Istri Kecil Tuan Ju

Aku Memang Terpaksa.(Revisi)



Aku Memang Terpaksa.(Revisi)

0"Ha ... Ha ... Tidak mungkinlah aku jatuh cinta padamu hanya karena wajahmu yang tua itu. Secara di hatiku sudah ada lelaki yang seribu kalilipat jauh lebih tampan darimu." Sahut Qiara dengan bangga. Siapa lagi kalau bukan Qiano yang dia maksud.     
0

Mendengar perkataan Qiara, Julian melepas tabnya lalu memandang Qiara dengan ekspresi yang aneh.      

Melihat itu Qiara merasa ngeri. 'Apa aku salah?'Batin Qiara sambil menelan salivanya dalam-dalam.     

"Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Qiara dengan heran setelah lama penasaran dengan tatapan itu.     

Tanpa menjawab pertanyaan Qiara, Julian kembali fokus pada tabnya.Tidak lama kemudian, mereka berhenti di salah satu rumah makan untuk menyantap sarapan pagi karena tidak sempat sarapan saking buru-burunya. Qiara hanya mengikuti Julian tanpa banyak tanya karena ekspresi Julian sangat buruk. Ia takut akan memancing amarah Julian. Bisa di turunkan dia di tengah jalan. Setelah masuk rumah makan itu. Julian langsung memesan makanan. Lama menunggu, Qiara berulang kali mencuri pandang kearah Julian yang sedang fokus sama tab nya.     

'Di tempat seperti ini, dia masih saja bekerja. Aku merasa seperti angin lalu yang tidak dianggap.' Batin Qiara dengan cemberut.     

Tidak lama kemudian, makanan datang, tanpa menghiraukan Julian, Qiara pun langsung menyantap makanannya. Tepat saat itu, Julian melirik Qiara. Ia mengerutkan keningnya saat melihat cara makan Qiara yang santai tanpa perduli dengan orang yang bersamanya.     

"Qiara?" Suara Julian spontan membuat Qiara mendongak menatap Julian dengan heran.     

"Ada apa kamu memanggilku?" Tanya Qiara sambil mengunyah makananya.Tanpa menjawab pertanyaan Qiara lagi. Julian menjulurkan tanganya membersihkan mulut Qiara yang blepotan. Seketika itu jantung Qiara berdetak kencang dengan mata melotot dan sedikit gemetaran.     

'Apa aku sedang shooting flim FTV? Seingatku adegan seperti ini hanya ada di flim itu. Aku masih ingat saat Mama mengajakku menontonnya ' Batin Qiara seraya terdiam kaku.     

"Kalau makan itu hati-hati! Nanti, kamu bisa keselek." Ucap Julian sembari kembali menyantap makanannya dengan sedikit senyum terlukis di sudut bibirnya ketika melihat ekspresi Qiara dengan pipi yang memerah. 'Gadis kecil ini benar-benar lugu. Aku tidak percaya kalau dia adalah istriku.' Batin Julian setelah selesai dengan Qiara.     

Mendengar peringatan Julian, Qiara hanya mengangguk dan menunduk malu. 'Tuhan tolong Qiqi! Jantung Qiqi rasanya mau melompat dari tempatnya.' Batin Qiara seraya mempercepat makannya.     

Setelah selesai menyantap sarapannya. Mereka langsung melanjutkan kembali perjalananya. Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di rumah dan langsung di sambut oleh kedua Ibu mereka.     

"Khemm ... Sepertinya kita akan memiliki cucu nih sebentar lagi nih Re ... " Ucap Sarah sambil senyum-senyum, dengan niat menggoda anak dan menantunya yang pulang pagi-pagi. Renata yang berdiri di samping Sarah, langsung mengangguk dengan senyum yang merekah memandang Qiara yang tampak tenang di samping Julian.     

"Kamu benar. Buktinya, ada yang semalam menginap di luar nih dan pulangnya pagi-pagi lagi he he ... " Sahut Renata menimpali pertanyaan Sarah. Mendengar godaan kedua wanita paruh baya yang dia sayangi itu. Julian hanya tersenyum lalu beranjak pergi meninggalkan mereka. Sedang Qiara tampak kesal dan malu menanggapi godaan itu. Oleh karena itu, ia memilih segera menyusul Julian yang lebih dulu masuk ke kamar.     

"Haa ... He ... He ... Mentang-mentang udah malam pertama mereka jadi tidak mau pisah sebentar saja." Kata Sarah sambil terkekeh.     

