Istri Kecil Tuan Ju

Berdamainya Anjing dan Kucing Sekolah (Revisi)



Berdamainya Anjing dan Kucing Sekolah (Revisi)

0"Terimakasih karena kamu sudah mau datang! " Ucap Qiano dengan tatapan lembut sambil mengacak pelan rambut Qiara setelah itu ia tersenyum sembari meraih minuman dingin itu dari tangan Qiara.     
0

Melihat Qiano tersenyum pada Qiara, semua siswa dan siswi yang datang dari SMA mereka melotot kaget. Karena anjing dan kucing duduk bersama dan bercanda.     

Seketika itu media sosial dilingkungan sekolah itu serta forum sekolah mendadak heboh membicarakan tentang Qiara dan Qiano.     

"Luar biasa ... Anjing dan kucing akur. Haruskan kita mengadakan pesta?" Cuit Salah satu siswa di media sosialnya yang di sertai dengan foto Qiano dan Qiara yang sedang duduk bersama sambil melempar senyuman.     

" Wahhh ... Qiano tampan banget. Rasanya aku ingin membantu mengepel keringat di pipinya. Semoga dia tak dak jatuh cinta pada gadis jelek seperti Qiara. " Komentar pertama pada cuitan itu.     

Tidak lama setelah komentar pertama, langsung di susul ratusan komentar yang berpihak pada Qiara dan yang menolak Qiara berdamai dengan Qiano.     

Melihat kehebohan dunia maya, Feny semakin mengepalkan tinjunya karena tidak terima.     

"Kali ini kamu menang Qiara. Tapi, aku sudah kembali dan akan ku pastikan Qiano jatuh dalam pelukanku. Dan itu gampang bagi seorang Feny, yang cantik, kaya dan cerdas." Ucap Feny seraya menggertakan giginya.     

"Tenang saja Feny! Qiano melakukan ini karena ia belum sadar sepenuhnya akan kembalinya dirimu. Besok kita lihat apa yang akan terjadi pada si gila Qiara " Kata Leni yang selalu mencari muka di depan Feny.     

"Ayo pergi!" Saking geramnya melihat Qiara, ditambah dengan kata-kata Leni. Feny merasa muak dan memilih segera pergi. Leni pun langsung mengangguk dan mengikuti Feny. Melihat wajah kesal Feny yang dia bawa pergi,membuat Mia yang sedari tadi memperhatikannya tertawa jahat dalam hatinya.     

'Aduhhh ... Sakit banget ...Tuh kepala pasti beranduk.' Batin Mia.     

"Qiano ... Jangan di acak gitu rambutku! Karena aku sudah susah panyah tau menatanya. Dasar racun." Ucap qiara seraya merapikan rambutnya yang tumben tidak di kuncir dengan ekspresi cemberut. Melihat ekspresi kesal dan cemebrut Qiara. Sukses membuat seorang Qiano tersenyum.     

"Jadi, sebelum kamu ke sini, kamu dandan dulu ya? Apakah itu untuk menarik perhatianku?" Tanya Qiano sambil tersenyum licik.     

"Ha ha ha .... Tebakanmu sangat salah. Dan kamu pede banget jadi orang. Rasanya, aku memang sudah cantik walaupun aku tidak berdandan." Sahut Qiara sambil memalingkan wajahnya karena malu ketahuan Qiano yang berhasil menebak kalau dia memang benar berdandan.     

"Beneran nih? Terus kenapa muka kamu memerah? Apa kamu sudah makan sambal?" Tanya Qiano sambil mengintip wajah Qiara yang berpaling darinya.     

"Aaaah ... Qiano kamu nyebelin. Aku jadi nyesel dateng tau gak sih?" Ucap Qiara yang langsung berdiri setelah mendorong Qiano. Ia pun menoleh kearah tiga sahabatnya yang sedari tadi bersikap seperti nyamuk.     

Setelah mengatakan itu, Qiara pun turun dengan cepat meninggalkan ketiga sahabatnya. Tidak lama kemudian, Qiano berlari menyusul Qiara. Kejadian itu berhasil lagi di rekam sama siswa itu yang masih penasaran dengan kelanjutan dari kisah berdamainya sang kucing dan anjing sekolah mereka itu.Semntara ketiga sahabatnya tampak bingung melihat Qiara pergi begitu saja.     

"Sejak kapan Qiara menajdi baperan seperti itu? Apa mereka pacaran?" Kata Lola yang menduga sesuai kondisi yang dia lihat. Mendengar dugaan Lola, Mia dan Natasya langsung terkejut karena mereka belum berani mengambil kesimpulan sejauh itu.     

