Istri Kecil Tuan Ju

Untuk Yang Kedua Kalinya



Untuk Yang Kedua Kalinya

0Yumi mengerutkan keningnya, karena ini kali kedua dia melihat Natan menjulurkan tangannya.      
0

Apakah ini sebuah keajaiban? Jika ia, Yumi tidak ingin menyia - nyiakan kesempatan itu walau hanya datang sekali ini saja.      

" Oke. "      

Setelah mengangguk, Yumi tersenyum dan meraih uluran tangan Natan. Dia berfikir menjadi teman Natan saja sudah terlalu berlebihan, jadi dia sangat bersyukur untuk itu.      

Natan adalah lelaki yang dia sukai sejak pertama Ospek hingga beberapa tahun setelahnya.      

Namun, dia tidak berani mendekat ketika banyak wanita mendekati Natan. Hari ini adalah hari yang akan dia kenang seumur hidupnya ketika Natan memegan tangannya.     

Setelah itu, Natan dan Yumi masuk ke ruangan Dokter.      

"Hallo Kakak Frans! "      

Mendengar suara itu, Frans langsung berbalik melihat orang memanggil namanya.      

Seketika itu ia menurunkan kaca matanya ketika ia merasa salah lihat. Karena Natan adalah orang yang paling benci bau rumah sakit. Terlebih dia heran ketika melihat siapa yang Natan bawa.      

"Jhonatan. .. Ada gerangan apa kamu kemari?" tanya Frans sambil kembali duduk si kursinya sehabis ia mencari beberapa file pasiennya di tempat berkas yang ada di belakang tempat duduknya.      

"Ohh... Aku kesini untuk meminta kakak mengobati tangan temanku. Aku fikir datang kepada kakak adalah hal yang tepat, karena kakak adalah dokter yang hebat. " Jawab Natan sambil tersenyum.      

"Dia kenapa? " Tanya Frans sambil melihat Yumi yang terlihat ketakutan dengan ekspresi Frans yang dingin.      

"Tanganya keinjak sama sepatu hak tinggi. Makanya terluka begitu. Kakak bisa bantu aku kan? "      

Natan mencoba yang terbaik dalam hal merayu Frans. Dia tau betul kalau kakak sepupunya itu adalah orang yang tidak tegaan.     

"Baiklah! Aku akan memeriksanya. " Sahut Frans setelah menarik nafas dalam.      

" Terimakasih kakak! Kamu memang yang terbaik bahkan lebih baik dari kakak ku. Heee... "      

Natan langsung memeluk Frans sebagai ungkapan terimakasih. Yumi merasa spesial karena bisa melihat Natan yang terlihat seperti anak kecil.      

Setelah itu, Frans pun mulai mengobati Yumi dengan teliti. Untuk sesaat Yumi berhasil memperhatikan manusia dingin dan jarang senyum itu. Ya, Frans adalah ketampanan yang tumbuh di musim salju karena kedinginannya.      

Sementaa itu, di rumah mewah Julian. Setelah mengadakan rapat secara online di ruang kerjannya, Julian baru mengingat kalau Qiara dan Lala masih ada di halaman belakang.      

'Ohh astaga... Aku sampai lupa. Bukankah Qiara dan Lala masih ada dihalaman belakang. Apa mereka masih membersihkan halaman?' Batin Julian seraya melirik pintu.      

Setelah membatin, Julian pun segera keluar dan menemui dua bocah itu. Dengan pelan Julian melangkah menuju halaman belakang rumah. Saat dia mengintip dari balik kelambu. Julian merasa bingung karena tidak menemukan Qiara dan Lala.      

'Dimana dua gadis nakal dan cerewet itu? Bukankah aku meminta mereka membersihkan halaman belakang rumah? Tapi, kenapa mereka tidak ada? ' Batin Julian seraya memutar matanya ke kiri dan ke kanan.      

Karena penasaran, Julian pun keluar dan mencari mereka. Seketika itu dia kaget saat menemukan Qiara dan Lala ketiduran di bawah pohon yang rindang dan tidak terlalu tinggi.      

'Ya ampun... Apakah aku terlalu lama? Mengapa mereka berdua bisa tiduran seperti ini? Bukankah mereka bermusuhan? Memang dua orang ini cocok dan tidak bisa di tebak. ' Batin Julian sambil tersenyum melihat Lala tidur di atas rumput dan berbantalkan paha Qiara. Sedangkan Qiara tidur sambil duduk dan bersandar di pohon.      

