Istri Kecil Tuan Ju

Takut Salah Faham



Takut Salah Faham

0Tidak lama setelah itu muncul sosok lelaki tinggi menggunakan kemeja kotak - kotak dengan semua kancing yang terbuka dan daleman berwarna putih.      
0

Melihat lelaki itu senyum Rena langsung terlukis di wajahnya.      

"Qiano... ?"     

Ucap Rena sambil berjalan dengan pelan. Ekspresi dingin dengan tatapan tajam yang mempertegas betapa tampan dan cerdasnya dia, membuat Rena merasa ingin gila dan segera melemparkan diri padanya.      

"Kamu sangat berisik sehingga membuatku tidak konsentrasi. " Kata Qiano dengan ketus.      

"Hahah... Aku fikir kita jodoh. Terlebih kalau pernah tidur bersama bukan? Aku tidak bisa melupakannya, bagaimana denganmu? " Kata Rena dengan pipi yang memerah.      

Qiano langsung panik mendengar apa yang dikatakan Rena dangan santainya.      

"Apa? Kalian pernah tidur bersama? Bagaimana mungkin? "      

Rena cukup terkejut melihat Qiara tiba - tiba muncul di dekat Qiano.      

"Ra, ini tidak seperti yang kamu lihat, aku bisa jelaskan. " Kata Qiano dengan panik.      

Sebenarnya, Qiara dan Qiano tidak sengaja bertemu di atas gedung itu.Semua karena Qiara merasa stres dengan mata kuliah perhitungan. Qiano yang memang lebih suka menyendiri dan tidur di tempat sepi itu langsung nenawarkan diri untuk mengajari Qiara. Selain itu dia merasa senang karena bisa bertemu dengan Qiara lagi.      

"Ummm... Bukankah kamu adalah siswi baru jurusan seni kan? Kita satu fakultas. Kenapa kamu ada disini sama Qiano? Ohh iya, aku ingat, kamu temannya yang kemarin membawa Qiano pergi saat ku melukainya. "     

Rena menunjuk kepada Qiara dengan ekspresi heran.      

"Betul itu. Tapi, kakak tolong jelaskan pada saya tentang apa yang kakak katakan tadi!" jawab Qiara dengan ekspresi yang tidak enak dilihat.      

"Ohhh itu ... Memang benar kita sudah tidur bersama di kamarnya. Tapi, cuma beberapa menit saja lalu dia mengusirku. Namun, momen itu sangat bersejarah bagiku. " Jelas Rena sambil tersemyum geli.      

Mendengar jawaban Rena. Qiara langsung melirik Qiano, setelah itu ia pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. Ia berlari karena tidak ingin tertangkap oleh Qiano.      

Qiano mengepalkan tinjunya sambil menatap Rena yang tersenyum dengan tatapan sinis. Dia tidak menyangka kalau Rena akan seblak - blakan itu ketika bicara.      

Setelah menatap Rena, Qiano pun langsung menoleh kearah Qiara yang berlari.      

"Qiara ... "      

Teriak Qiano dengan kencang. Ia pun segera berlari mengejar Qiara karena tidak tenang dan takut Qiara akan salah faham.      

"Hei ... Berhenti di situ!"teriak Rena untuk menghentikan Qiano.      

Benar saja, Qiano pun berhenti di tempat tanpa mengatakan apapun. Melihat Qiano berhenti tanpa mengatakan apapun, Rena berjalan menghampirinya dengan tatapan yang lembut.      

"Kenap kamu harus mengejarnya? Apakah dia wanita yang kamu sukai? " Tanya Rena dengan menyelidik seraya menatap Qiano dari atas hingga bawah.      

Qiano tidak bergeming sedikit pun. Ia malah menatap aneh kearah Rena     

"Yaaa... Kenapa kamu diam saja? Apa karena aku pintar menebak perasaanmu? Atau, kamu terpesona padaku? " tanya Rena lagi.      

'Dasar gadis aneh ... Dia sudah membuatku dan Qiara seperti ini. Awas saja, jika Qiara marah, aku tidak akan memaafkanmya. 'Batin Qiano.      

Setelah membatin, Qiano pun melangkah kembali tanpa menghiraukan kata-kata Rena.      

"Yaaa ... Berhenti disitu! Jangan melangkah lagi! Kamu fikir mudah melarikan diri dariku?" teriak Rena dengan kesal karena Qiano hanya diam dan tidak menoleh sedikitpun.      

Qiano berjalan begitu saja meninggalkan Rena tanpa basa basi.     

