Istri Kecil Tuan Ju

Takut Kehilangan



Takut Kehilangan

0Setelah itu mereka berdua bergegas keluar dari gudang. Namun, Qiara berhenti di depan paman dan Bibinya.     
0

"Apa salah Mamaku pada kalian? Kenapa kalian memperlakukan dia seperti ini? Bukankah dia adalah kakak kandung paman?  Apakah uang yang aku kirim kurang? Bukankah  Mama ku tinggal di rumah kalian tidak gratis?  Selama ini kalian mengatakan Mama sehat dan baik-baik saja. Tapi, ternyata kalian membohongi ku! Kali ini aku tidak akan mentolerir perbuatan kalian seperti dulu lagi. Aku akan pastikan kalau kalian akan membayar apa yang sudah kalian perbuat kepada Mama ku. Ingat itu!" Setelah mengatakan itu, Qiara segera pergi menyusul Julian.     

"Perempuan sialan itu mengancam kita. Bagaimana ini?" Bibi Qiara benar-benar takut karena ia sudah melakukan banyak hal buruk pada Renata selama ia tinggal di rumah nya.     

"Dia tidak akan bisa melakukan apapun tanpa bukti. Jadi, tenanglah! Sekarang, kita kembali istirahat dan biarkan mereka mengurus  kakak Renata!"Kata Paman Qiara yang berusaha menenangkan hati istrinya.      

Bibi Qiara pun mengangguk. Ia percaya apa yang dikatakan suaminya. Setelah itu mereka berdua kembali ke kamar dan melupakan kejadian malam ini. Walaupun sebenarnya hati mereka diliputi kecemasan akan ancaman Qiara.     

Di malam yang sama. Kevin pulang ke rumahnya dengan perasaan yang rumit.     

"Papa ... "     

Suara kecil yang menggemaskan itu terdengar indah di telinga Kevin. Ia lalu menatap Gavin yang menyambutnya pulang  sambil tersenyum.     

"Anak Papa belum tidur?" Tanya Kevin setelah ia menyamakan tingginya dengan  Gavin.     

"Aku baru saja bicara dengan Tante Agatha. Katanya, aku harus memastikan Papa pulang dengan selamat." Jawab Gavin dengan polosnya.     

Hati Kevin tersentuh. Selama ini tidak ada yang memberikan perhatian semanis ini padanya. Walaupun Agatha jauh, tapi ia bisa merasakan hangatnya perhatian itu.     

"Sebaiknya kamu istirahat saja! Papa akan menelpon Tante Agatha untuk memberitahunya kalau Papa sudah pulang dengan selamat." Ucap Kevin sembari membawa Gavin ke gedongan nya.     

Gavin pun langsung mematuhi perintah Kevin tanpa banyak kata.     

Kamar Gavin.     

Setelah sampai di kamar Gavin, Kevin merebahkan tubuh kecil yang lembut dan menggemaskan itu di ranjangnya yang lucu.     

"Papa ... "     

"Ada apa? " Tanya Kevin setelah merapikan selimut Gavin.     

Kevin duduk sambil menatap wajah Gavin yang selalu mampu menbuat rasa lelahnya hilang.      

"Apakah Papa tidak rindu Tante Agatha?" Tanya Gavin.     

Kevin terdiam sesaat. Ia baru ingat kalau ia sudah lama tidak melihat Agatha. Selain itu ia juga belum bicara dengannya dalan beberapa minggu ini.      

"Bagaimana denganmu?" Tanya Kevin balik.     

"Aku sangat merindukan Tante Agatha. Setiap malam ia sering membacakan cerita untukku. Tidak hanya itu, ia juga membuatkan makanan yang enak dan menemaniku bermain. Aku merasa memiliki ibu jika bersamanya." Jawab Gavin dengan Ekspresi yang sendu.      

Kevin terdiam sambil mengamati wajah sedih Gavin. Seketika itu ia merasa bersalah karena ia sudah membiarkan Gavin hidup tanpa ibu. Bahkan saat ia tahu siapa ibu kandung Gavin, ia masih belum bisa memberitahu nya karena terlalu takut kehilangan Gavin.     

'Gavin ... Maafkan Papa karena Papa belum bisa memberitahu kamu tentang siapa orang tuamu yang sebenarnya. Papa terlalu takut kehilangan kamu. Nathan pasti merebut mu dari Papa jika ia tahu kamu anaknya. Bahkan, Tante Agatha akan membenci Papa jika dia tahu tentang kamu. 'Batin Kevin sambil menunduk     

"Papa ..."     

