Istri Kecil Tuan Ju

Suasana Romantis



Suasana Romantis

0  Keesokan paginya Qiara kembali ke aktivitas biasanya, pagi ini dia sudah rapi dengan seragam sekolahnya, Qiara duduk di meja makan menikmati sarapan nasi goreng dengan telor mata sapi kesukaannya.    
0

  "Ma, Qiqi mau tanya dong?". Kata Qiara sambil mengunyah makanannya.    

  Mendengar perkataan putrinya, Renata langsung menghentikan makannya, "Mau tanya apa?".    

  "Kemarin aku cek saldo rekeningku, aku kaget karena Papa transferin uangnya banyak banget gak kayak biasa, dulunya dua juta sekarang berubah menjadi Lima puluh juta, apakah Papa lagi banyak uang ya Ma?". Tanya Qiara dengan heran.    

  "Itu bukan dari Papamu". Jawab Renata datar sambil menikmati sarapanya kembali.    

  "Terus dari siapa dong uang sebanyak itu? Qiara Jadi takut Ma?".    

  "Kenapa tidak Kamu tanyakan pada suamimu? Karena kemarin sebelum pergi, dia nanyain nomer rekeningmu, yah mama berikan saja, awalnya sih dia ingin memberikanmu kartu kredit tapi Mama larang karena kamu belum pantas menggunakannya". Jelas Renata.    

  Qiara terkejut mendengar penjelasan Mamanya. "Masak sih Ma dia mampu memberikan uang sebanyak itu sama Qiqi? Apa dia ingin membeli perhatian Qiqi ya? Atau jangan-jangan uang itu hasil dari pekerjaan yang tidak halal?".    

  Mendengar bualan Qiara, Renata memukul meja dengan sendok yang di pegangnya sambil menggertakan giginya.    

  "Astaga Mama kenapa sih? Bikin Qiara terkejut tau, bagaimana kalau Qiara jantungan terus mati?".    

  "Qiaraaa ... Kamu ya. Ya Allah kepalaku sakit". Kemarahan Renata sudah sampai pada puncaknya, langsung saja kepalanya menjadi pusing.    

  Melihat Mama merasa sakit, Qiara bangun dari duduknya dan segera memberikan air sambil memijat-mijat kepala Mama nya. "Qiqi minta maaf ya Ma kalau perkataan Qiqi ada yang salah!".    

  "Qiqi kamu sebentar lagi tamat SMA, tapi kenapa mulutmu masih lemes aja sih nak? Perasaan kakakmu dulu waktu SMA tidak kayak begini deh, dan sekarang kamu berkata buruk tentang suamimu tanpa kamu mencari tau sebelumnya, di tambah lagi kamu bermain-main dengan kata-kata kematian, kamu gak mikir apa sakitnya hati Mama hah?". Sambil mengatur nafasnya, Renata mencoba menasehati Qiara sambil meneteskan air mata.    

  Qiara merasa bersalah, dia menunduk dan cemberut, "Iya maaf Ma ! Qiara gak akan melakukannya lagi. Mmm ... Emangnya si Julian itu kerja apa sih Ma?".     

  "Tanya aja sama suamimu kalau mau tau, kamu kan istrinya, udah ah Mama mau istirahat". Setelah mengatakan itu Renata meninggalkan Qiara dengan kesal.    

  Qiara duduk di kursi, dia benar-benar penasaran dengan pekerjaan Julian, dia ingin bertanya tapi gengsi banget secara dia ingin memancing Julian agar marah dan kesal biar pelan-pelan dia sendiri yang meminta cerai.    

  "Masa bodohlah dia kerja apa, mau jadi mafia kek, pengedar narkoba atau pemilik restoran aku tidak perduli, aku pakai aja uangnya. Yang penting, aku kan gak minta jadi aman. He he he ... " Ucap Qiara sambil cengengesan mengingat sebagian uang itu sudah dia gunakan untuk mentraktir teman-temannya.    

  "Ma, aku berangkat sekolah dulu ya!". Kata Qiara berteriak dari ruang tamu berharap ibunya yang ada di dalam kamar mendengarnya.    

  Setelah itu Qiara keluar sambil bersenandung, ketika membuka gerbang rumahnya, Qiara terkejut melihat Qiano sudah ada di depan gerbang rumahnya.    

  "Selamat pagi!". Sapa Qiano sambil tersenyum melihat Qiara yang tampak kaget.    

  Qiara melirik ke kiri dan ke kanan, dia juga melihat ke dalam rumahnya memastikan ibunya tidak mengintip. Setelah itu dia menutup gerbang.    

  "Ngapain pagi-pagi begini kamu ada di depan rumahku? Jangan bilang kamu mau bikin ulah!".    

  "Aku ke sini mau ngembalikan sepedamu, bagaimana kalau kita berangkat bersama? ". Tanya Qiano.    

  Qiara deg degan lagi, mukanya mulai memerah. "Tapi.. ".    

  "Udah naik aja, ini sudah siang nanti kita terlambat!". Lanjut Qiano sambil menaruh tasnya yang semula di belakang menjadi di depan.    

  "Baiklah, tapi kamu harus berhenti agak jauh dari sekolah biar teman-teman tidak ngelihat kita ya!". Kata Qiara dengan cemas.    

  Qiano tersenyum licik, setelah itu dia mengangguk setuju dengan syarat Qiara, merasa Qiara sudah duduk dengan tepat di belakang, Qiano pun langsung menganyuh sepeda Qiara.    

  Suasana Bandung pagi itu sungguh indah, pohon mahuni di pinggir jalan terdengar bersenandung melihat dua sejoli yang saling memendam rasa kini berjalan bersama, satu menganyuh sepeda dengan tersenyum bahagia, dan yang satunya membentangkan tangan kananya menikmati sentuhan angin yang menyapa lembut wajahnya, suasana romantispun tercipta oleh alam di pagi hari yang mendung itu.    

  Qiara yang telah terbius suasana romantis itu sampai lupa apa yang dia sudah katakan pada Qiano, dengan tersenyum Qiano melirik Qiara yang masih duduk di belakang dengan memegang erat pinggangnya, "Qiara kita sudah sampai".    

  Qiara masih terdiam tidak menghiraukan apa yang dikatakaan Qiano, sedang semua siswa yang sudah ada di sekolah pada heboh dan berlarian keluar dari kelas menyaksikan pemandangan langka yang sedang terjadi di parkiran.    

  "Ada apa pada ribut?". Revan dan Demian merasa heran melihat para siswa dan siswi berlarian keluar, di lantai dua dan pertama sudah di penuhi.    

  "Di parkiran ada kejadian langka, anjing dan kucing sekolah ini datang bersama, nampaknya bendera perdamaian sudah di kibarkan". Kata salah satu siswa yang hendak ingin menyaksikan.    

  Revan terkejut tidak percaya, Demian pun melihat Revan dengan bingung, tanpa berkata-kata lagi mereka berlari keluar menuju parkiran.    

  "Ohhh tidak ... Qiaraaaaku sayang kenapa harus Qiano yang tidak mungkin aku kalahkan?". Revan benar-benar patah hati melihat Qiara tampak mesra di atas sepada bersama Qiano.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.