Istri Kecil Tuan Ju

Ciuman Pertama



Ciuman Pertama

0  Qiara pun kembali berteriak setelah tangan Qiano yang membungkam mulutnya menyingkir. Hal itu membuat Qiano semakin geram, terlebih ketika mendengar langkah kaki yang sudah sampai di depan Toilet.    
0

  "Siapa di dalam?". Suara lelaki terdengar di balik pintu.    

  "Tolo... "Belum saja Qiara berhasil melanjutkan aksinya, Qiano langsung menarik pinggangnya lalu dengan berani Qiano menutup mulut Qiara dengan mencium bibir nya.    

  Menyadari bibir Qiano menempel di bibirnya, Qiara langsung terdiam, matanya berkedip-kedip, jantungnya berdetak tidak karuan, begitupun juga yang dirasakan Qiano secara itu pertama kalinya mereka berdua melakukan ciuman walaupun ciuman yang ini hanya sekedar menempel tanpa ada aksi yang lebih dari itu, karena baik Qiara dan Qiano tidak pernah pacaran sama sekali.    

  "Yon apakah tadi kamu mendengar suara orang minta tolong?". Joni tampak melirik ke seluruh ruangan yang ada di dalam toilet ketika ia membuka pintu.    

  Yoyon pun berusaha mencari suara yang di maksud.    

  "Ahhh gak ada suara apa-apa di sini, mungkin perasaanmu saja Jon!". Sahut Yoyon sambil memasuki toilet.    

  Joni mencoba menahan Yoyon untuk meyakinkannya sebelum mereka memasuki toilet.    

  "Beneran tadi aku mendengar suara orang minta tolong!". Kata Joni dengan ekspresi ketakutan. Sehingga Yoyon akhirnya terpengaruh karena ia pernah mendengar isu tentang toilet yang angker.    

  "Jangan-jangan cerita tentang adanya hantu di Toilet ini beneran lagi". Mendengar pernyataan Yoyon, Joni yang terkenal penakut berlari kencang meninggalkan Yoyon.    

  "Jon ... Tunggu aku!". Yoyon berlari menyusul Joni yang sudah lari terbirit-birit.    

  Sementara itu Qiano dan Qiara masih terdiam dengan detak jantung masing-masing. Menyadari apa yang dilakukan Qiano salah, Qiara pun segera mendorong tubuh Qiano lalu mengangkat tangan kanannya untuk menampar Qiano.    

  "Ahhh ... ". Qiano meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang sudah kena tampar, karena tamparan Qiara cukup kuat.    

  "Dasar mesum beraninya kamu mengambil ciuman pertamaku, kamu brengsek Qiano". Ucap Qiara sambil memukul-mukul kembali tubuh Qiano.    

  Qiano menahan tangan Qiara yang terus memukul-mukul tubuhnya seraya berkata, "Kenapa kamu menyalahkan aku? Kamu kan yang mau menuduh aku memperkosamu. Jadi, terimalah hadiah dariku tadi. Sejujurnya, aku jijik dan menyesal menempelkan bibirku yang manis di bibirmu yang pedas itu".    

  Ekspresi Qiara menjadi gelap mendengar perkataan Qiano. Melihat ekspresi itu, Qiano tersenyum penuh kemenangan, setelah itu ia menyingkirkan tubuh Qiara yang menghalangi jalannya untuk keluar. Tidak lama setelah itu Qiano berhasil keluar dan meninggalkan Qiara yang masih terbakar emosi.    

  "Aaaa ... Qiano brengsek". teriak Qiara seraya menghentak-hentakkan kakinya di Toilet. Setelah itu ia bergegas meninggalkan Toilet laki-laki itu sebelum ia ditangkap basah memasuki Toilet laki-laki.    

  "Uhhh ... Kenapa tadi Aku merasa jantungku mau copot saat bibir gadis gila itu menyentuh bibirku? Apakah yang tadi bisa dikatakan sudah berciuman? Ahhh ... Kenapa jantungku tidak bisa berhenti berdetak mengingat kejadian tadi?". Batin Qiano seraya memegang dadanya dan mengusap bibirnya sambil berjalan menuju kelas.    

  Sedangkan Qiara berjalan menuju kantin sambil memegang bibirnya, kejadian itu membuat Qiara bergidik ngeri. Tepat saat itu, suara ponselnya berbunyi dan itu dari Mama. Qiara merasa bingung karena tumben Mama menelponnya di jam sekolah begini. Oleh karena tidak biasa Qiara pun bergegas mengangkatnya.     

  "Hallo Ma, ada apa?". Tanya Qiara setelah menggeser icon warna hijau di ponselnya.    

  "Qiara, kamu harus ikut Mama ke Jakarta hari ini juga! Mama sudah minta ijin gurumu, dan sekarang Mama ada di depan sekolahmu. Cepatlah!". Suara Mama terdengar panik yang membuat Qiara ikut panik juga.    

  "Ada apa Ma? Kenapa mendadak Begini? Walaupun tidak begitu penting, Qiara gak usah ikut kan bisa saja Ma". Sahut Qiara dengan malas.    

  "Tadi Papa mu menelpon. Katanya Vania sedang kritis dan sekarang dia dirawat di salah satu Rumah Sakit di Jakarta". Jawab Mama dengan suara serak dan semakin panik.    

  "Apa? Bagaimana bisa kak Vania kritis? Jelaskan Ma!". Qiara mulai panik dan gemetar.    

  "Jangan banyak tanya lagi! Sekarang keluarlah, Mama sudah menunggumu dengan taxi!". Ucap Mama dengan sedikit kesal karena Qiara mulai cerewet.    

  Tanpa berkata-kata lagi, Qiara langsung menutup ponselnya lalu berlari menuju gerbang. Meskipun ia tinggal terpisah dengan Vania akibat perceraian kedua orang tuanya. Tapi, Qiara sangat mencintai kakak perempuan satu-satunya itu, karena Vania juga sangat memanjakannya dan menuruti kemauannya setiap kali Vania berkunjung ke Bandung.    

  Sesaat kemudian, Qiara sampai di depan gerbang. Dan atas perintah Mama, Qiara masuk ke dalam taxi yang sudah sejak tadi menunggunya.    

  "Papa bilang apa Ma?". Tanya Qiara dengan mata yang berkaca-kaca setelah ia berada di dalam taxi bersama Mama.    

  "Papa bilang, tadi pagi waktu berangkat ke kampus, Vania kecelakaan dan sekarang kondisinya kritis". Jelas Mama sambil sesegukan.    

  Qiara yang tegar dan sangat jarang menangis itu tiba-tiba mengeluarkan air mata, dia takut kehilangan kakaknya.    

  "Mama tenang aja, kakak adalah perempuan yang baik dan kuat jadi dia pasti akan sembuh!". Ucap Qiara mencoba menenangkan hati Mama sambil memeluknya.    

  Mama yang mendengar nasehat anak bungsunya itu pun mulai merasa tenang, dia menyeka air matanya dan menggenggam erat tangan Qiara.    

  Qiara benar-benar merasa gelisah memikirkan kondisi kakaknya, dia tidak sabar untuk segera melihat kondisi Vania secara langsung sehingga beberapa kali dia meminta pak supir untuk menjalankan mobilnya dengan cepat.    

  Setelah melakukan perjalanan panjang, Mama dan Qiara akhirnya sampai di rumah sakit yang di maksud. Mereka berdua bergegas keluar dari taxi lalu masuk ke rumah sakit dengan tergopoh-gopoh.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.