Istri Kecil Tuan Ju

Perasaan Yang Aneh.



Perasaan Yang Aneh.

0Monica adalah kembaran dari ibu Kevin yang sangat mirip. Kevin sangat mencintai kakak ibunya itu karena dari kecil ia yang lebih banyak menemaninya saat ibu Kevin bekerja.     
0

Memeluk Monica sama artinya dengan memeluk ibunya, oleh karena  kerinduan di hati Kevin terhadap Ibunya terobati.      

"Maafkan Bibi karena pergi terlalu lama. Bini juga menyesal karena bibi tidak tahu ibumu meninggal."Monica benar-benar menyesal sehingga hatinya terasa sakit.     

"Banyak yang terjadi selama bibi tidak ada. " Ucap Kevin dengan cemberut.      

"Iya. Kakek mu sudah memberitahu ku. Tapi, Bibi sangat senang karena kamu dan kakak ku tumbuh dengan baik. Kalau saja kedua anak bibi masih ada ..."      

"Hentikan ... " Kakek Luan menyela perkataan Monica karena ia khawatir Monica yang baru saja sembuh itu kembali depresi.      

Hal yang membuat Monica depresi selama ini adalah saat dia kehilangan dua anak lelakinya yang bersamaan dengan dibunuhnya suami yang sangat ia cintai.      

Kevin tahu cerita itu. Ia pun membantu kakeknya untuk mencari dua anak Monica, tapi mereka tidak pernah berhasil selama. Jejak kedua anak kecil itu seakan di hapus dari muka bumi ini.     

"Selamat pagi ... "     

Tepat saat itu, terdengar suara yang sangat akrab muncul dari arah pintu utama.     

"Sepertinya itu suara Maxwell ... " Kata Kakek Luan yang sangat menghapal suara Maxwell.     

"Iya. " Jawab Kevin yang juga mengenal suara itu.     

Tidak lama kemudian, Maxwell tiba di ruang makan. Keningnya berkerut saat melihat sosok Monica yang sangat mirip dengan Ibu Kevin. Ia pikir Ibu Kevin kembali hidup karena selama ini ia tidak begitu tahu tentang keluarga Luan selain Kevin dan sedikit hal internal yang dia tahu.     

"Dia bukan ibuku. Tapi, kakak kembar dari ibuku." Kata Kevin yang bisa menduga apa yang ada di pikiran Maxwell.     

"Wow ... Kamu memang sahabat ku. Dengan mudah kamu mengetahui isi pikiranku." Kata Maxwell sambil tersenyum lalu  duduk di samping Kevin.     

Sementara itu, Monica menatap tajam kearah Maxwell. Hatinya berdebar hebat seakan ia baru saja menemukan jiwanya yang hilang. Tapi, ia tidak bisa mengerti dengan perasaan itu.     

'Kenapa senyum pemuda ini mengingatkan aku pada suamiku. Siapa dia? Apakah ini kebetulan? Tapi, seingatku suamiku tidak memiliki saudara. 'Batin Monica dengan mata yang mulai memerah dan berkaca-kaca.     

"Ada apa denganmu?" Tanya Kakek Luan yang menyadari keanehan dalam diri anaknya.      

"Ayah ... Siapa lelaki yang duduk di samping Kevin?" Bisik Monica dengan suara yang bergetar.     

"Dia adalah cucu tertua Adamson. Aku pikir kamu mengenalnya karena kamu dan anak tertua Adamson adalah teman sekolah. Iya kan?" Jawab Kakek Luan.     

Monica terdiam. Ia mencoba mengingat-ingat tapi kepalanya tiba-tiba sangat sakit dan nafasnya mulai sesak.     

Kakek Luan dan Kevin pun mulai panik.      

"Bibi ... "      

"Monica ... Sadarlah! Ada apa denganmu?" Tanya Kakek Luan dengan khawatir.      

Maxwell pun ikut panik.     

"Lebih baik kita bawa Bibi ke rumah sakit!" Kata Maxwell.     

"Tidak bisa. Dia bukan pasien biasa. Oleh karena itu, aku akan membawanya pulang ke rumah. Aku akan panggil dokter pribadinya." Setelah mengatakan itu, Kakek Luan menghubungi pengawalnya yang sedari tadi menunggu di luar.      

Dengan cepat mereka datang lalu membawa Monica segera ke mobil.     

"Kalian di sini saja! Kakek bisa mengurusnya sendiri. " Kata Kakek Luan menghentikan langkah Kevin dan Maxwell.     

