Istri Kecil Tuan Ju

Bagaimana bisa Dosa?



Bagaimana bisa Dosa?

0  Qiara terkejut mendengar perkataan Julian, dengan bingung dia menengok ke arah di mana handphonnya di taruh oleh Renata. Seketika itu, ia kaget dan matanya seperti hendak lompat dari tempatnya ketika melihat Julian duduk manis memandanginya sambil tersenyum geli.    
0

   "Aaaaa .... Julian kamu mesum! Kenapa kamu mengintipku? Apa kamu tidak takut dosa apa ngintip anak gadis orang? Sekarang tutup paggilanmu! Aku tidak mau melihatmu". Teriak Qiara dengan histeris sembari melarikan diri dibalik selimut.    

  "He ... ". Julian tersenyum lucu mendengar kara-kata Qiara. Bagaimana mungkin dia bisa berdosa melihat tubuh istrinya sendiri? Bukankah itu haknya? Julian tidak pernah menyangka dia bisa tersenyum kembali karena seorang perempuan setelah kepergian Vania.    

  "Baiklah, aku akan tutup kamu jangan lupa makan siang!".    

  Setelah itu Julian langsung menutup telponnya, sedang Qiara terus bersembunyi di balik selimut sambil menangis sesegukan, dia merasa kehormatannya baru saja terenggut.    

  "Julian kamu brengsek, aku benci sama kamu!". Gumam Qiara sambil menyeka air matanya.    

  Menyadari kalau suara Julian sudah tidak terdengar lagi. Qiara menyeka air matanya, setelah itu bangun dari tempat tidur sambil membungkus dirinya dengan selimut sembari meraih ponselnya.    

  "Aahhh sial! Aku lupa matiin dataku. Pantes saja lelaki mesum itu bisa melakukan panggilan video, Mama juga kenapa dia tega ngerjain anaknya sendiri?". Qiara ngedumel sambil menatap ponselnya dengan kesal. Setelah itu Qiara bergegas mengenakan pakaiannya lalu keluar untuk menemukan keberadaan Renata.    

  "Mamaaaaa ... ". Qiara menelusuri semua ruangan untuk menemukan Renata. Tapi, ternyata Renata tidak ada di rumah.    

  Karena merasa lelah, akhirnya Qiara menyerah dan merebahkan tubuhnya di sofa lalu membuka permainan game nya untuk menghilaangkan rasa kesal dalam hatinya.    

  "Ahhh ... Kenapa aku kalah lagi?". Ucap Qiara sambil melempar ponselnya karena kalah bermain game. Tepat saat itu, ia teringat akan janjinya sama Qiano.    

  "Astaga ... Aku lupa kalau ada janji ketemu sama si kunyuk resek itu. Baiklah aku akan menelponnya". Kata Qiara sambil menepuk jidatnya. Setellah itu ia meraih kembali ponselnya lalu segera membuat panggilan untuk Qiano.    

  "Kenapa nomernya tidak aktif? Apa batrinya habis? Ahhh ... Sepertinya aku harus datang ke rumahnya sekarang juga, karena aku tidak mau membuatnya berfikir kalau aku takut atau menyerah begitu saja"' Lanjut Qiara sembari bangun dari duduknya.    

  "Sayang, kamu lagi apa?". Tanya Renata dengan heran.    

  Merasa mendengar suara yang begitu akrab. Qiara langsung menoleh kearah pintu masuk dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamarnya mengambil tas.     

  Qiara memicingkan matanya melihat Renata menenteng belanjaan namun ia segera memalingkan wajahnya dengan kesal.    

  "Qiqi lagi ngambek sama Mama". Ucap Qiara dengan ketus.    

  "Ngambek kenapa sayang?".    

  Renata pura-pura tidak merasa bersalah.    

  "Karena Mama itu jahat! Mama sudah tau Qiqi belum pakai baju tapi Mama malah membiarkan si Julian itu melihatku, itu kan dosa Ma!".    

  "Dosa? Ha ha ha .... ". Renata tertawa mendengar perkataan anaknya yang polos.    

  "Mama kenapa malah ketawa? Ada yang lucu?".    

  "Iya, kamu lucu sayang! Bagaimana itu bisa dosa sayang? Karena yang melihat itu suamimu dan dia bahkan berhak menyentuh seluruh tubuhmu dan itu pahala loh! Dan satu lagi! Panggil dia Mas Julian!". Kata Renata sambil menggoda Qiara.    

  Ekspresi Qiara menjadi gelap, secara dia memang tidak tau hal-hal seperti itu karena yang ada di hidupnya itu adalah main game, berantem dan bersaing dengan Qiano. Dia juga paling benci nonton sinetron , kalaupun nonton dia lebih suka kartun. Dan kartun kesukaannya tentu saja Naruto, Avatar dan detektif Conan.    

  "Mas Julian apanya? Sangat tidak cocok banget jika seorang Qiara manggil cowok dengan panggilan itu. Ihhh ... Serem". Batin Qiara sembari bergidik ngeri.    

  "Astagfirulloh Mama tolong nyebut! Mama itu gak boleh berkata tidak senonoh begitu pada gadis di bawah umur kayak Qiqi!". Kata Qiara sembari menggelengkan kepalanya setelah selesai membatin.    

  Renata mengerutkan keningnya. Renata baru menyadari anak nakalnya ternyata begitu polos dan tidak mengerti tentang hubungan begituan. Ia pun tertawa geli kearah putrinya seraya meletakkan belanjaannya diatas meja.    

  "Apaan sih? Mama kenapa ketawa terus? Qiqi jadi curiga kalau Qiqi ini bukan anak Mama. Iya kan?". Lanjut Qiara dengan cemberut.    

  "Kamu bicara apa sih Qi? Ya jelaslah kamu itu anak nakal Mama yang paling menggemaskan!". Jawab Renata setelah selesai tertawa.    

  "Kalau aku memang anak Mama kenapa aku dan kak Vania sangat berbeda? Ia cerdas sedang aku bodoh, dia kalem dan lembut sedang aku boro-boro begitu, dan yang terakhir kak Vania adalah gadis yang cantik dan anggun sedang aku cantiknya Insyaallah!". Ucap Qiara sembari menunduk dan lemas.    

  "Haduh ... Sayang kenapa kamu lucu sekali he he he ... ? Rasanya, Mama mau daftarin kamu di stand up comedy deh".    

  Renata benar-benar di buat terpingkal-pingkal mendengar perkataan Qiara yang mengatakan cantik Insyaallah.    

  Qiara semakin kesal melihat Renata tertawa. Ia pun segera masuk kamar mengambil tasnya, setelah itu dia keluar lagi tanpa mengatakan apapun pada Renata.    

  "Sayang mau kemana itu?. "Tanya Renata ketika melihat Qiara sudah rapi. "Mau belajar kelompok biar bisa kayak kak Vania". Jawab Qiara dengan ketus.    

  "Emang sejak kapan kamu belajar kelompok?". Tanya Renata heran.    

  "Sejak sekarang, udah ah Mama jangan tanya-tanya mulu! Aku harus segera berangkat nih!". Setelah mengatakan itu Qiara mencium punggung tangan Renata setelah itu segera pergi dari rumah dengan sepedanya.    

  Renata hanya menggeleng-geleng kan kepalanya, dia memang senang bila Qiara benar-benar ikut belajar kelompok, tapi apakah itu kenyataan?


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.