Istri Kecil Tuan Ju

Sangat Bahagia



Sangat Bahagia

0Yang tersisa di pesta itu hanyalah  keluarga  Gabriel, rekan kerja, tetangga dan teman-tekan kakak Gabriel yang semua teman itu mengenal  Qiano.      
0

"Terimakasih sudah menghadiri acara pernikahan yang terkesan mengejutkan ini. Semua karena sahabatku yang rela mengorbankan maka baik nya untuk memberikan aku kejutan. Dia membuat pesta dengan menulis namanya dan seorang perempuan. Padahal ia mempersiapkan pernikahan ini untukku. Dia juga mendatangkan pacarku secara diam-diam." Kata Qiano setelah mereka selesai mengucap janji suci pernikahan.     

Rena hanya tersenyum sambil memeluk erat lengan Qiano. Karena ia takut kalau ini hanya mimpi.      

Kakak serta orang tua Gabriel merasa lega dan terselamatkan mendengar kata-kata Qiano.      

Semua orang pun langsung memberikan tepuk tangan dan memuji kakak Gabriel yang baik hati.      

Walaupun hati kakak Gabriel sakit karena sebuah pengkhianatan. Tapi, ia tetap menunjukkan sikap bahagia untuk pernikahan sahabatnya itu.      

Beberapa Jam Kemudian.     

Pesta berakhir dengan sangat baik. Semua tamu pun pulang dengan gembira.      

Qiano dan Rena segera mengganti pakaian mereka karena Qiano ingin membawa Rena pulang ke rumah keluarganya.     

"Terimakasih sudah membantu menyelamatkan kehormatan keluarga kami! Aku tahu kalau kamu belum mau menikah. Tapi, kamu rela berkorban demi kami." Kata Ibu Gabriel sambil memegang tangan Qiano.     

"Aku tidak menyesal melakukan ini karena wanita yang aku nikahi adalah wanita yang aku cintai. Walaupun keluarga kami tidak bisa menyaksikan, tapi kami tetap bahagia. Jadi, Bibi tidak perlu berterimakasih!" Kata Qiano.     

Hati Rena berbunga-bunga mendengar ungkapan cinta Qiano untuk pertama kalinya.      

'Aku masih tidak percaya kalau sekarang aku adalah istri Qiano. Penantian selama sekian tahun akhirnya berakhir indah. Ibu ... Anakmu sudah menikah. 'Batin Rena.      

...     

Tepat saat itu, bayangan Tuan Jhosep terlintas di pikiran Rena. Bagaimana pun juga dia adalah ayahnya. Tapi, ia segera menepis bayangan itu dan berpikir kalau dia tidak perlu memberitahu Tuan Jhosep tentang pernikahan nya itu.     

Sekarang dia sudah punya suami. Ia pun berharap agar Virsen tidak mengganggu hidupnya lagi.      

Setelah bicara dengan orang tua Gabriel. Qiano pun memeluk sahabatnya.     

"Aku tahu kamu adalah lelaki yang kuat.  Oleh karena itu kamu pasti bisa melalui semua ini. Semoga kelak kamu menemukan wanita yang jauh lebih baik dari wanita yang meninggalkan kamu pergi. Tapi, aku bisa pastikan dia akan menyesal telah meninggalkan kamu." Kata Qiano yang mencoba menyemangati sahabatnya.     

"Terimakasih! Sekali lagi  selamat atas pernikahan mu! Semoga kalian bahagia!" Ucap kakak Gabriel dengan tulus.      

Qiano mengangguk sambil tersenyum.     

"Bos ... Selamat menempuh hidup baru! Aku akan tinggal disini beberapa hari. Apakah bos mengizinkan?" Ucap Gabriel.     

"Aku berikan kamu libur satu bulan karena aku akan bulan madu bersama suamiku. "Ujar  Rena sambil memeluk Qiano.      

"Terimakasih bos! Semoga cepat punya anak!"Gabriel tersenyum lebar setelah mengucapkan itu.      

"Terimakasih atas do'a nya. Kalau begitu kami pamit dulu!" Kata Qiano yang sudah tidak bisa menahan malu melihat tingkah Rena yang manja di depan orang banyak.      

"Hati-hati di jalan!"      

"Iya."      

Setelah itu Rena dan Qiano meninggalkan rumah Gabriel sambil bergandengan.      

Di tengah jalan, Rena tidak bosan-bosannya menatap Qiano yang sedang fokus menyetir.     

"Kamu kenapa?" Tanya Qiano tanpa melirik Rena.     