"Tapi, bagaimana kalau Qiara beneran hamil? Bukankah dia masih sekolah?" Tanya Renata dengan gusar setelah terkekeh bersama Sarah.     

Mendengar perkataan Renata. Ia terdiam sesaat. Tiba-tiba ia juga memiliki pemikiran yang sama dengan Renata.     

"Iya juga ya. Aduhhh ... Bagaimana dong ini?" Sahut Sarah dengan bingung. Tepat saat itu, Julian dan Qiara keluar lagi dan langsung menghampiri mereka bersamaan sembari menarik koper mereka." Kalian mau kemana?" Tanya Sarah dengan ekspresi khawatir. Karena, ia berfikir kalau Julian dan Qiara tersinggung oleh godaannya.     

"Iya. Kalian mau kemana bawa koper begitu?" Sambut Renata sambil menatap putrinya dengan ekspresi sendu.     

"Ma ... Hari ini, kami akan terbang ke London untuk menghadiri resepsi pernikahan rekan bisnisku. Mungkin, kami hanya dua hari di sana." Jelas Julian dengan santai.     

"Apa kalian juga mau sekalian bulan madu?" Lanjut Renata.     

"Ihhh ... Mama apaan sih? Dari tadi mikir yang enggak-enggak terus." Ucap Qiara dengan perasaan kesal.     

"Mungkin ... Kami akan sekalian bulan madu ..." Jawab Julian tanpa ekspresi.Mendengar Jawaban Julian, ekspresi Qiara menjadi aneh. Ia mendadak salah tingkah dan gemetaran.     

"Ma ... Kami akan berangkat dulu!" Setelah mengatakan itu, Julian menarik tangan Qiara keluar menuju mobil. Qiara hanya terdiam mengikuti Julian dengan patuh seraya melambaikan tangan pada Mamanya Sedang kedua wanita paruh baya itu hanya terdiam membisu saat di salami oleh Julian dan Qiara sebelum mereka pergi. Di dalam mobil, Julian melirik Qiara yang hanya terdiam sedari tadi.     

"Apa ada yang salah?" Tanya Julian dengan heran. Qiara langsung menggeleng tanpa memberi jawaban.     

"Kalau ditanya, harusnya kamu jawab."Lanjut Julian dengan geram.     

"Aku tidak apa-apa! Aku hanya merasa kalau ini hanya mimpi " Jawab Qiara setelah lama terdiam.     

"Mimpi?" Ucap Julian seraya mengerutkan keningnya.     

"Iya, dulu aku selalu bermimpi bisa jalan-jalan keluar negeri akan tetapi aku tidak pernah menaruh harapan akan jadi kenyataan, bahkan aku takut berharap, sebab keadaan tidak mengijinkan untuk aku melakukanya. "Jelas Qiara sambil menunduk malu.     

"Qiara ... Ingatlah! Seperti apapun perasaan kita, suka atau tidak. tapi kamu adalah wanita yang sudah menikah dan menjadi seorang istri. Aku tidak akan melarangmu melakukan apapun yang kamu mau! Bahkan jika kamu menginginkan jalan-jalan keseluruh Negara, aku akan tetap usahakan untuk memenuhinya sebagai tanggung jawabku. Namun, kamu juga harus bisa menjaga kehormatanmu sebagai istri!" Ungkapan dadakan Julian membuat Qiara tampak bingung dan terkejut.     

"Apa maksudmu? Apa kamu sedang berusaha meminta hak mu?" Mendengar pertanyaan Qiara, Julian tersenyum.     

"Kamu istriku Qiara, bukan pelacur. Jadi, aku tidak mungkin memintanya jika kamu tidak mau. Lagipula aku tidak tertarik dengan gadis kecil sepertimu." Ucap Julian seraya memalingkan pandangannya dari Qiara. "Apa? Kenapa kamu membandingkanku dengan pelacur? Apakah kamu berfikir aku ini anak nakal yang sudah tidak perawan lagi hah?" Tanya Qiara dengan emosi yang meluap-luap. Julian langsung menarik nafas berat mendengar pertanyaan istri kecilnya yang mulai salah faham dengan perkataannya. Ia pun mulai heran kenapa istri kecilnya suka sekali berprasangka buruk.     

"Ummm ... Memangnya kamu tau apa pekerjaan seorang pelacur itu?" Julian bertanya balik pada Qiara. Mendengar pertanyaan Julian. Qiara langsung mengangguk dengan polosnya. Karena ia tidak mungkin tidak tau seperti apa pelacur itu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.