Istri Kecil Tuan Ju

Marah.



Marah.

0"Sepertinya mereka sudah tidur." Kata Nyonya Sarah karena belum ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah yang akan membukakan pintu untuk mereka.      
0

"Aku rasa belum. Karena gerbang belum ditutup. Aku kenal banget dengan paman dan bibiku. Mereka tidak mungkin tidur sebelum memastikan gerbang dan pintu terkunci rapat." Kata Qiara dengan yakin.     

"Kalau begitu kamu pencet lagi! "     

"Iya." Qiara pun memencet bel untuk yang ketiga kalinya.      

"Tunggu sebentar!"     

Qiara tersenyum kearah Nyonya Sarah ketika mendengar suara bibinya dari dalam rumah.      

Sesaat Kemudian.      

"Qiara?" Bibi Qiara terkejut melihat siapa orang yang berada di balik pintu. Seketika itu ia menyesal membuka pintu tanpa memeriksa terlebih dahulu dari Jendela.     

'Sialan ... Kenapa aku tidak memeriksa lebih dulu sebelum buka pintu. Bagaimana kalau Qiara tahu tentang ibunya?' Batin Bibi Qiara.     

"Selamat malam Bibi! Maaf karena aku datang tanpa memberitahu terlebih dahulu." Kata Qiara dengan suara yang lembut.      

Bibi Qiara menelan ludahnya dalam-dalam. Tersirat jelas di raut wajahnya kalau dia sedang ketakutan dan khawatir.      

"Harusnya kamu telpon lebih dulu agar kami bisa menyambut mu." Kata Bibi Qiara sembari melirik Nyonya Sarah dan Julian yang baru saja datang sambil menggendong Zio.      

....     

"Mereka siapa?" Tanya Bibi Qiara sebelum memberikan kesempatan kepada Qiara untuk bicara lagi.      

Dengan bangga Qiara berkata, " Aku datang bersama Ibu mertuaku, suamiku dan anakku. Mereka ingin bertemu ibuku."      

Mata Bibi Qiara membulat sempurna karena terkejut. Ia tidak tahu kalau Qiara sudah menikah karena waktu Qiara menikah, dia dan suaminya sengaja tidak diberitahu atas permintaan Qiara.      

"Kapan kamu menikah?"      

"Enam tahun yang lalu." Jawab Qiara tanpa ragu.      

Bibi Qiara semakin terkejut.     

"Kamu .... "     

"Tidak bisakah Bibi mempersilahkan kami masuk dulu lalu bertanya lagi?" Kata Julian menyela perkataan Bibi Qiara.     

"Betul itu. Apakah Ibuku sudah tidur?" Ucap Qiara sembari mengintip ke dalam.     

Bibi Qiara tampak gugup. Ia ragu untuk mempersilahkan Qiara masuk. Seketika itu Qiara dan Julian menjadi curiga.     

"Kenapa Bibi diam saja? " Tanya Qiara.     

"Aku ... "     

"Sayang ... Siapa di luar?"     

Bibi Qiara terkejut saat mendengar suara suaminya dari dalam rumah.     

"Apakah itu Paman?" Tanya Qiara lagi dengan tatapan menyelidik.     

"Iya. Kami sedang menonton TV." Jawab Bibi Qiara dengan gugup.     

"Lalu, dimana Ibuku?" Ekspresi Qiara mulai gelap karena ia merasa ada yang aneh dengan Bibinya.     

"Dia ... " Bibi Qiara sangat gelisah sehingga suara nya tidak bisa keluar dengan lancar.     

Tanpa bertanya lagi, Qiara menerobos masuk. Seketika itu mereka terkejut.     

Julian tahu kalau istrinya sedang tidak tenang. Oleh karena itu ia membiarkannya melalukan apapun yang ia mau walaupun itu tidak sopan.     

"Qiara ... Mau kemana kamu?" Teriak Bibinya sembari mengejar Qiara yang sudah masuk.     

"Qiara ...?" Paman Qiara yang sedang duduk santai menonton Televisi langsung terkejut saat melihat sosok Qiara dengan ekspresi yang mengerikan.     

"Dimana ibuku?" Tanya Qiara dengan ketus tanpa memperdulikan sikap tidak sopan nya.     

"Qiara ... Jangan kurang ajar kamu! Sopan lah sama pamanmu!" Kata Bibi Qiara setelah ia berdiri di samping suaminya.     

Qiara tersenyum kecut. Ia bisa merasakan hal yang tidak wajah di rumah itu.     

"Sebelum aku menghancurkan rumah kalian, sebaiknya kalian katakan dimana ibuku!" Ucap Qiara dengan suara yang berat dan mendominasi.     

