Istri Kecil Tuan Ju

Wasiat Kakak



Wasiat Kakak

0  "Re, kamu jangan khawatir! Kalau kamu percaya pada Julian. Ayo kita nikahkan mereka minggu depan! Tidak perlu pesta, cukup mereka akad nikah saja setelah itu Qiara kembali ke sekolah dan Julian kembali ke Jakarta. Dan ketika Qiara lulus SMA barulah ia tinggal bersama Julian. Bagaimana?". Kata Sarah mencoba memberikan solusi.     
0

  Julian termenung sejenak, ia berfikir haruskah Vania mewasiatkan hal yang begitu berat untuk dia jalani? Bagaimana bisa dia menikahi wanita yang tidak dia kenal dan cintai terlebih gadis itu masih duduk di bangku SMA, tidakkah dia akan merebut masa remajanya?    

  "Sayang, apa yang coba kamu katakan padaku dengan meminta menikahi adikmu?" Batin Juluan.    

  "Aku setuju!". Jawab Julian dengan berat hati setelah bergelut dengan fikirannya. "Alhamdulillah kalau begitu, bagaimana denganmu Renata?". Tanya Sarah seraya menoleh kearah Renata.    

  "Sebaiknya, kita tanya langsung pada Qiara, biar dia yang memutuskan! Saya akan ke kamarnya sebentar, kalian tunggu ya!". Setelah mengatakan itu Renata langsung ke kamar Qiara dengan berbagai fikiran yang berkecamuk karena ia tau betul watak keras putrinya itu.    

  "Qiqi kamu lagi apa sayang?". Tanya Renata sambil duduk di samping Qiara yang lagi asyik main game. Untung Qiara tidak menutup pintu sehingga Renata bisa masuk tanpa mengetuk pintu.    

  "Lagi main game Ma,". Jawab Qiara tanpa melihat kearah Mama.    

  "Qi, kalau orang tua ngomong itu jangan cuwekin begini dong!". Ucap Renata sambil merebut ponsel Qiara.    

  "Yahhh ... Mama, padahal Qiqi bentar lagi mau menang". Ucap Qiara dengan cemberut. "Mama ini ada apa sih menggangu Qiara saja?". Lanjut Qiara dengan kesal.    

  "Mama butuh bicara sama kamu sayang". Jawab Renata dengan serius. Melihat raut wajah Mama yang serius, Qiara pun melunak.    

  "Mama mau bicara apa?". Tanya Qiara seraya menatap Mama dengan ekspresi penuh arti.    

  Renata menarik nafas, setelah itu ia berkata, "Apa kamu mau melihat Vania bahagia di alam sana?".    

  "Tentu saja Ma".    

  "Kalau begitu, apa kamu mau melaksanakan wasiatnya?". Lanjut Renata.    

  "Wasiat? Apa emang?". Tanya Qiara dengan heran.    

  Renata menjulurkan selembar surat untuk Qiara, dengan bingung Qiara mengambil surat itu.    

  "Sebenarnya Mama ingin memberimu sebulan yang lalu. Akan tetapi, waktunya tidak tepat makanya Mama simpan dan sekaranglah waktu yang tepat. Bacalah dengan baik-baik! Setelah kamu selesai membacanya, temui Mama di ruang tamu!". Setelah mengatakan itu, Renata langsung keluar dari kamar Qiara.    

  Tanpa menunggu lama, Qiara langsung membuka dan membaca surat yang di berikan Mama. Ia, percaya kalau itu dari Vania, secara dia mengenal betul tulisan kakaknya.    

  ~To. Adik kesayanganku, Qiara Putri Senja.~    

  ~Mungkin, ketika kamu membacanya, kakak sudah tidak ada lagi di dunia ini. Oleh karena itu, tolong jaga Papa dan Mama! Jangan membuat mereka susah atau sedih!. Kakak punya permintaan buatmu, kakak harap kamu mau melaksanakannya! Qiara, kakak minta, menikahlah dengan lelaki pilihan kakak tepat di hari ulang tahun kakak tahun ini! Jangan khawatir karena lelaki pilihan kakak pasti bisa menjadi pemimpin yang baik buatmu. Jika kamu sayang sama kakak maka penuhilah permintaan kakak ini, aku mencintaimu!~    

  Setelah membaca surat Vania, hati Qiara merasa sesak, air mata mengalir di pipinya, bagaimana mungkin dia menikah secara dia masih muda dan banyak mimpi, terlebih dia belum tamat SMA sedang ulang tahun Vania minggu depan. Ia teringat akan mimpi buruknya hari itu, akankah menjadi kenyataan?    

  "Kak kenapa kamu melakukan ini padaku? Bagaimana aku bisa menikah dengan lelaki yang tidak aku kenal dan cintai ?". Gumam Qiara sambil menyeka air matanya.    

  Setelah lama bergulat dengan fikirannya, Qiara bangun dari tempat tidur dan menyeka air matanya. Tidak lama kemudian, ia berlari menuju ruang tamu, namun yang tidak di sangkanya, kalau Mama tidak duduk sendiri di ruang tamu itu.    

  "Ma?". Kata Qiara menyela pembicaraan Sarah dan Renata. Mereka berdua langsung menoleh kearah Qiara seraya tersenyum. "Qiara ayok sini sayang duduk di dekat tante!". Ucap sarah dengan lembut.    

  Qiara tersenyum bingung, tapi dengan patuh dia duduk di dekat Sarah.    

  "Sayang apa kamu sudah membaca pesan Vania?". Tanya Sarah seraya membelai rambut Qiara. Qiara terkejut dan tidak menyangka kalau Sarah mengetahui tentang surat itu.    

  "Bagaimana tante bisa tau?". Tanya Qiara seraya mengerutkan keningnya.    

  Sarah tersenyum sambil menggenggam tangan Qiara seraya berkata, "Tentu tante tau, karena lelaki yang di inginkan oleh Vania adalah anak tante, namanya Julian".    

  "Bagaimana sayang, apa keputusanmu? "Tanya Renata dengan cemas.    

  Qiara menunduk sedih, "Apakah tidak ada cara lain Ma?".    

  Renata menggeleng. "Tidak sayang".    

  Qiara menunduk dan terdiam sejenak, hatinya menjerit mengatakan tidak tapi fikiran dan rasa sayang nya pada Vania mendorongnya untuk membuat keputusan berani meski itu terpaksa.    

  "Aku mau menikah dengan syarat, pernikahan ini hanya keluarga yang tau dan itu harus di laksanakan di Jakarta. Aku tidak ingin tinggal bersama Julian sampai aku selesai SMA, dan juga aku ingin tetap kuliah tanpa ada yang tau aku sudah menikah, jika Julian tidak tahan dengan sikapku maka dia boleh menceraikanku". Kata Qiara dengan lantang.    

  "Aku setuju". Jawab Julian dari arah belakang Qiara, karena dia habis dari luar menerima telpon.    

  Mendengar suara yang lumayan Qiara kenal, langsung saja dia berbalik melihat ke sumber suara, seketika itu Qiara terkejut melihat Julian, "Kamu? bukanya kamu lelaki di toko buku waktu itu?".    

  "Gadis kecil, apakah kamu yang bernama Qiara?". Julian juga terkejut melihat Qiara.    

  "Kalian sudah saling kenal?". Tanya Sarah keheranan.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.