Istri Kecil Tuan Ju

Memilih Untuk Diam (Revisi)



Memilih Untuk Diam (Revisi)

0"Bagus kalau kamu tau itu. Karena pelacur itu kerjanya melayani para lelaki hidung belang dengan terpaksa, bahkan dia harus meneteskan air mata saat itu juga. Oleh karena itu aku tidak ingin kamu seperti itu, karena kamu istriku. Meskipun kita menikah bukan karena cinta, tapi aku juga lelaki normal, akan tetapi aku tidak mau menjadi lelaki bejat yang akan memaksamu melayaniku." Jelas Julian.     
0

"Jadi kamu menikahiku juga karena terpaksa?" Tanya Qiara dengan bibir yang bergetar.     

"Maaf jika aku harus mengatakan iya" Jawab Julian tanpa ekspresi. Qiara merasa menjadi perempuan bodoh karena kemarin dia sempat berfikir kalau Julian menyukainya.     

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak langsung menceraikanku saja?" Sahut Qiara dengan tatapan tajam.     

"Belum waktunya. " Jawab Julian sambil kembali fokus pada tab nya.     

"Jadi, kamu ingin mengurungku dalam pernikahan bodoh ini dalam waktu yang lama, apakah begitu?" Lanjut Qiara lagi dengan tatapan sinis. Mendengar perkataan Qiara. Julian merasa kehilangan kata-kata, terlebih ketika ia melirik tatapan sinis Qiara.     

"Sudahlah ... ! Jangan di bahas lagi! Sebaiknya kamu siap-siap karena sebentar lagi kita akan sampai Bandara. " Mendengar perkataan Julian, hati Qiara menjadi terbakar karena merasa diabaikan. Ia pun diam dan segera memalingkan wajahnya ke jendela mobil. Tanpa sadar beberapa tetes air mata mengalir di pipinya. Dan ini juga, ia kembali membenci Julian.     

Tepat saat itu, terbayang wajah Qiano kembali dengan jelas. Karena biarpun dia ngeselin setidaknya Qiano tidak pernah bersikap pura-pura baik padanya. Jika saja ini Indonesia mungkin Qiara akan meminta supir menurunkanya di jalan karena dia merasa gerah berada di samping Julian. Melihat sikap Qiara, hati Julian terasa sakit, dia ingin menjelaskan kebenaranya tapi dia berusaha menghentikanya karena menuruntnya, Qiara belum pantas mendengarnya, dan soal cerai Julian pun tidak tau harus melakukannya atau tidak karena itu hanya akan menghancurkan perasaan Ibu dan orang yang ia cintai meskipun ia sudah mati. Setelah obrolan bersama Qiara, kini Julian kembali fokus pada tab nya, lalu mengecek semua pekerjaanya. Sedang Qiara tetap berada di posisi semula.     

Tiba-tiba, Qiara kefikiran Natasya yang belum sempat dia hubungi sebelum berangkat liburan, ia pun segera mengirim pesan kepada Natasya mumpung ponselnya sudah kembali normal akibat jatuh saat ia buru-buru melakukan persiapan. Dan ia pun terpaksa menggunakan nomer lain.     

"Hallo Sya! Kamu lagi apa?"Pesan Qiara langsung terkirim. Natasya mengerutkan keningnya ketika melihat pesan dari nomer luar negeri yang tidak dia kenal.     

"Ini siapa?" Balas Natasya setelah ia bosan bertanya-bertanya.     

"Ini aku Qiara." Setelah membaca balasan itu lagi. Natasya pun langsung tersenyum karena akhirnya Qiara menghubunginya setelah beberapa hari tidak ada kabar, bahkan nomernya saja tidak aktif.     

"Ra, kamu ada di mana?" Lanjut Natsya membalas pesan Qiara dengan semangat.     

"Aku ada di jepang lagi liburan bersama Mama. Maafkan aku karena tidak sempat pamitan. Semua karena terburu-buru. " Balas Qiara lagi.     

"Uuwahhh ... Keren. Tapi, bagaimana bisa kamu tiba-tiba di Jepang?" Balas Natasya lagi dengan ekspresi kaget.     

"Nanti aku akan ceritakan semuanya kalau aku sudah pulang!" Jelas Qiara lagi dengan balasan yang simple.     

"Baiklah, selamat bersenang-senang." Balasan terakhir dari Natasya membuat Qiara tersenyum.     

