Istri Kecil Tuan Ju

Tidak Mudah!



Tidak Mudah!

0Reina menoleh kearah Gabriel lalu memeluknya sambil menangis.     
0

Gabriel merasa bingung. "Bos, kenapa?"     

Mendengar pertanyaan Gabriel untuk kedua kalinya, Reina pun langsung melepas pelukannya lalu menatap Gabriel dengan tatapan sendu.     

"Aku ingin bertanya padamu!" Kata Reina setelah menyeka air matanya.     

Gabriel mengangguk, setelah itu mereka berdua duduk berhadapan di sofa kamar Gabriel.     

"Apa  pendapatmu tentang wanita yang di tolak cinta nya berulang kali? " Tanya Reina.     

Mendengar pertanyaan Reina, Gabriel mengerutkan keningnya karena dia tidak tau mau menjawab apa. Jika dia salah jawab maka Reina pasti akan semakin sedih, tapi jika tidak jawab dia bingung sendiri.     

Karena sebenarnya Gabriel juga tidak memiliki banyak  pengalaman soal cinta.      

Beberapa  saat kemudian, Gabriel  teringat salah satu drama korea romantis yang pernah dia tonton. Seketika itu ia memiliki ide untuk jawaban yang akan dia berikan kepada Reina.     

"Menurut saya, bos harus lebih keras memperjuangkan cinta bos jika lelaki yang bos kejar pantas untuk di kejar. Saya yakin kalau lelaki itu pasti luluh setelah melihat usaha keras bos." Jawab Gabriel dengan ragu.     

Mendengar jawaban Gabriel, Reina  menyeringai kearahnya. "Jawaban yang membosankan."     

Setelah itu, Reina segera pergi dari kamar Gabriel dengan kesal karena jawaban Gabriel tidak membuatnya puas.     

Di sebuah rumah mewah di pusat kota A.  Nathan duduk bagaikan raja di depan semua anak buahnya yang sudah berdiri dengan rapi.     

"Apakah kamu punya informasi baru?" Tanya Nathan sambil  memandangi layar iPad pro miliknya.     

Anak buahnya yang baru saja datang itu langsung berlutut.     

Dengan stelan Jaz hitam, Nathan  membawa aura dewa kegelapan yang menakutkan.     

Siapa yang akan menduga kapau Nathan yang tampan dengan suara nya yang lembut ternyata orang yang berbahaya.     

"Saya memiliki tiga informasi untuk anda."     

"Apa itu?" Tanya Nathan.     

"Tuan Adamson tiba-tiba kembali ke kota A.  Menurut informasi, dia datang untuk menuntut tanggung jawab Tuan Jhosep. Tapi, saya tidak tahu pasti kenapa Tuan Adamson meminta itu. Kedua, anak Tuan Julian sedang di rawat karena trouma nya muncul kembali. Dan yang terakhir, saya sudah menemukan siapa cinta pertama Nyonya Ju. Dia adalah Qiano."      

Nathan tersenyum licik. Ia puas mendengar informasi itu. Karena rencananya untuk mengadu domba Tuan Adamson dan Papa nya berhasil walaupun ia tidak tahu apa penyebabnya.     

"Ceritakan tentang lelaki yang bernama Qiano itu!" Nathan memiliki rencana licik untuk Qiara dan Julian karena dia tidak rela kalau Julian hidup bahagia.     

Selama ini perjuangan nya akan sia-sia jika akhirnya Julian dan keluarga kecilnya hidup bahagia.     

'Kalian harus membayar semua penghinaan dan rasa sakit yang aku alami selama bertahun-tahun.'Batin Nathan sambil mengepal tangannya.     

"Dia adalah adik ipar dari seorang pengusaha ternama dari Korea Selatan. Pengaruhnya sangat kuat. Tapi, dia tidak pernah mau mengandalkan koneksi nya itu. Dia mantan dosen di Alexia, akan tetapi dia memundurkan diri tanpa alasan yang jelas. Selain itu, dia sangat mencintai Nyonya Ju dan dia memiliki keahlian bela diri yang sama dengan Nyonya Ju. Kita juga bisa menghancurkan tuan Virsen lewat Qiano ini.  Jadi, saya pikir kalau dia cocok bergabung dengan kita."      

Nathan  memperbaiki posisi duduknya,  dia mengerutkan keningnya sambil menatap anak buahnya itu.     

"Cukup menarik. Tapi, dia tidak akan mungkin mau bergabung dengan kita. " Kata Nathan.     

"Kenapa bos?'     

