Istri Kecil Tuan Ju

Air Mata Yang Tidak Tertahankan.



Air Mata Yang Tidak Tertahankan.

0"Mama ... "Julian segera menghampiri ibunya dengan perasaan yang campur aduk.     
0

Air mata Nyonya Sarah sudah tidak bisa di tahan lagi sehingga ia membiarkannya jatuh saat melihat Julian.     

"Apakah Papa mengusir Mama?" Tanya Julian sambil memegang kedua tangan Nyonya Sarah.     

Qiara masih berdiri sambil memperhatikan ibu mertuanya itu karena dia tahu kalau Ibu Mertuanya belum menerima nya secara resmi.      

"Tidak. Papamu belum pulang dan Mama sudah tidak bisa lagi bertahan di rumah itu. Oleh karena itu, Mama datang kesini sembari menunggu Jasmin menjemput Mana. Dia bilang akan kembali ke kota A secepat mungkin untuk menjemput Mama." Jawab Nyonya Sarah sambil terisak.     

"Untuk apa Mama pergi bersama Kakak Jasmin? Mama bisa tinggal bersama kami disini. "Kata Julian dengan perasaan yang tidak tenang.     

Nyonya Sarah mendongak menatap wajah anak yang sudah ia besarkan dengan cinta dan air mata itu. Perlahan, kedua tangannya menyentuh pipi Julian.     

'Julian ... Tahukah kamu apa yang menbuat hatiku sangat sakit saat ini? Yaitu, mengetahui kenyataan kalau kamu bukan anak kandungku. Andai saja aku tidak melihat CCTV ruang kerja ayahmu. Mungkin aku tidak akan sesakit ini karena menganggap kamu tetap darah daging ku. Papa mu sangat jahat, dia tidak jujur kalau anakku kandung Mama sebenar nya sudah meninggal.'Bati Sarah dengan air mata yang semakin mengalir deras..     

"Mama kenapa? " Julian patah hati melihat air mata ibunya yang terus mengalir. Ia pun menghapus air mata ibunya dengan lembut.     

Qiara tidak bisa menahan air matanya melihat ibu dan anak itu menangis.      

"Mama ... Kenapa nenek dan Papa menangis? " Tanya Zio yang tiba-tiba sudah berada di samping Qiara.     

Seketika itu Qiara menoleh kearah Zio lalu berjongkok.     

"Mama juga menangis. Siapa yang menyakiti kalian? Katakan padaku agar aku bisa memukulnya! Aku juga  bisa mengajak Gavin untuk menyerang nya." Tanya Zio dengan polosnya.      

Qiara tertawa kecil mendengar ucapan anaknya.     

"Apakah Mama meremehkan aku dan Gavin? Apakah aku belum memberitahu Mama kalau aku dan Gavin belajar kungfu?" Tanya Zio dengan sinis.      

"Iya, Mama percaya. " Jawab Qiara dengan setengah percaya karena dia tidak menganggap serius ucapan anak kecil seusia Gavin dan Zio.     

Setelah itu, Zio berjalan menghampiri Julian dan Nyonya Sarah. Qiara pun tidak menahannya.     

"Nenek ... "      

Mendengar suara kecil yang menggemaskan itu, Nyonya Sarah langsung menoleh.      

Ia tersenyum lembut melihat cucu kesayangannya itu. Nyonya Sarah pun segera menyeka air matanya lalu berjongkok menyamakan tingginya dengan Zio.     

"Kenapa nenek menangis? Apakah ada yang menyakiti nenek?" Tanya Zio sembari mengerjap kan matanya.      

Nyonya Sarah langsung menggeleng kan kepalanya sambil tersenyum. " Nenek menangis karena  nenek terlalu kangen sama Zio dan Papa. Oleh karena itu nenek akan tinggal sementara disini bersama kalian. Apakah kamu senang?"     

"Iya. Tapi, hari ini kami akan pergi untuk bertemu nenek yang lagi sakit. Kemungkinan kami akan menginap kata Papa." Kata Zio.     

Nyonya Sarah terdiam. Setelah itu ia menoleh kearah Qiara yang berdiri tidak jauh dari tempatnya.      

"Qiara ... Apakah Mama mu sakit?" Tanya Nyonya Sarah.     

Qiara pun langsung mendekat. Ia sangat senang karena Nyonya Sarah kembali seperti dulu.      