Bibi dan Paman Qiara saling pandang dengan cemas. Mereka tahu siapa Qiara. Gadis kecil yang dulunya mereka benci karena suka bikin ulah sekarang tubuh dewasa. Namun, sikapnya masih sama seperti dulu.     

"Bibi Renata ada di gudang!" Kata seorang gadis remaja yang baru saja keluar kamarnya. Dia adalah Grace, anak dari Bibi dan Paman Qiara.     

Grace sangat tidak suka dengan sikap orang tuanya pada Renata. Tapi, dia tidak bisa berbuat apapun untuk menolongnya selain menjadi penonton. Oleh karena itu ia memberanikan diri untuk keluar memberitahu Qiara walaupun ia tahu akibatnya.     

"Grace ... Apa yang kamu lakukan? Anak nakal!" Teriak Bibi Qiara sembari memberikan tatapan tajam pada Grace.     

Seketika itu Grace menunduk karena ketakutan.     

Sementara itu, ekspresi Qiara  semakin gelap. Ia mengepalkan tangannya karena amarahnya mulai memuncak.     

Julian dan Sarah muka khawatir pada Qiara. Namun, diwaktu yang sama mereka juga penasaran dengan kondisi Renata.     

Setelah menarik nafas, Qiara berjalan kearah Grace.     

"Angkat wajahmu!" Kata Qiara dengan suara yang mengerikan.     

"Grece cepat masuk atau kamu mau Mama pukul!" Teriak Bibi Qiara yang sangat khawatir jika Grace menceritakan semuanya.     

Seketika itu Grace gemetaran. Ia tahu bagaimana sakitnya di pukuli karena setiap ia membuat kesalahan ia selalu di pukul oleh ibunya.     

"Jangan takut! Aku akan menolongmu dan menjamin kebebasan mu asalkan kamu ceritakan semuanya padaku! Jadi, angkat kepalamu sekarang juga!" Kata Qiara dengan suara yang sedikit meninggi.     

Dengan ragu Grace mengangkat kepalanya lalu menetap Qiara.     

"Bibi di kurung di gudang karena Bibi tidak sengaja memecahkan piring kesayangan Mama waktu dia sedang mencucinya. Bibi belum makan sejak siang tadi." Kata Grace.     

Ekspresi Qiara semakin gelap. Tanpa mengatakan apapun, Qiara langsung lari menuju gudang karena ia tahu letak gudang itu.     

Paman dan Bibi Qiara ketakutan. Ia ingin marah pada anaknya tapi semua sudah terlanjur. Kini dia hanya bisa berharap pengampunan dari Qiara.     

"Papa ... " Zio terbangun mendengar keributan itu. Ia menatap bingung kearah Papa nya yang sedang cemas itu.     

"Kamu sama nenek dulu! Papa mau jemput Mama dan nenek Renata!" Kata Julian sembari menyerahkan Zio kepada Sarah.     

Untungnya Zio terbangun sehingga Sarah tidak perlu menggendong nya.     

Setelah itu, Julian segera menyusul Qiara dengan mengikuti paman dan Bibi Qiara yang juga menyusul Qiara ke gudang.      

Sarah membawa Zio kembali ke mobil karena dia tidak ingin cucunya menyaksikan hal yang tidak harus ia lihat.     

Gudang.     

Tidak lama kemudian, Qiara mendobrak pintu gudang dengan kakinya. Seketika itu pintu gudang terbuka.     

"Mama ... " Qiara berlari menghampiri ibunya yang sedang tertidur di atas karpet tipis yang kotor.     

"Mama ... " Qiara berusaha membangunkan ibunya. Akan tetapi, Renata tidak juga bangun.     

Qiara semakin panik saat ia menyadari kalau tubuh Renata panas.     

"Mama ... Bangun! Qiara sudah datang, jadi bangunlah!" Qiara menangis sambil berusaha menyadarkan ibunya.      

Tepat saat itu, Paman dan bibinya datang bersamaan dengan Julian.     

Bibi Qiara terkejut sekaligus takut melihat Renata terbaring lemah dalam pelukan Qiara.     

"Bagaimana ini?" Bisik Bibi Qiara pada suaminya dengan gemetaran.     

"Tenanglah!  Kakak Renata pasti baik-baik saja!"     

Bibi Renata sedikit lebih tenang setelah mendengar perkataan suaminya.     

"Sebaiknya kita bawa Mama ke rumah sakit sebelum terlambat!" Kata Julian.     

Qiara pun mengangguk dan membiarkan Julian menggendong ibunya.     

Setelah itu mereka berdua bergegas keluar dari gudang. Namun, Qiara berhenti di depan paman dan Bibinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.