"Tidak apa-apa. Aku merasa malam ini sangat indah dan cocok untuk membuat anak." Jawab Rena.     

"Ukhuk ... Ukhuk ... " Qiano langsung terbatuk dan gugup.      

Qiano tidak menyangka kalau Rena akan membicarakan hal yang tidak seharusnya di ucapkan oleh perempuan duluan.     

"Kamu kenapa terbatuk begitu? Apakah tenggorokan mu sakit?" Tanya Rena dengan cemas.     

"Sebaiknya kamu istirahat! Karena perjalanan menuju rumah orang tuaku masih jauh. Sekian itu, kita harus mengambil surat nikah kita besok sebelum kembali ke kota A. " Kata Qiano mengalihkan pembicaraan.     

Mendengar Qiano menyebutkan surat nikah. Hati Rena sangat  bahagia sehingga ia ingin sekali berjingkrak-jingkrak untuk mengekspresikan rasa bahagia nya.      

Tapi, ia berusaha mengontrol dirinya agar Qiano tidak risih berada di sampingnya. Ia juga memiliki banyak pertanyaan untuk Qiano.      

"Baiklah, aku akan tidur sebentar karena aku sangat lelah. Perjalan dari kita A pagi tadi sungguh melelahkan karena sangat jauh." Ucap Rena dengan manja.      

"Baiklah, kamu tidur saja! Nanti kalau sudah sampai aku akan membangun kamu!"      

"Iya suamiku." Rena tersenyum lalu memejamkan matanya.      

Sejujurnya Qiano senang mendengar Rena memanggilnya suami. Tapi, ia berusaha untuk menyembunyikan rasa senangnya untuk menjaga gengsi nya.     

'Takdir sangat misterius. Dia menyatakan seseorang dengan cara yang unik. Siapa yang menduga kalau hari ini aku menghadiri pernikahan ku sendiri. Aku harap, ini adalah keputusan terbaik. Dan aku akhirnya bisa melepaskan Qiara lalu fokus mencintai Rena yang sudah lama mencintai ku.'Batin Qiano.      

Setelah membatin, Qiano kembali fokus menyetir.     

Di waktu yang sama. Qiara dan Julian baru saja sampai di rumah paman Qiara.      

Mereka sampai di malam hari karena di tengah jalan Qiara meminta Julian Istirahat di salah satu penginapan paling bagus dan nyaman yang ada di kota B.      

"Apakah Ibumu tinggal di rumah yang sederhana ini?" Tanya Nyonya Sarah dengan heran.      

"Iya. Aku tidak punya pilihan selain menitip Mama disini. Karena rumah lama kami terpaksa kami jual untuk menutup hutang." Jawab Qiara dengan sedih.      

"Maafkan aku! " Kata Julian yang merasa bersalah karena ia tidak berhasil memberikan hak berupa uang dan aset untuk Qiara setelah bercerai.     

"Kamu tidak perlu minta maaf! Semua sudah berlalu!" ujar Qiara sambil tersenyum.     

Nyonya Sarah merasa bangga melihat Qiara sudah tumbuh dewasa.      

"Sekarang kita sebaiknya jemput Mama kamu. Karena aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengannya. Tapi, kenapa rumah ini sangat sepi? " Kata Nyonya Sarah sambil memperhatikan rumah sederhana itu setelah menurunkan kaca mobil.     

Qiara langsung memeriksa jam di ponselnya.     

"Ini sudah jam sepuluh malam. Kemungkinan mereka sudah tidur. Ini salahku karena aku lupa memberitahu mereka kalau kita akan datang." Kata Qiara dengan perasaan menyesal.     

"Dari pada kita menduga-duga, sebaiknya kita keluar sekarang. Semoga mereka belum tidur. " Kata Julian sembari melirik Qiara dari kaca sepion.     

"Kamu benar. Kalau begitu ayo kita keluar!" Kata Nyonya Sarah.      

"Kalian duluan saja karena aku harus menggendong Zio. Aku tidak tega membangunkan nya."      

"Iya." Setelah itu Qiara dan Nyonya Sarah keluar bersamaan.      

Mereka berdua langsung berjalan menuju  gerbang. Untungnya gerbang itu belum di tutup sehingga Qiara dan Nyonya Sarah bisa melewati gerbang lalu berjalan menghampiri pintu utama.      

Qiara memencet bel dua kali dengan perasaan yang tiba-tiba tidak tenang.     

"Sepertinya mereka sudah tidur." Kata Nyonya Sarah karena belum ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah yang akan membukakan pintu untuk mereka.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.