Istri Kecil Tuan Ju

Mari Kita Bercerai! (Revisi)



Mari Kita Bercerai! (Revisi)

0Tidak lama kemudian, musuh pun berhasil di taklukkan. Qiara dan Julian pamit pulang karena merasa orang luar yang tidak pantas untuk ikut campur dengan masalah keluarga besar Mahendra.     
0

Setelah hari yang menegangkan sekaligus melelahkan itu. Qiara dan Julian langsung kembali ke hotel untuk berkemas karena Qiara ingin cepat kembali. Tapi, bukan ke Jepang melainkan Ke Indonesia. Waktu berjalan begitu cepat. Tidak terasa, setelah menempuh perjalanan jauh mereka berdua pun sampai di Indonesia. Setelah dari Bandara, Julian pun langsung mengantar Qiara pulang ke rumahnya.     

"Mama akan pulang besok, Apakah kamu tidak apa-apa di rumah sendiri?" Tanya Julian setelah mereka duduk berhadapan di sofa rumah Qiara.     

"Kamu tidak perlu khawatir! Karena Aku sudah biasa sendirian di rumah. Sebaiknya kamu segera pergi deh!"Jawab Qiara dengan ketus.     

"Ummmm ... Baiklah! Tapi, kalau ada apa-apa kamu harus segera menelponku!" pinta Julian.     

"Aku tidak akan menelponmu! Jadi, tenanglah! Karena mulai detik ini aku tidak akan mengganggumu." Sahut Qiara.     

Mendengar perkataan Qiara. Julian langsung berdiri dan melangkah dari ruang tamu setelah menarik nafas dalam. Namun, langkahnya terhenti ketika mendengar suara Qiara.     

"Tunggu!" Panggil Qiara sambil berdiri lalu menghampiri Julian.     

"Ada apa lagi?" Tanya Julian setelah berbalik memandang Qiara.     

"Mari kita bercerai!" Kata Qiara dengan tegas tanpa basa basi.     

"Tidak bisa!" Mendengar jawaban Julian secara langsung membuat Qiara mengepalkan tinjunya.     

"Kenapa tidak bisa? Bukankah kamu tidak mencintaiku? Jadi, untuk apa pernikahan ini di pertahankan?" Tanya Qiara dengan ketus.     

"Aku tidak ingin membuat Vania sedih!"Jawab Julian tanpa ekspresi.     

"Kita sudah melaksanakan wasiatnya, tapi dia tidak pernah mengatakan kalau kita tidak boleh cerai. Jadi, aku mohon lepaskan aku! Biarkan aku kembali hidup normal sebagai remaja! Aku masih muda dan banyak mimpi, akupun memiliki seseorang yang aku cintai, aku juga masih mau bermain, dan juga aku tidak mau kamu menanggung dosaku karena tidak bisa patuh dan melayanimu dengan baik" ucap Qiara dengan sedih, dia berharap dramanya ini sukses menyentuh hati Julian.     

"Maaf ... Ini belum waktunya. Sebaiknya kamu istirahat sekarang dan jangan banyak berfikir!"     

Setelah mengatakan itu, Julian berbalik dan segera meninggalkan Qiara, namun lagi-lagi Qiara menghadang Julian di pintu keluar.     

"Julian ... Apa kamu tidak punya hati? Kamu membiarkan gadis kecil ini kehilangan masa mudanya? Katakan padaku apa yang harus aku lakukan agar kamu mau menceraikan ku!" Qiara berusaha mendesak Julian dengan mata memerah.     

Melihat air mata Qiara, Julian menarik nafas dalam, dia akhirnya mengalah dengan berkata,     

"Baiklah! Kalau itu mau mu. Tapi, aku punya syarat. Kalau kamu menyetujuinya maka aku akan mengabulkan permintaanmu." Mendengar perkataan Julian wajah Qiara menjadi cerah.     

"Apa syaratnya?" Tanya Qiara dengan penuh semangat. " Setelah kamu lulus SMA, kamu harus tinggal bersamaku di rumahku yang di berada di Kota A selam 6 bulan. Setelah itu aku akan mengabulkan permintaanmu." Jawab Julian. Ia sengaja meminta hal yang sudah disepakati oleh Qiara sebelum menikah, karena ia tidak ingin membuat Qiara semakin kesal. Wajah Qiara berubah aneh, dia menunduk dan terdiam sesaat, Julian menunggu jawaban Qiara dengan sabar, setelah itu dia mendongak kembali menatap Julian.     