Julian menjepit alisnya ketika melirik Qiara yang tampak sibuk mengetik pesan. Di satu sisi Julian merasa bersalah telah membuat istri kecilnya yang rame berubah menjadi pendiam. Tapi, di sisi lain dia tidak ingin membuat Qiara merasa di bohongi kalau dia belum bisa mencintai Qiara sepenuhnya.'Vania maaf! Sepertinya aku sudah melukai persaan Qiara.' Batin Julian.     

Tidak lama setelah itu, mereka akhirnya sampai di Bandara. Julian dan Qiara langsung cek in tanpa berbicara banyak. Setelah lama menunggu, mereka berdua akhirnya naik ke pesawat. Dan selama berada di atas pesawat Qiara hanya terdiam seraya memalingkan wajahnya dari Julian. Setelah lama di pesawat akhirnya Qiara dan Julian sampai di London. Sebuah mobil mewah pun sudah menunggu mereka di depan Bandara.     

"Masuklah!" Seru Julian pada Qiara.Tanpa mengatakan apapun, Qiara masuk ke mobil dengan patuh. Setelah itu, Julian menyusul masuk ke mobil. Sepanjang perjalanan, mereka terdiam membisu tanpa ada yang memulai pembicaraan. Dari balik sepion mobil.     

Julian memperhatikan Qiara yang duduk agak berjauhan darinya. 'Apakah Qiara benar-benar marah padaku?' Batin Julian seraya bertanya-tanya pada dirinya sendiri.     

Qiara yang mulai bosan dengan kediaman itu langsung mengeluarkan handphonya. Tiba-tiba ia kefikiran untuk memeriksa Instagram nya, mumpung mobil Julian ada WiFi nya yang langsung tersambung ke ponsel Qiara tanpa pasword. Saat membuka Instagram. Qiara terkejut melihat pesan dari Qiano tiga hari berlalu. Ia pun segera membaca pesan dari Qiano.     

'Qiara ... Kamu kemana? Bukankah kamu sudah janji akan datang ke sekolah hari ini?' Setelah membaca pesan dari Qiano. Ekspresi Qiara menjadi kusut.     

'Ohh astaga ... Aku benar-benar lupa kalau sudah membuat janji dengan Qiano. Aaduhh ... Bagaimana ini?' Batin Qiara dengan raut wajah bersalah.     

Menyadari ada yang salah dengan Qiara, Julian merasa khawatir dan dengan susah payah dia mencoba memulai pembicaraan dengan Qiara.     

"Apa ada yang salah?" Tanya Julian. Mendengar pertanyaan Julian. Qiara langsung melirik Julian dengan ekspresi datar.     

"Tidak ada." Jawab Qiara dengan ketus.     

"Uumm ... Setelah dari London, aku ingin pulang saja ke Indonesia." Lanjut Qiara tanpa menoleh kearah Julian.     

Mendengar perkataan Qiara. Julian mengerutkan keningnya.     

"Kenapa? Bukannya kamu masih ingin menikmati liburan di jepang?" Tanya Julian dengan suara lembut.     

"Tidak mau lagi. Pokonya aku ingin pulang, titik!" Sahut Qiara sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.     

"Oke ... " Sahut Julian setelah menggelar nafas dalam. Setelah mendapat persetujuan Julian, Qiara pun kembali fokus pada ponselnya untuk membalas pesan Qiano. 'No ... Maafkan aku! Karena telah menghianati janjiku. Tapi, Aku akan segera pulang dan langsung menemuimu untuk menjelaskan semuanya.' Setelah membalas pesan Qiano. Qiara harap-harap cemas menunggu balasan Qiano.     

Tidak lama setelah itu ponsel Qiara bergetar. Dengan penuh semangat dia pun membuka pesan dari Qiano. 'Aku akan menunggumu.' Balas Qiano.     

Setelah membaca pesan dari Qiano. Seketika itu hati Qiara menjadi bahagia. Sesaat kemudian Julian dan Qiara akhirnya sampai di salah satu hotel berbintang di London, kali ini Qiara kekeh untuk meminta Julian agar memesan dua kamar karena dia benar-benar tidak ingin sekamar dengan orang yang menikahinya secara paksa.     

" Ini kamarmu ... Istirahatlah! Kalau ada apa-apa kamu tinggal ketuk pintu kamarku." Ucap Julian.     

Setelah itu dia langsung memasuki kamarnya tepat berada di samping kamar Qiara. Tanpa memperdulikan Julian lagi, Qiara langsung masuk ke kamarnya lalu melempar ransel kecilnya ke sofa dan merebahkan tubuhnya di tempat tidur.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.