Istri Kecil Tuan Ju

Terlambat Lagi



Terlambat Lagi

0  "Menikah? Apa Mama gila? Aku baru berusia 17 tahun, bagaimana mungkin aku harus menikah terlebih dengan lelaki yang dua belas tahun lebih tua dariku". Ucap Qiara dengan nada kesal. Ia tidak habis pikir bagaimana Mama nya bisa memintanya untuk menikah.    
0

  "Qiaraa .... !". Suara teriakan dan gedoran pintu yang sangat kencang membuat gadis muda yang sedang sibuk dengan mimpinya itu terkejut.    

  "Ahhhh ... Kenapa berisik sekali?". Apakah itu suara Mama yang ingin memaksaku menikah?". Batin Qiara seraya mengucek-ngucek matanya.    

  "Qiaraaa ... Bangung sayang! Ini sudah siang, apa kamu tidak sekolah?". Teriak Mama sekali lagi sambil menggedor pintu.    

  "Sekolah? Mama menyuruhku sekolah? Bukannya tadi ia memintaku untuk menikahi lelaki tua? Hah, Apa aku tadi mimpi?". Ahhh ... Syukurlah kalau itu memang hanya mimpi. Amit-amit aku harus menikah di usia semuda ini. Gumam Qiara seraya menatap pintu yang terus di gedor oleh Mama nya.    

  "Qiaraaa ... Kalau kamu tidak buka pintu sekarang juga, maka Mama akan dobrak pintunya!". Teriak Mama sekali lagi karena Qiara belum juga menunjukkan respon.    

  "Ya Ma ... Ini Qiara sudah bangun". Sahut Qiara sambil menutup dirinya kembali dengan selimut.    

  "Cepatlah! Ini sudah mau jam 8, nanti kamu kesiangan". Ucap Mama lagi.    

  Mendengar perkataan Mama, Qiara langsung melempar selimutnya dengan tatapan yang membulat sempurna.    

  "Jam 8?". ucap Qiara, setelah itu ia melirik jam di ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 7:30. "Aaaa ... ". Qiara berteriak histeris karena ia sudah hampir terlambat. Setelah itu ia berlari ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi tanpa mandi.    

  Mendengar suara teriakan Qiara, Mama tersenyum karena ia tahu kalau putrinya yang sangat susah diatur itu sudah sadar. Setelah itu, ia meninggalkan kamar Qiara menuju meja makan untuk menyiapkan Qiara sarapan meskipun ia tahu kalau Qiara lebih sering melewatkan sarapan kalau ia hampir terlambat.    

  "Mama, Qiara berangkat dulu!". Ucap Qiara dengan seragam dan dasi yang masih berantakan. "Sayang, kenapa penampilanmu acak-acakan begini? Nanti kamu di tertawakan oleh temanmu lagi!". Kata Mama seraya membantu Qiara memperbaiki dasinya.    

  "Udah terlambat Ma". Ucap Qiara seraya berlari setelah memasang sepatunya. Mama hanya menarik nafas dalam melihat kelakuan putrinya.    

  "Ya Allah, kapan putri hamba bisa berubah menjadi gadis manis yang rapi, sopan dan tidak terlambat seperti kakak nya?". Batin Mama sembari menatap kearah putrinya yang sudah meninggalkan rumah nya dengan berlari kencang.    

  Waktu terus berjalan, Qiara akhirnya sampai di sekolahnya.    

  Seorang pedagang yang tidak jauh dari sekolah, menggelengkan kepalanya ketika memperhatikan gadis berpakaian SMA dengan rambut di kuncir kuda agak berantakan karena belum sempat di sisir akibat bangun kesiangan sedang memanjat dinding belakang sekolah dan itu sudah kesekian kalinya dia lihat. Meski begitu ia tidak tertarik untuk melaporkannya ke satpam sekolah.    

  "Mampus!". Qiara menepuk jidatnya saat sudah melewati dinding, ia melihat anak-anak sudah tidak berkeliaran lagi, menandakan kelas sudah dimulai.     

  "Ahhh ... Aku sudah terlambat banget, mana hari ini jadwal pelajarannya pak kumis lagi, guru matematika yang killernya minta di bawakan golok". Lanjut Qiara dengan ekspresi yang buruk.    

  Namun bukan Qiara namanya jika dia tidak punya akal. Ia tiba-tiba tersenyum dan dengan langkah pelan sambil berjinjit, Qiara berjalan menelusuri lorong kelas yang sepi, sesekali matanya yang tajam menyala melirik ke kanan dan kiri. Qiara mengendap-endap masuk dan berlari -lari kecil di lorong kelas sambil membungkuk agar tidak kelihatan oleh kelas lainnya.    

  Sesaat kemudian Qiara berhasil sampai di kelasnya tanpa ada yang tau, dengan pelan Qiara membuka pintu kelas yang setengah tertutup itu. Ia melihat pak Rahmat sedang sibuk menulis di papan dan itu kesempatan emas bagi Qiara untuk masuk.    

  "Serius sekali si kumis, kesempatan emas ini". Batin Qiara seraya masuk ke kelas dengan pelan.    

  Dengan bantuan gengnya, Qiara berhasil menuju tempat duduknya. Akan tetapi Ia lupa kalau di dalam kelasnya, ada ketua kelas yang reseknya kebangetan bagi Qiara. Ia adalah Qiano Rapasya.    

  Melihat Qiara hampir duduk, Qiano tersenyum licik setelah itu ia mencari perhatian pak Rahmat agar menengok ke belakang.    

  "Khem, pak ada yang terlambat lagi!". Ucap Qiano sambil menggaruk lehernya.    

  Mendengar laporan Qiano, Qiara langsung terkejut dan mematung sambil melotot kearah depan. Setelah itu ia melirik Qiano dengan tajam. Melihat ekspresi Qiara, Qiano menutup mulutnya dan tersenyum yang diikuti oleh teman-temannya. Mereka memang tidak berani cari masalah dengan Qiara tapi selama ada Qiano mereka merasa aman.    

  Pak Rahmat berbalik dengan tatapan tajam. Menemukan kalau itu Qiara lagi, kumis pak Rahmat langsung bergetar naik, seketika itu ekspresinya semakin gelap.    

  "Qiaraaaa ... !!". Teriak Pak Rahmat dengan suara berat yang mengerikan.    

  Semua siswa dan siswi di kelas itu langsung menutup telinga mereka saking kencengnya suara teriakan pak Rahmat termasuk Qiara, meskipun ia sudah sering mendengar teriakan itu.    

  "Kamu lagi dan kamu lagi! Apakah kamu tidak bosan hah?". Lanjut pak Rahmat.    

  Bukannya menjawab Pak Rahmat, Qiara malah menatap Qiano dengan sinis. Langsung saja tatapan mereka beradu seakan petir menyambar. Perang mata diantara merekapun berlangsung dan pemandangan itu membuat teman-temannya bergidik ngeri.    

  "Dasar racun! Aku akan membuat hidupmu sengsara! Awas kamu cecunguk Qiano, kamu tidak akan aku biarkan hidup tenang. Aaaa ...". Batin Qiara yang sudah mulai meronta-ronta untuk mencincang habis Qiano.    

  "Qiaraaaa ... !! Apa kamu mendengarkanku?". sekali lagi Pak Rahmat berteriak karena merasa Qiara sudah mengabaikannya.    

  Qiara langsung berbalik menghadap pak Rahmat sambil menunduk dan memainkan dramanya seperti biasa.


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.