Istri Kecil Tuan Ju

Rumah Sakit



Rumah Sakit

0  Setelah melakukan perjalanan panjang, Mama dan Qiara akhirnya sampai di rumah sakit yang di maksud. Mereka berdua bergegas keluar dari taxi lalu masuk ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh. Dengan bantuan suster mereka berhasil menemukan kamar Vania. Di kursi tunggu rumah sakit Qiara melihat Papa nya duduk sambil membenamkan wajahnya di kedua telapak tangannya.    
0

  "Pa, bagaimana keadaan kak Vania?". Tanya Qiara dengan wajah sedih setelah ia duduk di samping Papa nya.    

  Mendengar suara putri kecilnya itu, Pak Yunus langsung menoleh ke arah Qiara dengan wajah sembab.    

  "Sayang ... Akhirnya kamu datang. Kata perawat, tadi waktu Papa tinggal sholat dia sempat bangun dan menulis sesuatu. Setelah memberikan dua lembar kertas yang berbeda ke perawat, kakakmu kembali pingsan dan jatuh kritis lagi. Sekarang dia lagi di periksa oleh dokter". Jelas Pak Yunus seraya memeluk Qiara sambil meneteskan air mata.    

  Renata menutup mulutnya dan terduduk sambil menangis setelah mendengar penjelasan mantan suaminya.    

  Mendengar penjelasan Papa, hati Qiara terasa remuk dan sangat takut akan terjadi hal buruk pada Vania. Ia pun menangis sesegukan dalam pelukan Papa nya. Tepat saat itu, Dokter keluar dari ruangan Vania dengan ekspresi lemas dan lesu. Perasaan Qiara dan kedua orang tuanya pun langsung berubah buruk ketika melihat ekspresi sang Dokter.     

  "Dokter bagaimana keadaan putri saya?". Tanya Renata dengan hati deg degan. "Ya Dokter, bagaimana keadaan putri kami?". Lanjut Papa yang mulai tidak sabaran.    

  "Kami sudah berusaha. Tapi, Tuhan berkehendak lain, dia sudah pergi meninggalkan kita". Jelas Dokter itu dengan penuh rasa penyesalan.    

  Mendengar kabar itu, Qiara merasakan kakinya lemas, seketika itu ia terjatuh ke lantai seraya menangis tergugu. "Ini tidak mungkin! Kakak ku tidak mungkin meninggalkan aku".    

  Setelah itu Qiara segera berlari masuk menyusul kedua orang tuanya. Hati nya semakin hancur saat melihat Mama dan Papa menangis sambil memeluk tubuh kaku yang terlihat seperti sedang tidur itu.    

  "Vania kenapa kamu meninggalkan Mama begitu cepat sayang?". Ucap Renata dengan suara memilukan sambil sesegukan. Hatinya sakit karena ia sudah tidak bertemu selama dua bulan dengan putrinya. Giliran ketemu malah putrinya sudah tidak bernyawa.    

  "Re, sudah jangan begitu kasihan Vania!". Pak Yunus mencoba menenangkan hati mantan istrinya itu meskipun hatinya juga terluka sangat dalam sebab Vania selama ini lebih banyak waktu bersamanya.    

  "Tolong jangan halangi aku untuk memeluk putriku untuk yang terakhir kalinya! Aku ingin bersamanya sebentar lagi karena aku yakin ia juga merindukanku". Ucap Renata sambil menangis sejadi-jadinya setiap kali melihat wajah pucat Vania yang dua bulan bulan lalu dia melihat tersenyum dan memeluknya berkali-kali sebelum kembali ke Jakarta.    

  Qiara tidak sanggup melihat kakaknya terkapar tidak bernyawa itu, ia pun keluar dan duduk menangis seorang diri di bangku tunggu.    

  Tidak lama setelah itu, perawat membawa keluar tubuh Vania yang sudah ditutupi kain putih itu. Qiara menutup mulutnya ketika jenazah Vania melewatinya.    

  "Kakak ... Ini bukan kamu kan?". Ucap Qiara dengan gemetar.    

  Qiara benar-benar terpukul, dia pun memeluk tubuh lemas Mama nya yang baru keluar dari kamar Vania. Sedang Papa yang selama ini tinggal bersama Vania tampak kehilangan semangat.    

  Kini orang tuanya hanya memiliki satu putri, walau orang tuanya bercerai sejak lama tapi mereka tidak ada yang mau menikah lagi. Papa sibuk dengan bisnis Rukonya, sedang Mama sibuk dengan bisnis jahitnya.    

  Tidak lama setelah itu, mereka pulang ke rumah Papa bersama ambulan yang membawa jenazah Vania.    

  Tepat jam 5 sore Vania akhirnya selesai dimakamkan tanpa menunggu siapapun sebab Papa tidak mau mendiamkan jenazah Vania lama-lama. Tepat saat itu, Qiara melihat seorang perempuan paruh baya berjalan tergesa-gesa menuju kuburan Vania.    

  "Re, maaf aku datang terlambat!". Sarah memeluk sahabatnya yang tampak lemas dan pucat itu setelah ia sampai di depan kuburan Vania yang masih basah itu.    

  Renata langsung menoleh kearah Sarah dengan deraian air mata seraya bertanya, "Sar, Julian mana? Kenapa ia belum terlihat sampai Vania selesai di makam kan?".    

  "Julian sedang berada di luar Negeri. Aku sudah mencoba menghubunginya, tapi tidak aktif. Aku sangat khawatir dengan perasaannya jika dia tau kalau Vania sudah meninggal. Saat mendengar Vania kecelakaan aku langsung kembali ke Jakarta dan katanya kalian masih di kuburan makanya aku kesini". Sarah tidak bisa menahan air matanya mengingat Julian sangat mencintai Vania bahkan bulan depan mereka sudah merencanakan lamaran.    

  Mendengar penjelasan Sarah, Renata hanya mengangguk dan kembali menabur bunga bersama Qiara di atas kuburan Vania.    

  "Siapa ini?".Setelah selesai ngobrol dengan Renata, Sarah melirik Qiara yang sedari tadi diam.    

  "Ini Qiara adiknya Vania!". Jawab pak Yunus ketika mereka sudah berdiri hendak pulang karena sudah hampir menjelang magrib.    

  "Ini si kecil Qiara? Ya ampun, ternyata kamu sudah besar nak". Ucap Sarah sambil membelai kepala Qiara.    

  Qiara tersenyum dan mengangguk, "Iya tante".    

  Setelah dari makam Vania, Qiara dan kedua orang tuanya kembali ke rumah pak Yunus, sedang Sarah memilih kembali ke rumah Julian sambil terus mencoba menghubunginya.    

  Qiara yang awalnya membenci Papa karena meninggalkannya dengan Mama. Sekarang berubah simpati.    

  Selama beberapa hari, Qiara dan Mama menghabiskan waktu di rumah pak Yunus dengan beberapa kerabatnya untuk ikut tahlilan hingga hari ketujuh meninggalnya Vania.     

  Keesokan paginya Qiara dan Mama harus kembali karena Qiara sudah ketinggalan banyak pelajaran.    

  "Mas, kami harus segera pergi. Terimakasih sudah melayani kami dengan baik disini!". Ucap Renata dengan wajah yang masih sendu karena ia belum merelakan kepergian Vania.    

  Papa terlihat begitu berat melepas dua wanita yang begitu berarti di hatinya itu, ia pun melirik Qiara seraya bertanya, "Qiara tidak mau tinggal lebih lama lagi sama papa?".


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.