Istri Kecil Tuan Ju

Menggemaskan.



Menggemaskan.

0"Julian ... Kamu sudah merusak lipstik ku. Kenapa kamu tidak tahu aturan? Bagaimana kalau Zio masuk dan melihat kita. Sangat tidak pantas. " Ucap Qiara dengan pipi yang memerah.     
0

"Ini kesalahan mu. Kenapa kamu masuk ke dalam rumah lagi sendirian. Padahal aku sudah memintamu untuk menunggu di mobil. Apakah tabrakan tadi sudah kamu rencanakan?" Bisik Julian sembari tersenyum.     

Qiara menarik nafas dalam. Setelah itu ia mendorong tubuh Julian dengan sekuat tenaga sehingga Julian langsung melepas pelukannya.     

"Tuan Ju, pikiran anda sungguh kotor. Bagaimana mungkin aku menggunakan trik murahan seperti itu untuk mendapatkan ciuman mu? Tanpa aku melakukannya pun anda pasti nyosor duluan." Kata Qiara sembari mencubit Julian.     

"Baiklah, aku minta maaf! Sekarang kita segera keluar karena Zio dan Mama sudah menunggu kita."      

"Iya. "      

Setelah itu Julian dan Qiara keluar dari rumah bersamaan.      

"Zio ... Apakah kamu sudah siap untuk bertemu dengan nenek?" Tanya Julian sembari melirik Zio yang duduk dengan tenang di sampingnya.      

"Aku tidak mau bicara dengan Papa!" Zio memalingkan wajahnya dari Julian karena dia masih belum mau memaafkan Julian.     

Qiara dan Sarah yang duduk di belakang langsung tersenyum melihat sikap menggemaskan Zio.     

"Jadi, kamu belum bisa memaafkan Papa?" Tanya Julian dengan cemberut.      

Zio menarik nafas dalam. Setelah itu ia menoleh sembari berkata," Tuan Julian ... Kapan kita akan berangkat?"     

"Hahaha ... " Qiara dan Sarah tidak bisa menahan tawa mereka melihat interaksi dua lelaki di depan mereka itu.      

Julian melirik Qiara dengan cemberut.     

"Jangan mengadu padaku! Sebaiknya kamu jalankan saja mobilnya agar kita cepat sampai." Kata  Qiara setelah ia selesai tertawa.      

"Lelaki tukang ngadu. Khem ... " Zio benar-benar mengejek Julian tanpa henti. Ia menjulurkan lidahnya lalu memalingkan wajahnya dari Julian.     

"Baiklah, kita akan berangkat sekarang!" Setelah itu Julian menjalankan mobilnya sembari tersenyum karena ia bisa merasakan bahagia yang sesungguhnya saat bersama keluarganya. Walaupun di hatinya masih sakit karena ulah Papa nya.     

Tidak lama setelah itu, mobil Julian sudah keluar dari rumah dah melaju dengan kecepatan yang stabil.     

Sepanjang perjalanan, Nyonya Sarah terus menatap bagian punggung Julian. Hatinya masih sangat sakit mengingat Julian bukan anak kandungnya.      

'Kenapa harus Julian? Dia anakku yang paling berbakti padaku dan tidak pernah mengecewakan aku. Dari bayi aku merawatnya hingga dewasa. Sungguh aku tidak akan sanggup kehilangan dia. Apapun yang terjadi, Julian tetap anak kandungku. Aku rela menukarnya dengan apapun asalkan dia tetap menjadi anakku. Tapi, bagaimana kalau keluarga aslinya mengambilnya? 'Batin Sarah sambil meneteskan air mata.      

Qiara  mulai cemas saat melihat ibu mertuanya itu menangis.      

"Ada apa dengan Mama? Apakah ada yang salah?" Tanya Qiara sembari memegang tangan Sarah.     

Seketika itu Sarah segera menyeka air matanya.      

"Aku tidak apa-apa. Aku hanya terharu melihat kebahagiaan kalian. Mama berharap akan selamanya kalian seperti ini." Jawab Sarah sambil memaksakan senyumannya.      

Tepat saat itu, ponselnya berbunyi. Sarah langsung melihat ID pemanggil.     

"Siapa?" Tanya Qiara.     

"Papa mu!" Jawab Sarah sembari mengabaikan panggilan itu.     

"Kenapa tidak diangkat?"     

"Biarkan Papa mu merenung atas semua kesalahan nya. Mama tidak ingin bicara dengannya. " Setelah itu Sarah mematikan ponselnya karena ia sangat kecewa.      