"Qiano tunggu. Ada sesuatu yang ingin aku beritahukan kepadamu. Jadi, aku mohon berhentilah dulu!" Kata Rena yang berhasil mencegat Qiano.      

"Apa aku harus tau?" Tanya Qiano sambil menatap kosong kearah Rena tanpa ekspresi.      

Mendengar pertanyaan Qiano, ekspresi Rena menjadi jatuh. Dia tidak menyangka akan sesulit ini untuk mendekati Qiano. Ia fikir setelah ciuman malam itu, ia akan menjadi lebih dekat lagi dengan Qiano. Nyatanya, ia salah besar, justru Qiano semakin menjauhinya.      

Melihat Rena terdiam. Qiano pun segera pergi tanpa menunggu jawaban dari Rena.      

"Yaaaa ... Kenapa kamu pergi? Beraninya kamu pergi tanpa seizinku. Dasar hati batu. " Teriak Rena berulang kali hingga Qiano hilang di balik pintu.     

'Ahhh ... Apa dia manusia? Ada gadis secantik aku disini, tapi dia mengabaikannya begitu saja? Apa dia lelaki normal? Atau dia memang lelaki yang berhati batu. ' Batin Rena seraya menggertakan giginya.      

Tidak lama setelah menggerutu. Rena pun langsung turun menyusul Qiano yang sudah lebih dulu turun dengan berlari, sebab dia harus segera bicara dengan Qiara.      

"Qiara, kamu dari mana aja? Aku mencarimu kesana kemari. " sambut Vega dengan khawatir. Melihat Vega, Qiara pun teringat Orlin yang terakhir kali bertemu justru menamparnya.      

Qiara yang baru saja masuk kelas lalu duduk di bangkunya tampak tersenyum kearah Vega dengan tenang di sampingnya.      

"Maaf, tadi aku sedang mencoba untuk berkonsentrasi agar aku bisa menciptakan lukisan terbaik di semester ini. " Jawab Qiara dengan terbata - bata.      

"Bagus kalau begitu. Kamu memang yang terbaik. Heee.. " Kata Vega sambil menunjukkan jempolnya.     

Qiara hanya tersenyum kecut kearah Vega yang selalu bersamanya diawal - awal semester ini.      

Tepat saat itu, seorang lelaki berjalan masuk ke dalam kelas dengan langkah yang menggoda, tubuhnya yang tinggi dan berisi serta parasnya yang tampan membuat para mahasiswi mematung menatap nya. Seketika itu kelas menjadi sunyi. Sedang, Qiara tidak perduli karena dia masih memikirkan apa yang Rena katakan tadi.      

"Selamat siang semuanya! Kita bertemu lagi! " Kata Julian yang lagi - lagi mengambil jam ngajar di kelas Qiara.      

Mendengar suara akrab itu, Qiara langsung mendongak karena ia merasa kenal dengan suara itu, seketika itu Qiara mendongak kearah depan.      

'Ohhh ... Astaga? Bukankah itu si Julian? Ngapain lagi dia ngajar lagi disini? Bukankah dia sangat sibuk?' Batin Qiara dengan tatapan sinis.      

Mata Julian langsung tertuju pada Qiara. Namun, ia tidak bereaksi apa pun karena dia tidak ingin membuat Qiara tidak nyaman.      

"Selamat datang Tuan Ju! " Sambut semua mahawasi dan mahasiswa kecuali Qiara.      

Julian pun mengangguk lalu bersiap untuk memulai pembelajaran. Sedang Qiara masih fokus mencari tau apa tujuan Julian melakukan ini.      

'Tadi, dia menatapku dengan tajam, kenapa? Apa dia ingin mengawasiku? ' Batin Qiara lagi sambil menyembunyikan wajahnya.Sayangnya, Julian tidak memperdulikannya karena dia memamg tidak ingin mengalihkan fokus Qiara.      

"Hari ini saya adalah Dosen kalian. Jadi, tolong panggil saya seperti dosen yang lainnya!" kata Julian seraya melempar senyum kepada semuanya. Namun, matanya tidak pernah lupa untuk mampir kearah Qiara.      

'Sepertinya, dia memang perlu aku urus sepulang nanti. Tapi, tadi pagi katanya dia mau rapat. Malah nyasar disini.' Batin Qiara seraya menyeringai kepada Julian.      

Tidak lama setelah itu, Julian pun memulai kuliahnya, sedang Qiara berhasil mengontrol emosinya sehingga ia bisa fokus mengikuti kuliah yang disajikan oleh Julian.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.