Istri Kecil Tuan Ju

Penasaran.



Penasaran.

0Sementara itu, Nathan pergi lagi karena dia tidak tahan berada di rumah bersama perempuan yang dia benci.      
0

Di tengah jalan, tiba-tiba pikirannya tertuju pada Gavin. Ia rindu tatapan dan senyum anak kecil yang tampan dan menggemaskan itu.      

'Entah kenapa aku teringat pada anak kecil itu. Aku lupa berkenalan dengannya. Apakah aku harus menemuinya di rumah Kevin?' Batin Nathan sembari menatap lurus ke depan.     

Nathan benar-benar tidak bisa menghilangkan bayangan Gavin dari pikirannya. Ia seakan terhipnotis oleh anak laki-laki yang menggemaskan itu.     

Diwaktu yang sama.      

Maxwell baru saja pulang makan malam bersama kakeknya.      

"Apakah kamu akan kembali ke London?" Tanya Viona yang duduk di sampingnya.     

Viona sengaja meminta Maxwell untuk mengantar nya pulang karena dia ingin mengorek informasi darinya.      

"Apakah kamu sangat ingin aku kembali?" Tanya Maxwell sembari menatap Viona dengan tajam.     

Viona bergidik ngeri melihat tatapan itu sehingga ia menjadi sangat gugup.     

"Aku akan membantumu  bicara dengan kakek asalkan kamu  mau bekerjasama denganku."     

"Kerjasama?"      

"Iya. Aku tahu kalau kamu mencintai Qiara karena dia adalah adik dari Vania. Oleh karena itu aku akan membantumu mendapatkan Qiara dan kamu harus membantuku mendapatkan Julian." Jawab Viona.     

Hati Maxwell terasa sangat sakit saat mendengar nama Viona. Walaupun ia tahu kebenarannya, tapi ia masih belum puas sebelum Tuan Jhosep hancur.     

Maxwell tersenyum mendengar perkataan Viona yang terdengar sangat lucu di telinganya.     

"Kenapa kamu tersenyum?" Tanya Viona dengan kesal.     

Tepat saat itu, mobil Maxwell berhenti. Seketika itu Maxwell melirik keluar.     

"Kita sudah sampai. Sekarang, turunlah!" Kata Maxwell yang tidak ingin melanjutkan pembicaraan dengan Viona.     

Viona menarik nafas dalam.      

"Kamu pikirkan baik-baik penawaran ku tadi. Jika kamu sudah punya jawaban, datanglah mencari ku!" Kata Vios.     

Maxwell tidak mengatakan apapun. Viona lalu  tersenyum dan berkata,"Maxwell ... Terimakasih sudah mengantarku pulang. Kalua begitu aku akan keluar sekarang!"     

Setelah itu, Viona keluar dari mobil Maxwell.     

Setelah Viona berbalik dan berjalan masuk ke tempat tinggal, Rafael  bertanya dengan suara kecil, "Bos, mau  pulang ke rumah?"     

Maxwell  tetap tidak bicara, tatapan matanya tertuju ke arah di luar jendela, seakan-akan sedang melihat sesuatu, tapi juga hanya terlihat seperti sedang melamun.     

Asistennya melirik bossnya sekilas melalui kaca spion mobil, Maxwell yang pada mlam ini sepertinya terlihat sedikit aneh.     

Tepat saat Rafael mengira Maxwell tidak akan memberi jawaban, tiba-tiba terdengar suara lembut Maxwell di belakang, "Kembali ke kantor!"     

"Baik bos!"     

Sementara itu, Viona sudah sampai di kamarnya. Ia langsung  menghapus riasan wajah lalu pergi mandi.     

Tidak lama setelah itu, ia berbaring di ranjangnya karena ia sudah sangat kelelahan.     

Dia berguling bolak-balik di atas tempat tidur karena pikirannya belum juga tenang.     

Viona  mengambil ponsel, dia awalnya ingin melihat-lihat sesuatu untuk membantunya tidur, jari tangannya malah secara tak sadar mengetik nama Julian.     

Saat dia kembali tersadar, layar ponselnya sudah penuh dgn informasi tentang Julian.     

Delapan  tahun lalu, Julian  telah sepenuhnya mengambil alih JJ Grup. Dia sangat tegas dan cekatan. Ia juga sangat teliti dan hati-hati. Oleh karena itu ia  berhasil mendongkrak bisnis JJ Grup  hingga ke tingkat yang memuncak.     

Dalam waktu singkat, Julian sudah menjadi bintang yang sangat bersinar di dunia bisnis.      

Selain hal bisnis, sisanya adalah berbagai berita tentang siapa ibu kandung dari anak Julian.      