"Kalau begitu, kakek segera hubungi aku kalau Bibi sudah baik-baik saja."      

"Iya. "     

Kevin melepas kepergian kakeknya dengan berat hati. Ia lalu duduk di ruang tamu dengan perasaan yang tidak karuan.     

"Apa yang terjadi?" Tanya Maxwell setelah ia duduk di samping Kevin.     

"Sepuluh tahun yang lalu, Bibi di bawa pergi ke suatu tempat yang tidak diketahui oleh siapapun bahkan kami tidak tahu karena depresi yang dialami Bibi sudah semakin buruk. Demi nama baik keluarga, kakek terpaksa berpisah dari anaknya. Dia tidak ingin ada yang meneriaki anaknya gila. Sekarang, dia sudah kembali dengan wajah yang masih secantik dulu. Aku harap dia benar-benar sembuh." Jawab Kevin sembari meneteskan air mata karena ia sangat takut kehilangan lagi untuk kesekian kalinya.      

Maxwell masih bingung.     

"Jika dia pergi sepuluh tahun lalu, tapi kenapa aku tidak tahu tentang dia. Bukankah kita juga berteman sejak sepuluh tahun lalu?" Tanya Maxwell.     

"Karena Bibiku di kurung di Villa selama belasan tahun karena depresi.  Tapi, ia sembuh saat aku dilahirkan. Ia menjaga aku dan kakak ku seperti anak kandungnya yang hilang. Namun, setelah orang tuaku bercerai Bibi sadar kalau kami bukan anaknya sehingga ia kembali depresi dan kakek terpaksa mengurungnya kembali. Kakek tidak tega membiarkan nya masuk rumah sakit jiwa makanya dia diam-diam menyewa banyak dokter untuk merawat nya di Villa itu hingga pada akhirnya semua dokter menyerah dan sepuluh tahun laku  kakek terpaksa mengirimnya ke tempat yang jauh."  Jelas Kevin.     

Maxwell mengangguk. Pantas saja selama ini dia di larang bermain di sekitaran Villa bersama Kevin.      

"Kenapa Bibi mu bisa depresi?" Tanya Maxwell lagu yang merasa semakin penasaran dengan sosok Monica.     

"Sekitar tiga puluh tahunan lebih kalau aku tidak salah ingat, kakek mengatakan kalau  Bibi depresi karena kehilangan kedua anaknya. Tidak hanya itu, tekanan depresinya semakin besar saat ia tahu kalau suaminya mati dengan misterius di hari yang sama  dengan hilangnya kedua anak lelaki nya."      

Entah kenapa hati Maxwell tiba-tiba terasa sangat sakit mendengar kisah Monica. Tanpa sadar ia meneteskan air mata.     

Kevin terkejut karena ia sangat jarang melihat Maxwell menangis kecuali karena Vania.      

'Aneh sekali, kenapa aku merasa hatiku sangat sakit. Ada apa denganku?'Batin Maxwell sambil memegang dadanya.      

"Ada apa denganmu? Apakah kamu masih ingat Vania? Apakah kamu masih ingin merebut Qiara dari Julian?" Tanya Kevin sekaligus.      

"Aku tidak apa-apa!" Jawab Maxwell dengan singkat.      

"Baiklah, sekarang katakan kenapa kamu datang kesini pagi-pagi sekali?" Tanya Kevin lagi sembari mengamati tingkah Maxwell yang tiba-tiba berubah.     

"Aku kesini untuk merayu mu agar kamu mau menghubungi ayahmu. " Jawab Michael.     

Ekspresi Kevin berubah gelap. Tanpa mengatakan apapun ia berdiri lalu meninggalkan Maxwell sendirian di ruang tamu.      

Maxwell bersandar di sofa sambil menyeka air matanya. Ia masih terbayang wajah Monica yang baru sekali bertemu dengannya itu.     

Sementara itu, Kevin segera menemui Gavin yang sadari tadi terkurung di kamarnya.      

Rumah Julian.     

Diwaktu yang sama. Julian dan Qiara baru saja selesai bersiap-siap untuk melakukan perjalanan ke kota B.     

Tepat saat itu, Nyonya Sarah dibawa masuk oleh Bibi Liu untuk bertemu Julian dan Qiara.     

Qiara dab Julian terkejut melihat Nyonya Sarah berdiri sambil membawa dua koper.      

"Mama ... "Julian segera menghampiri ibunya dengan perasaan yang campur aduk.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.