"Aku setuju dengan syarat tidak boleh ada kontak pisik dan kamar kita harus beda, bagaiman?" Jawab Qiara.     

"Setuju!" Jawab Julian.     

"Tapi, aku tidak bisa mempercayaimu, bagaimana kalau kita membuat janji diatas kertas dan menggunakan materai?" Lanjut Qiara seraya memicingkan matanya.     

"Baiklah! Aku akan membuat surat perjanjian itu, dan kita akan menandatanganinya setelah kamu pindah ke rumahku." Qiara mengangguk sambil tersenyum setelah itu dia menjulurkan tangan kananya.     

"Setuju!" Julian menjabat tangan Qiara, setelah itu dia pamit dan segera meninggalkan kediaman Qiara. Sedang Qiara berlari-lari kecil ketika masuk ke kamar nya dengan bahagia karena sebentar lagi dia bisa bebas dari Julian.Sementara itu di dalam mobil, Julian menatap lurus ke jalan di depanya namun fikiranya menerawang ke masa lalu.     

'Vania .... Pernikahan macam apa yang sudah kau atur untukku? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana harus menghadapi adikmu, haruskah aku melepas dia demi kebahagiaanya? Tapi, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidupku.' Batin Julian sembari memukul setir mobilnya bebrap kali karena merasa kesal dengan keadaan yang dia jalani.     

Waktu berlalu begitu cepat, masa-masa persiapan ujian telah tiba, Julian sengaja tidak mengganggu Qiara selama masa itu, hingga Qiara mulai mengabaikan keberadaan Julian.     

"Ra ... Gak nyangka ya bentar lagi kita bakal tamat." Ucap Natasya seraya memeluk Qiara dengan hangat seakan mereka tidak akan bertemu lagi. Qiara hanya tersenyum manis sambil melirik bangku Qiano yang sudah beberapa bulan tidak dia lihat karena Qiano berada di Belanda sebagai perwakilan sekolahnya untuk mengikuti acara pertukaran pelajaran selama libur sekolah.     

"Ra ... Selesai SMA kamu mau kuliah di mana? " Pertanyaan Mia mengagetkan Qiara dari lamunannya.     

"Aahh ... Iya. Aku belum tau tapi setelah SMA aku akan tinggal di kota A " Jawab Qiara dengan ekspresi sedih.     

"Yahhh ... Kita gak akan bareng lagi dong! Secara orang tuaku hanya ingin aku tetap kuliah di Bandung" Ucap Lola sembari menunduk sedih.     

Mendengar perkataan Lola. Qiara tertawa lalu memeluk sahabatnya sambil berkata,     

"Dimanapun kita berada, kita akan menjadi sahabat. Dan jika ada kesempatan kita bisa berkumpul lagi." Mendengar perkataan Qiara, mereka semua tertawa dan berpelukan. Sebab mereka sudah bersama sejak SD. Jadi, wajar saja, jika rasa sedih memenuhi hati mereka akan perasaan berpisah yang cukup menyedihkan.     

"Oh iya, minggu depan Qiano pulang dari belanda, apa kamu mau ketemu dia untuk menjelaskan hari itu kenapa kamu tidak datang?" Tanya Natasya.     

"Aku tidak berani ketemu Qiano, dia mungkin kecewa banget padaku." Ucap Qiara seraya menarik nafas dalam.     

"Tentu saja dia kecewa. Karena, waktu itu dia ingin menyatakan perasaanya padamu tapi kamu tidak datang. Itu sih tebakanku. He " Kata Mia.     

"Apaan sih Mia ...? Itu tidak mungkin.     

"Udah ah pulang yuk!" Ajak Qiara dengan pipi memerah menahan malu.     

"Baiklah." Kata Natasya sembari menggandeng tangan Qiara keluar dari kelas dan diikuti oleh dua sahabatnya yang lain. Tepat di depan gerbang sekolah, mereka berdiri namun Lola nampak cemberut.     

"Lol, kamu kenapa?" Tanya Mia dengan heran.     

"Maaf! Sepertinya aku tidak bisa pulang sama kalian, karena pacarku akan menjemput ku." Jawab Lola dengan sedih.     

"Tidak apa-apa! Kami mah sahabat yang sangat pengertian kok Hee ...Baiklah, kami akan pulang dulu! Selamat menunggu Lola imut!" Ucap Mia seraya mencubit pipi temben Lola.     

Segera setelah itu mereka berangkat pulang dan meninggalkan Lola yang berdiri tenang menunggu jemputan pacarnya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.