat dan memeluk Julian, seketika itu Julian terkejut dan mematung. Sedang Tuan Xi Chang hanya memandang tanpa berkomentar.     

"Senang sekali karena akhirnya kita bisa bekerjasama teman lamaku!" bisik Xi Xio di telinga Julian dengan manja. Tepat saat itu, Qiara keluar dari kamar lalu melihat adegan itu. Entah kenapa hatinya sakit, seketika itu air matanya mengalir deras.     

'Dasar brengsek! Lelaki bejat dan tidak bermoral. Tampang dan sikapmu ternyata hanya sandiwara.' Batin Qiara sambil berbalik menutup pintu kamarnya. Xi Xio yang menyadari kalau Qiara sedang mengintip dan menduga kalau dialah istri Julian. Ia pun tersenyum licik, terlebih saat ia menyadari kalau Qiara terlihat kesal.     

"Tunggu! Apa maksud Nona mengatakan kalau kita teman lama?" Tanya Julian setelah melepas pelukan Xi Xio dengan sedikit kasar karena dia tidak menyukai wanita pulgar.     

"He ... Suatu hari nanti aku akan memberitahumu. Kalau begitu kami pamit dulu! "Jawab Xi Xio dengan tersenyum manis.     

"Ya sudah! Kami akan tunggu kedatangan anda di China. Kalau begitu, kami pamit sekarang! Maaf mengganggu istirahat Anda dan istri." Lanjut Tuan Xi Chang sebelum ia benar-benar meninggalkan rumah Julian membawa putrinya.     

"Iya. Tidak apa-apa! Kalau begitu, hati-hati di jalan!" Sahut Julian. Setelah itu ia mengantarkan tamunya menuju mobil mereka. Xi Xio pergi dengan suasana hati yang bagus karena berhasil membuat istri Julian kesal.     

"Bos ... Saya juga pamit!" Kata Eny setelah Klien mereka pergi. Julian langsung mengangguk dan menyerahkan semua dokumen ke Eny. "Batalkan semua kegiatan saya besok! Untuk sementara saya tidak akan kembali ke kota A. Karena saya masih ada urusan!" Seru Julian tanpa ekspresi.     

"Siap bos!" Setelah mengatakan itu, Eny pergi dari hadapan Julian menuju mobilnya.     

Setelah semua tamunya pergi. Julian berdiri di depan pintu rumah, menikmati belaian lembut angin malam. Seketika itu, perasaannya menjadi campur aduk. Ia, yang sering di juluki kerja oleh Vania, harus rela membayar semua waktu yang terbuang saat Vania masih hidup dengan memberikan perhatiaan dan waktu yang banyak untuk Qiara.     

'Apa yang harus aku lakukan? Berada didekatku malah membuatnya semakin tersiksa. Haruskah aku lepaskan dia? Tapi, bagaimana dengan wasiat Vania yang meminta tolong agar aku mau menjaga adik nya. Cinta bagiku sesuatu yang labil, dan aku fikir, menjalani hidup bersama wanita yang tidak dicintai tidaklah begitu buruk. Tapi, nyamankah posisi itu dalam jangka waktu yang lama?' Batin Julian sambil menatap rembulan separuh yang bertahta megah di atas langit malam.     

Setelah puas melamun, Julian langsung kembali ke kamar dan menemukan Qiara berbaring membelakanginya.     

"Apa kamu sudah tidur!" Tanya Julian seraya duduk di samping Qiara seraya mengintip. Walaupun ia mendengar. Tapi, Qiara tidak mau menyaut sedikitpun. Karena perasaannya masih sangat kesal, malu dan menyesal telah membiarkan Julian menyentuh tubuhnya saat dimandikan tadi.     

'Ahhh ... Batapa malunya. Tubuhku sudah tidak perawan lagi, terlebih yang menyentuhnya bukanlah lelaki yang mencintai atau yang aku cintai. ' Batin Qiara sambil menggertakan giginya.     

"Aku tau kalau kamu tidak tidur. Tapi, kamu tidak perlu jawab, melainkan cukup kamu dengar. Sekarang, aku sudah memutuskan untuk mengikuti permintaanmu! Setelah perjanjian kita itu, aku akan membebaskanmu dariku." Ucap Julian tanpa ekspresi.     

Mendengar perkataan Julian. Qiara langsung teringat Mama nya. Mungkin, kalau Julian mengatakan itu kemarin, dia akan bergembira lalu berpesta. Tapi, sayang sekali karena keadaan sudah berbalik, dimana dialah yang kini harus berusaha bertahan menjadi istri Julian sesuai keinginan Ibu nya. Qiara yang berpura-pura tidur itu, meneteskan air mata dari balik mata yang terpejam. Karena baru saja dia berniat untuk belajar menerima pernikahannya, malah ia melihat Julian di peluk gadis lain yang cantik dan berkelas. Sekarang Julian ingin melepaskannya. Hatinya pun langsung sakit. Dan, tanpa sadar ia mengepalkan tinjunya.     

"Terang saja kamu berkata begitu! Secara kamu sudah memiliki wanita lain." Sahut Qiara dengan ketus.     

"Memangnya kenapa kalau ada wanita lain yang dekat denganku? Bukankah kamu tidak perduli padaku?" Tanya Julian sambil bersandar.     

"Aku tidak mau bicara dengan kamu! Sebaiknya, kamu keluar dari kamar Mama sekarang juga!" Teriak Qiara seraya bangun dari tidurnya lalu menatap Julian dengan sinis.     

"Baiklah!" Tanpa mengatakan apapun, Julian pergi begitu saja. Ia tidak begitu mengenal Qiara. Akan tetapi ia cukup faham dengan karakter gadis kecil itu.     

"Ahhh ... Iya, apa kamu tidak mau kembali ke rumah sakit malam ini?" Tanya Julian lagi sebelum ia menutup pintu kamar.     

"Aku mau tidur." Jawab Qiara sambil menutup dirinya dengan selimut.     

"Oke." Sahut Julian.     

Setelah itu ia menutup pintu. Sebelum menuju kamar Qiara. Ia berhenti tepat di depan salah satu kamar yang sudah lama di tutup.     

'Kamar siapa itu? Apa mungkin itu kamar Vania dulu?' Batin Julian seraya melangkah mendekati kamar itu.     

Tidak lama setelah itu, ia berhasil membuka pintu karena memang kamar itu tidak pernah di kunci.Saat berada di dalam kamar itu. Ada rindu yang teramat dalam muncul di hati Julian ketiak melihat sosok cantik dan anggun, tersenyum indah lewat fotonya yang terpanjang diatas tempat tidur yang rapi dengan seprai berwarna coklat sesuai dengan kesukaan Vania. Dekorasi kamar itu pun sangat sederhana tapi nyaman.     

"Vania .... Sayang ... Aku rindu." Ucap Julian sambil membelai foto yang ada di atas meja samping tempat tidur. Seketika itu, Julian teringat akan kisah manis yang ia jalani dari SMA bersama Vania. Ia tidak menyangka kalau kebersamaan yang terjalin belasan tahun dengan Vania, malah berakhir tanpa ujung yang pasti.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.