Seketika itu Viona membanting ponselnya karena marah. Ia sangat lelah mengejar Julian. Segala cara sudah ia kerahkan, tapi tidak ada hasil sedikit pun.     

'Ini semua karena Maxwell ... Jika dia tidak ikut campur, kemungkinan aku sudah berhasil menyingkirkan Qiara.'Batin Viona.     

Setelah membatin, Viona mengambil sebotol alkohol untuk menghilangkan stresnya.      

Keesokan Paginya.      

"Kevin  ... " Terdengar nyaring suara kakek Luan dari balik pintu kamar Kevin.     

Seketika itu mata Kevin terbuka. "Sepertinya aku mendengar suara kakek. Apakah aku bermimpi?"     

"Kevin ... Sudah pagi, cepat bangun!" Suara kakek Luan terdengar lagi untuk kedua kalinya.      

Kevin pun langsung bangun lalu membuka pintu dengan Ekspresi kaget.      

"Kakek? " Kevin terkejut melihat kakeknya sudah berdiri di depan kamarnya.     

Seketika itu Kevin ingat kalau di rumahnya ada Gavin dan kakeknya tidak pernah tahu tentang Gavin.     

"Kenapa kamu masih tidur? Apakah kamu tidak bekerja?" Tanya Kakek Luan dengan sinis.     

"Aku ... "      

"Kevin ... "      

Kevin tidak bisa melanjutkan kata-katanya saat ia mendengar suara akrab dari belakang kakeknya.     

"Kevin ... Apa kabar?" Sapa perempuan paruh baya itu sambil tersenyum kearah Kevin.     

"Bibi Monica ... " Ucap Kevin.     

"Iya, ini bibi. Kenapa kaku begitu terkejut? Bibi sudah kembali!" Kata Monica.      

"Kalian jangan bicara disini. Sebaiknya kita sarapan dulu. Kevin, kami tunggu di ruang makan!" Kata Kakek Luhan.     

"Iya." Setelah itu Kevin segera masuk kembali ke kamarnya.     

Monica adalah kakak kandung dari ibu Kevin. Kakek Luan menyembunyikan anak pertama nya itu di suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapapun agar ia bisa menjalani pengobatan dengan baik tanpa di ketahui oleh media.     

Selama sepuluh tahun, ia dikabarkan tinggal di luar negeri. Namun, tidak ada informasi yang jelas tentang dia.     

Beberapa  Saat Kemudian.     

Kevin sudah rapi lalu keluar dari kamar.      

Namun, sebelum dia menuju ruang makan, Kevin diam-diam memasuki kamar Gavin.     

Untungnya, Gavin masih tidur.      

"Papa ... "     

Gavin terbangun saat mencium bau parfum Kevin.     

"Selamat pagi sayang! Apakah tidurmu nyenyak?"      

Gavin mengangguk sambil tersenyum lebar.      

"Bagus kalau begitu. Tapi, kamu  tidak boleh kelaur sampai Papa masuk menjemput mu. Karena di luar Papa ada tamu penting. Apakah kamu mengerti!?"Kata Kevin dengan suara yang lembut.     

"Gavin mengerti Papa."      

"Anak pintar. Kalau begitu Papa keluar dulu!"     

"Iya."      

Setelah itu, Kevin keluar dari kamar Gavin dengan perasaan yang lega.     

Ruang Makan.     

"Kevin ... Bagaimana kabarmu? Sudah sepuluh tahun bibi tidak melihat mu. Kamu semakin tampan, tapi mirip ibumu." Tanya Monica dengan suara yang lembut.      

Kevin memperbaiki duduknya. Ia lalu menyesap minumannya dengan pelan.     

"Kevin ... Bukankah kamu selalu mencari Bibi Monica mu selama ini? Kamu bilang sangat merindukan nya makanya Kakek diam-diam membawanya kesini untuk kejutan." Kata Kakek Luan sembari tersenyum lebar.     

Kakek Luan tampak sangat bahagia. Karena sejak kematian ibu Kevin, ia kehilangan semangat hidupnya. Tersisa hanya anak pertamanya, tapi ia terpaksa berpisah karena Monica mengalami depresi yang sangat berat.      

Tanpa mengatakan apapun, Kevin bangun dari duduknya lalu memeluk Monica dengan erat.      

"Bibi ... Kemana saja? Aku sungguh merindukanmu." Kata Kevin sembari meneteskan air mata.      

Monica adalah kembaran dari ibu Kevin yang sangat mirip. Kevin sangat mencintai kakak ibunya itu karena dari kecil ia yang lebih banyak menemaninya saat ibu Kevin bekerja.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.