"Iya. Mama sakit sejak lima tahun lalu. Dia aku titip di rumah Pamanku. Sekarang kami ingin mengunjungi nya sekaligus membawanya tinggal bersama kami. Apakah Mama mau ikut? Aku rasa Mama ku akan sangat senang bisa melihat sahabat lamanya." Jawab Qiara dengan suara yang lembut.     

"Mama mau ikut kan?" Tanya Julian juga karena ia berharap bisa pergi bersama-sama. Dia tahu betapa eratnya persahabatan ibu dan mertua nya itu sebelum ia bercerai dengan Qiara.     

Nyonya Sarah menarik nafas dalam. Setelah itu ia berdiri dengan pelan lalu mengangguk sambil tersenyum.     

Qiara dan Julian pun merasa lega. Julian merasa keluarganya akan segera utuh. Walaupun Papa ia tidak tahu apa yang akan Papa nya lalukan lagi. Apapun yang akan terjadi, Julian sudah siap menghadapi semuanya.     

"Aku juga ingin meminta Maaf pada Renata. Karena aku pernah marah padanya dulu." Ucap Nyonya Sarah dengan Ekspresi yang sendu.     

"Mama Renata tidak pernah membenci Mama Sarah. Ia selalu menanyakan kabar Mama Sarah setiap kali aku menelpon. Oleh karena itu, dia pasti sangat senang melihat Mama." Kata Qiara sembari memegang kedua tangan Sarah.     

"Aku tidak sabar untuk bertemu dengannya."      

"Kalau  begitu, kita pergi sekarang. Kebetulan kami semua sudah siap." Kata Qiara sembari melirik Julian.     

Tepat saat itu, ponsel Julian berbunyi dan itu dari Andi.      

"Kalian duluan saja keluar! Aku akan bicara sama Andi sebenatar!"Kata Julian setelah melihat ID pemanggil.     

"Iya." Setelah itu, Qiara membawa anak dan mertuanya untuk keluar lebih dulu dengan bantuan Bibi Liu.     

Sementara itu, Julian segera masuk ke ruangan kerjanya.      

"Halo?" Sapa Julian setelah menggeser icon berwarna hijau di ponselnya.      

"Halo bos. Saya mau melapor!" Jawab Andi.     

"Katakan!"     

"Saya sudah melakukan semua yang anda perintahkan. Para pemegang saham yang belum menjual saham mereka memilih tetap bertahan. Jumlah saham kita  masih lebih tinggi dibandingkan jumlah saham yang di jual ke YM Grup."      

"Lakukan diam-diam. Jangan sampai Maxwell mencium rencana kita. Aku sudah meminta bantuan seseorang untuk membeli kembali saham yang sudah terjual setelah kita membalikkan keadaan. Kamu urus semuanya di kantor  selagi aku pergi. Aku akan memberikan instruksi dari jauh. "      

"Baik bos."      

Setelah itu, Julian menutup panggilannya. Ia lalu bergegas keluar karena dia tidak ingin keluarganya menunggu terlalu lama.     

'Siapa yang sudah berani membocorkan rahasia perusahaan ku? Kenapa aku tidak bisa menemukan jejak pengacau itu. Andi curiga pada Nathan, tapi aku tidak percaya karena Nathan tidak akan sanggup melalukan hal seperti itu. Selain itu Nathan tidak tertarik dengan dunia bisnis. 'Batin Julian sembari berjalan menuju pintu keluar.     

"Ahhh ... " Qiara meringis saat tubuh kecilnya di tabrak oleh Julian yang sedang tidak fokus.      

Untungnya Julian segera menarik tangannya sehingga Qiara tidak sampai jatuh ke lantai.      

"Sayang ... Apa kamu tidak apa-apa?" Tanya Julian sembari mengeratkan pelukannya.      

"Aku tidak apa-apa. Jadi, lepaskan aku! Karena kamu bisa merusak kerapian pakaianku." Kata Qiara sembari mendongak menatap Julian dengan sinis.      

Julian tersenyum licik. Dengan cepat ia mencuri ciuman di bibir Qiara yang merah merona.      

Perlahan, tangan Julian membelah punggung Qiara dengan nakalnya sambil melumat bibir Qiara.      

Untuk sesaat, Qiara menikmati ciuman itu. Tidak lama setelah itu, ia melepaskan ciuman menggairahkan itu.     

"Julian ... Kamu sudah merusak lipstik ku. Kenapa kamu tidak tahu aturan? Bagaimana kalau Zio masuk dan melihat kita. Sangat tidak pantas. " Ucap Qiara dengan pipi yang memerah.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.