Suara lembut Gavin menyadarkan Kevin dari lamunannya.     

"Ada apa lagi sayang? Kenapa belum tidur?" Tanya Kevin dengan suara yang sedikit meninggi.      

"Aku ingin punya keluarga yang lengkap seperti Zio yang sudah berkumpul kembali dengan ibunya. Aku muak di ejek terus karena tidak memiliki Mama. " Jawab Gavin sambil menunduk sedih.     

Tanpa mengatakan apapun, Kevin membawa Gavin dalam pelukannya karena ia tahu bagaimana rasanya hidup tanpa orang tua.  Ia lebih tahu lagi bagaimana rasanya menjalani hari-hari tanpa adanya sosok ibu.     

"Kamu tenang saja! Papa akan berusaha mewujudkan impianmu. Tapi, kamu harus lebih sebar lagi! Gavin percaya Papa kan?" Kata Kevin sambil memeluk erat tubuh kecil Gavin.     

"Gavin percaya pada Papa. Tapi, Papa jangan memaksakan diri! Jika pun tidak bisa memiliki Mama, Gavin tidak apa-apa selama Gavin punya Papa. Gavin sayang ... Banget sama  Papa." Gavin benar-benar tulus mengatakan itu. Ia lalu membalas pelukan Kevin dengan kedua tangan kecilnya.     

Mendengar perkataan Gavin, Kevin tidak bisa menahan air matanya. Karena ia tidak percaya kalau selama ini dia membesarkan anak yang begitu pengertian dan sangat lembut. Kevin semakin takut kehilangan Gavin.      

"Sudah larut malam! Sebaiknya kamu segera tidur!" Kata Kevin setelah puas memeluk tubuh kecil yang lembut itu.      

"Iya. Papa jangan lupa telpon Tante Agatha!"     

"Iya. Papa akan menelpon nya setelah ini!'      

Gavin pun tersenyum. Setelah itu ia merebahkan tubuh kecilnya di ranjang lalu memejamkan matanya hang indah itu.     

Beberapa saat kemudian.     

Setelah memastikan Gavin tertidur, Kevin pun segera keluar dari kamar Gavin. Ia lalu berjalan menuju kamarnya.      

Kevin duduk di ranjangnya sambil menatap ponselnya. Ia lalu mencari nomer Agatha.     

Setelah nomer Agatha muncul, Kevin malah terdiam menatap nomor itu. Ada keraguan di hatinya.     

'Sebaiknya aku mandi dulu, setelah itu aku akan bicara dengannya. ' Batin Kevin sembari meletakkan ponselnya di meja kecil samping ranjangnya.      

Setelah itu, Kevin segera berjalan menuju kamar mandi.      

London.     

Di waktu yang sama. Agatha baru saja keluar dari sebuah toko sambil membawa beberapa kantung makanan ringan.     

Tepat saat itu, hujan turun, seketika itu Agatha mulai merasa khawatir  ketinggalan bus terakhir karena di wilayah itu tidak ada Taxi yang lewat.  Yang lebih parahnya lagi ia tidak membawa ponsel nya.      

Oleh karena itu, Agatha nekat menerobos hujan. Seketika itu hujan yang deras menerpa wajahnya, Agatha  hampir tidak bisa membuka matanya.     

Tiba-tiba, cahaya menyilaukan menusuk matanya.      

"Ciiitt ..." Sebuah mobil berwarna hitam  tiba-tiba berhenti, membuat suara decitan rem yang tajam! Cahaya yang menyilaukan mata membuat Agatha  tidak bisa membuka matanya, sebelum ia sempat bereaksi, dia sudah tertabrak dan jatuh ke tanah!     

Merasakan rasa sakit di lutut dan lengannya, Agatha mencoba untuk menopang dirinya sendiri dan ingin berdiri, tapi dia malah kembali terjatuh ke tanah.     

"Nona ... Apa kamu sedang mencari mati?" Tanya seorang lelaki yang baru saja keluar dari mobil itu.     

Agatha merasa kesal karena ia tidak salah. Sebab ia masih ingat kalau ia lewat saat lampu merah masih menyala.     

"Siapa yang mencari mati? Bukankah tuan yang salah karena tuan sudah  menerobos lampu merah?" Agatha marah hingga gemetar.     

"Kamu yang tidak punya mata. Menyebrang sembarangan malah menyalahkan orang lain. Atau kamu sengaja melakukannya? Perempuan jaman sekarang terlalu licik." Kata lelaki itu dengan sinis.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.