Setelah selesai senyum. Julian pun, langsung membuat panggilan kepada Jhonatan.      

Setelah lama mendengar bunyi tut.. Dari seberang telpon akhirnya mengangkat telponnya.      

"Hallo Kak? " Suara Jhonatan terdengar malas karena dia tau kalau tidak ada yang pernah baik setiap kali kakak nya nelpon.      

"Kamu dimana? " Tanya Julian dengan nada suara yang dingin.      

"Aku di Kliniknya kakak Frans. Emangnya ada apa kakak mencariku? " Jawab Jhonatan.      

"Apa kamu sakit? Tapi, bagaimana kamu bisa ada di sana? Bukankah kamu membenci bau obat rumah sakit? "     

Julian ingat betul bagaimana Jhonatan membenci rumah sakit saat dia masih berusia 10 tahun. Dia sangat takut sama jarum suntik.      

"Aku ada urusan yanng memaksaku harus datang. Sudahlah, kakak jangan bahas aku! Sekarang katakan apa yang kakak inginkan? " Kata Natan dengan malas. Bagi Natan, Julian tidak ada bedanya dengan Papa nya yang suka mengatur dan melarangnya, itu sebab dia tidak menyukai kakaknya.      

"Datanglah ke rumahku sekarang! Karena ada hal yang harus kamu lakukan. " Kata Julian sambil melihat Lala.      

'Sudah aku duga. Dia selalu menelponku pasti untuk memberikan pekerjaan padaku. Dasar kakak yang kejam. Aku ingin bilang tidak... ' Batin Natan berteriak ketika mendengar perintah Julian.      

"Aku tidak mau. Pasti ada istrimu di sana. Dan itu membuatku pusing dan ngeri. " Ucap Natan dengan ketus. Ia masih mengingat dan merasa ngeri ketika rambutnya di jambak oleh Qiara yang menurut nya, kalau tenaga Qiara itu setara dengan samson wati.      

"Aku akan kabulkan satu permintaanmu jika kamu datang. "      

Mendengar tawaran menarik itu. Mata Natan membulat sempurna. Dia tau betul kalau kakak nya adalah manusia yang suka membakar uang. Jadi, apapun dan semahal apapun yang dia minta, Julian pasti mengabulkannya.      

"Apa kakak tidak akan menyesal telah memberikan penawaran ini? " Tanya Natan untuk memastikan keseriusan. Kakaknya.      

"Kamu mengenal kakak mu. Jadi, cepatlah datang sebelum aku berubah fikiran?"      

"Oke. Aku akan segera kesana setelah pamitan dengan Kakak Frans. "      

" Oke. "     

Setelah kesepakatan terakhir di setujui. Julian pun langsung menutup telponnya.      

Tidak lama setelah itu, dia mengangkat tubuh kecil Lala, lalu dia segera membawanya ke kamar tamu.      

Setelah menidurkan Lala. Dia pun. Bergegas kembali ke halaman belakang untuk menjemput Qiara.      

Dia tidak tega membangunkan dua gadis itu, karena mereka pasti kecapek an setelah membersihkan halaman belakang yang cukup luas.      

Dengan pelan. Julian mengangkat tubuh Qiara. Setelah itu ia membawanya masuk ke kamar.      

Di dalam kamar. Julian merasa menyesal karena waktu dia membawa Qiara ke kantor. Dia tidak memperkenalkannya sebagai istri. Jadi, wajarlah dia dianggap anak kecil yang aneh.      

Waktu Qiara di bawa ke kantor oleh Julian. Mereka melewati lift pribadinya. Begitupun pas dia membawanya keluar.      

Qiara pun, butuh alamat saat diminta ke kantor Julian lagi karena sewaktu di bawa oleh Julian, dia tidak diberitahu jalannya, terlebih dia pingsan saat itu dan juga, dia belum hafal jalanan di kota A.      

Tidak lama setelah itu, Julian langsung menidurkan Qiara di ranjang mereka. Saking nyenyaknya, Qiara tidak bergerak sedikit pun. Atau sekedar menggeliat.      

Julian mengelus lembut dahi Qiara karena masih menyisakan keringat dingin setelah lelah membersihkan halamam belakang. Dia pun, dengan mengusap keringat itu dengan sapu tangannya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.