"Karena sepertinya dia bukan lelaki yang mudah di ajak bergabung. Tapi, aku mempunyai rencana untuk menjadikannya bom waktu. Tugasmu sekarang adalah mengawasi nya!" Jawab Nathan sambil tersenyum licik.     

"Siap bos!"     

Setelah itu, Nathan meninggalkan semua anak buahnya karena dia harus memeriksa keadaan keponakannya itu.     

Rumah Sakit.     

Qiara sudah selesai mengurus administrasi Zio. Dia pun segera kembali ke ruangan  Zio.     

Di dalam ruangan, dia melihat Julian sedang mengajak Zio bicara.     

Oleh karena itu Qiara memilih memperhatikan suami dan anaknya dari balik pintu.     

"Maafkan Papa ... "     

Zio memalingkan wajah nya dari Julian sambil menyilang kan kedua tangannya di dada.     

Julian menarik nafas dalam. Dia tahu kalau Zio tidak akan mau mendengar penjelasan darinya.     

"Papa tidak bermaksud membohongi kamu. Tapi, Papa tidak ingin kamu menolak kehadiran Mama Qiara jika kamu tahu kalau dia Mama kandung mu."Kata Julian dengan pelan.     

Zio tidak bergeming sedikitpun walaupun Julian sudah berusaha memberikannya penjelasan.     

"Zio ... Lihat Papa kalau Papa lagi bicara!" Suara Julian mulia meninggi karena ia sudah hilang kesabaran.     

Zio kaget dan langsung menunduk ketakutan.     

Seketika itu Qiara masuk  karena khawatir Julian akan memarahi Zio.     

"Julian ... " Qiara memegang pundak Julian.     

Julian pun langsung menoleh kearah Qiara. Seketika itu Qiara menggeleng kepalanya sebagai kode agar Julian tidak memarahi Zio.     

Julian menarik nafas dalam agar ia tidak marah lagi.     

"Maafkan aku sayang!" Ucap Julian.     

"Sebaiknya kamu tunggu di mobil! Aku butuh waktu berdua dengan Zio." Kata Qiara.     

"Tapi ... "     

"Tolong percaya padaku!" Qiara memohon agar Julian tidak khawatir meninggalkannya berdua denganmu Zio.     

"Baiklah. Kalau dia mengamuk, segera telpon aku!"      

" Iya."     

Setelah itu Julian segera keluar dari ruangan Zio dengan perasaan yang sedikit cemas.  Dia berharap Qiara bisa menaklukkan keras kepalanya Zio.     

'Dua orang keras kepala itu sedang bicara. Semoga mereka bisa akur dan Zio mau menerima ibunya.' Batin Julian.     

Sementara itu, Qiara menarik nafas dalam. Setelah itu ia duduk di samping Zio yang masih menunduk tanpa mengatakan apapun.     

"Mama  tebak kalau Zio pasti sangat marah karena dulu Mama pernah meninggalkan Zio. Iya, Mama salah soal itu. Jadi, bolehkah Mama minta Maaf?" Kata Qiara sambil menyentuh bahu kecil Zio.     

Zio masih tidak bergerak. Ia tetap menunduk sambil mengepal tangannya.      

"Jika Zio tidak mau melihat Mama tinggal bersama Zio dan Papa, maka Mama akan pergi.  Karena Mama akan melakukan apapun demi Zio. Tapi, sebelum Mama pergi, apakah Mama boleh minta di peluk?" Kata Qiara lagi dengan suara yang lemah.     

Zio menggigit bibir bawahnya. Ia mulai mengerjapkan matanya karena sebenarnya dia tidak ingin berpisah dengan wanita yang selama ini membuatnya nyaman dan bahagia. Apalagi, sekarang dia tahu kalau wanita itu adalah Mama nya.      

Untuk sesaat, suasana menjadi hening. Qiara tidak mengatakan apapun lagi selain fokus memperhatikan gerakan tubuh Zio.     

Tidak lama setelah itu, Qiara merasa kasihan karena Zio terus menunduk. Qiara khawatir kalau leher Zio akan sakit karena menunduk terlalu lama.     

"Baiklah, jika Mama tidak boleh memelukmu juga. Maka Mama akan pergi sekarang. Mama akan memanggil Papa mu agar menjemputmu kesini." Qiara turun dari ranjang dengan perasaan campur aduk.     

Setelah itu, ia berjalan menuju pintu.      

"Mama ... "     

Qiara berhenti ketika ia akan memegang ganggang pintu.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.