"Lebih baik jangan tanya Qiara apa yang kamu fikirkan itu! Karena bisa jadi, Qiara akan mengamuk padamu. Mereka mau pacaran atau tidak, kita tunggu saja jawabannya sampai Qiara yang bercerita sendiri." Kata Natasya yang mencoba mengingatkan Lola.     

"Betul itu. Lebih baik kita pergi sekarang dari sini. Karena aku sudah lapar." Kata Mia sambil menarik tangan Lola dan Natasya.     

Mereka berdua pun langsung mengangguk lalu mengikuti Mia pergi dari gedung itu. Sementara itu, Qiano berhasil mengejar Qiara lalu berusaha menghalangi jalannya.     

"Ra, apa kamu benar-benar marah? Kalau iya, aku minta maaf! Tadi, aku hanya becanda." Kata Qiano dengan ekspresi memohon sebab sadar kalau dia memang sudah keterlaluan. Sayangnya, bujukkan Qiano tidak di tanggapi oleh Qiara. Dia malah menyingkirkan Qiano dari hadapannya lalu melanjutkan perjalananya.     

"Ra ... Aku mohon jangan ngambek begitu dong! Ayo kita bicara!" Qiano tidak menyerah begitu saja. Dia malah berlari kembali mengejar Qiara dan berhasil meraih tangannya.     

"Bodo ... Ammat ... Aku tidak mau bicara sama kamu Qiano ... " Ucap Qiara sambil menjulurkan lidahnya dengan kesal.     

Setelah itu ia menarik kembali tanganya yang di pegang oleh Qiano. Kemudian ia mempercepat langkahnya meninggalkan Qiano di belakang. Qiano menarik nafas dalam ketika melihat benteng pertahanan Qiara sangat kuat. Namun, ia tidak ingin membuat hubungannya yang baru saja baik dengan Qiara menjadi rusak begitu saja. Tiba-tiba muncul ide di kepalanya. Ia pun segera berlari menyusul Qiara dan membuat dirinya seolah tersandung.     

"Aduhh .... " Ringis Qiano sambil memegang kakinya yang seakan terkilir. Mendengar suara ringisan Qiano. Dengan cepat Qiara membalikan badannya. Seketika itu ia terkejut melihat Qiano tertunduk di jalan sambil memegang kakinya.     

"Qiano ... " Teriak Qiara dengan ekspresi panik. Ia pun segera berlari mendekati Qiano.     

"No ... Kamu kenapa? Apakah kakimu sakit?" Tanya Qiara dengan bingung karena ia tidak tau harus melakukan apa untuk mengurangi rasa sakit Qiano.     

"Aku terjatuh. Dan sepertinya, kakiku terkilir. Duhhh ... Sakit banget! Alamat aku tidak bisa ikut tanding lagi nih." Jawab Qiano dengan wajah menahan sakit.     

"Bagaimana mungkin kamu bisa jatuh? Jalan sedatar dan sebagus ini juga." Kata Qiara seraya memperhatikan jalan yang dilalui oleh Qiano.     

"Semua karena aku lari mengejarmu. Saking paniknya kakiku sampai bertabrakan sehingga aku akhirnya bisa jatuh." Jawab Qiano semabri menatap Qiara dengan sendu.     

"Benarkah? Lagian, kenapa kamu harus mengejarku? Bukankah aku bilang tidak mau bicara denagn kamu?" Lanjut Qiara lagi dengan kesal saking ia merasa bersalah.     

"Semua karena aku tidak mau melihat kamu ngambek. Jadi, apa kamu mau memaafkan aku??" Ucap Qiano dengan penuh harap.     

"Jangan banyak bicara lagi. Ini juga bukan karena kamu berlari, melainkan karena kamu kurang istirahat sehingga tidak fokus."Ucap Qiara dengan ekspresi khawatir.     

"Bagaimana mau istirahat kalau setiap hari aku merasa rindu padamu. Dan mungkin aku akan semakin tidak bisa istirahat kalau kamu ngambek begini." Sahut Qiano sambil tersenyum menatap Qiara. Mendengar perkataan Qiano. Qiara langsung terpaku, untuk sesaat dia lupa kalau dirinya sudah menikah. Seketika itu pipinya memerah.     

"Kamu jangan banyak gombal deh! Lebih baik kita pulang sekarang! Agar kamu bisa cepat istirah setelah kakimu di urut. " Ucap Qiara dengan malu-malu.     

"Sayangnya, aku tidak bisa beristirahat dari memikirkanmu. "Bisik Qiano dengan suara lembut dan nafas yang teratur.     

"Khemm ... Apa kakimu kamu masih sakit?" Tanya Qiara yang berusaha mengalihkan pembicaraan.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.