Jika kemarin dia bertahan karena anak-anaknya, sekarang dia sudah tidak sanggup karena suami yang di cintai nya telah berbohong soal kematian anak kandungnya dan menukar dengan Julian yang tidak ia ketahui anak siapa.     

Qiara merangkul ibu mertuanya tanpa mengatakan apapun karena dia mengerti kalau Ibu mertuanya hanya butuh kehangatan bukan kata-kata.     

Rumah Keluarga Luan.     

Sementara itu di rumah Keluarga Luan. Sedang diadakan makan bersama semua keluarga dekat maupun jauh untuk merayakan kembali Monica di tengah-tengah keluarga.      

Kevin terpaksa meninggalkan Gavin di rumah karena ia belum siap memperkenalkan Gavin sebagai anaknya.     

"Apakah Tante  baik-baik saja?" Tanya Kevin tang baru saja datang.      

Kevin masih ingat bagaimana kondisi Monica ketika berada di rumahnya. Oleh karena itu ia khawatir.     

"Tante baik-baik saja! Kenapa kamu hanya datang sendirian? Kemana temanmu yang tadi pagi?" Jawab Monica.     

Kevin mengerutkan keningnya sambil menatap kakeknya yang sedari tadi memperhatikan anak perempuan satu-satunya itu.     

"Kenapa kamu diam? " Tanya Monica seolah tidak sabar ingin mengetahui keberadaan Maxwell.     

"Dia sibuk. Oleh karena itu ia tidak bisa datang. " Jawab Kevin.     

"Sayang sekali. Lain kali kamu ajak dia!" Kata Monica dengan penuh semangat.     

"Iya. " Kevin mengangguk dengan bingung karena ia merasa sikap Monica sedikit aneh pada Maxwell yang baru pertama kali ditemuinya.     

"Jangan ngobrol terus! Ayo kita makan!" Kata adik dari kakek Kevin yang bernama nenek Chloe.     

Mereka semua langsung mengangguk dan langsung menyantap makanan mereka.      

"Kita bersulang untuk kesehatan Monica yang cantik. Semoga dia sehat dan kembali bersinar seperti dulu." Kata nenek Chloe.      

Mereka semua langsung bersulang dengan bahagia.     

Monica adalah perempuan yang sangat terkenal di zamannya. Dia tidak hanya di kenal cantik tapi dia juga di kenal cerdas dengan segudang prestasi.      

Banyak lelaki yang tergila-gila padanya. Namun, dia malah menjatuhkan pilihannya kepada seorang dokter  yang bekerja di salah satu rumah sakit  terbaik di kota itu dibandingkan dengan pengusaha-pengusaha yang kaya raya.      

Monica sangat bersinar dengan kecantikan dan kariernya pada masa itu. Namun, semua itu hilang dalam sekejap saat keberadaannya tidak diketahui oleh siapapun.      

Walaupun begitu, ia tidak hilang dari ingatan fansnya . Karena dia desainer yang terbaik yang sangat terkenal hingga ke luar negeri. Seluruh karyanya yang tersisa  masih menduduki tingkat pencarian tertinggi dengan harga termahal.      

Dunia fashion masih menunggunya, namun Monica belum mau muncul dikarenakan mentalnya belum siap untuk melakukan banyak aktivitas di luar.     

Beberapa Saat kemudian.      

Setelah menyelesaikan makanannya mereka semua berkumpul di ruang keluarga.      

Tepat saat semuanya sedang asyik ngobrol. Tiba-tiba  Ponsel Kevin berbunyi.      

"Saya akan angkat telpon dulu!" Kata Kevin setelah melihat ID pemanggil.     

Mereka semua langsung mengangguk dan memberikan Kevin kesempatan untuk mengangkat telponnya.     

"Halo?" Sapa Kevin  setelah menggesernya Icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Kevin ... Kamu dimana?" Terdengar suara Aurel yang sedang kesal dari sebarang telpon.     

"Aku sedang ada acara keluarga. Ada apa?"      

"Ini masalah Liana. Kenapa kamu mengizinkannya libur hingga satu Minggu? Apa kamu sudah gila? Kita bisa rugi kalau menunda Shooting terlalu lama. Salain itu, kita baru saja mendapatkan undangan dari Grammy award karena kita mendapatkan beberapa nominasi. Termasuk Liana, dia masuk nominasi kategori pendatang wanita terbaik dan kita harus segera membahas ini." Kata Aurel.     

Kevin tersenyum karena ia akhirnya bisa membawa karya dan artis serta aktornya  masuk dalam nominasi di ajang bergengsi itu.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.